Market

Sahamnya Diincar Pemerintah, Inilah Profil PT Vale Indonesia Tbk


Tak lama lagi, pemerintah melalui holding BUMN pertambangan (MIND ID) akan menambah lagi 14 persen saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menjadi 34 persen. Prosesnya tinggal teken akad untuk mengakhiri seluruh proses divestasi saham tahun ini mengantongi laba USD274,33 juta atau sekitar Rp4,28 triliun ini.

Lantas seperti apa sepak terjang perusahaan terpusat di Brazil ini yang sudah beroperasi di Indonesia dari awal tahun 70-an ini, yang sahamnya menjadi incaran pemerintah sejak lama? Berikut profil PT Vale yang mulai memproduksi baja tahan karat ini.

Saham Vale Indonesia sebagian besar dimiliki oleh Vale Canada Limited (Ltd) dengan porsi 43,79 persen, kemudian MIND ID 20 persen dan Sumitomo Metal Mining Co. Ltd 15,03 persen.

Kemudian, saham publik 21,18 persen terdiri dari pemodal asing 59,47 persen dan pemodal nasional 40,53 persen. Dengan divestasi itu, MIND ID akan mengantongi 34 persen saham Vale Indonesia.

“Vale sudah. Mudah-mudahan sudah ketemu angkanya, tapi biar pengumumannya ya, nanti ada signing,” kata Menteri BUMN Erick Thohir tentang proses berburu 14 persen saham INCO, usai menghadiri acara BUMN Next Gen 2024 di Jakarta Selatan, Selasa (13/2/2024).

PT Vale Indonesia yang awal Januari 2024 lalu harga sahamnya Rp4.060 per per lembar ini, sudah membangun smelter nikel di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Smelter ini selesai dibangun dan diresmikan pada 1977 oleh Presiden Soeharto. Setahun setelahnya, Vale berhasil memproduksi nikel komersial perdananya dan melakukan pengiriman ke Jepang.

Perseroan mendapatkan perjanjian Kontrak Karya (KK) dengan Pemerintah Indonesia pada tahun 1968. Kontrak Karya tersebut merupakan lisensi untuk eksplorasi, penambangan, dan juga pengolahan bijih nikel yang resmi dari Pemerintah Indonesia. Pada tahun 1979 perusahaan ini mengoperasikan PLTA Larona yang ditujukan membantu pasokan energi untuk proses pengolahan bijih nikel di sana. PLTA ini memiliki kapasitas sebesar 165 MW.

Dalam perkembangannya tahun 1990 PT Vale Indonesia secara resmi terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dengan kode saham INCO. Lalu melakukan penawaran umum perdana atau IPO dengan nilai saham sebesar 21,8 persen. Tidak hanya itu, pada tahun 1996 perusahaan ini juga meregenerasi Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia hingga tahun 2025. 

Keduanya mencapai kesepakatan mengubah beberapa ketentuan di dalamnya sehingga luasan areal Kontrak Karya berkurang hingga hanya tersisa 1,8 persen dari area kontak karya semula seluas 6,6 juta hektar di bagian timur dan tenggara Sulawesi. Hal ini harus dilakukan untuk melindungi areal sekitar tambang dari dampak buruk pertambangan yang dilakukan terlalu masif.

Saat ini PT Vale Indonesia beroperasi di lahan Kontrak Karya Seluas 118.017 hektar. Lahan ini terbagi dalam tiga lokasi, yaitu 70.66 hektar di Sulawesi Selatan, 22.699 hektar di Sulawesi Tengah dan 24.752 hektare di Sulawesi Tenggara.

Pengolahan bijih nikel dilakukan dengan menggunakan teknologi tinggi. Produk akhir yang dihasilkan PT Vale Indonesia adalah nikel dalam matte yang memiliki kandungan sekitar 78 persen nikel murni. Tahun 2015, PT Vale berhasil mencetak rekor produksi tertinggi dengan total 81.177 metrik ton nikel matte.

Jika dilihat dari data terakhir, volume produksi nikel perusahaan ini mencapai 75.000 metrik ton setiap tahun. Hal ini tentu didukung dengan teknologi pirometalurgi (teknik smelting) dalam proses produksinya. Bagi perusahaan induknya di Brazil, PT Vale Indonesia turut berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan nikel dunia.

Menurut laporan keuangan (lapkeu) per Desember 2023, INCO membukukan laba tahun berjalan yang dimiliki entitas induk sebesar USD274,33 juta atau sekitar Rp4,28 triliun yang artinya naik 36,89 persen dari tahun lalu sebesar USD200,40 juta.

Kenaikan laba tersebut didorong oleh kenaikan pendapatan sebesar 4,48 persen secara year on year (yoy), menjadi USD1,23 miliar atau setara Rp19,23 triliun. Seiring dengan itu, beban pokok pendapatannya naik 2,24 persen menjadi USD885,24 juta.

Kas dan setara kas perseroan pada 31 Desember 2023 dan 31 Desember 2022 masing-masing
sebesar USD698,8 juta dan USD634,0 juta. Sepanjang tahun 2023, Perseroan telah mengeluarkan
belanja modal sekitar USD286,3 juta, meningkat 31 persen dari belanja modal yang dikeluarkan pada tahun 2022 utamanya untuk modal pertumbuhan. 

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button