Hangout

Suku Kajang, Suku Tertua dan Paling Ditakuti dari Bulukumba, Sulawesi Selatan

Ditulis oleh: Kanty Atmodjo

Indonesia, tak lagi diragukan keindahan dan keberagaman budaya serta tradisinya. Beberapa di antaranya bahkan masih menjalani tradisi turun temurun nenek moyang hingga saat ini. Mereka pun menamakan diri sebagai suku asli Indonesia.

Salah satu suku asli tersebut adalah Suku Kajang atau Kajang Ammatoa yang mendiami Kawasan Adat Tanah Towa di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Tepatnya sekitar 40 km dari Bulukumba dan 200 km arah timur kota Makassar. 

Desa Tanah Towa terbagi dari 9 dusun dan dihuni oleh Suku Kajang Ammatoa. Suku yang memiliki ciri khas mengenakan pakaian sebaga hitam dan tanpa memakai alas kaki.

Warna hitam, selain sebagai warna adat dan kental akan kesakralannya, juga memiliki makna tersendiri,  yakni sebagai bentuk persamaan dalam segala hal dan juga kesederhanaan. 

Warna hitam juga menunjukkan kekuatan dan kesamaan derajat bagi setiap orang di depan sang pencipta. 

Kesamaan dalam bentuk wujud lahir, menyikapi keadaan lingkungan, utamanya kelestarian hutan yang haus dijaga keasliannya sebagai sumber kehidupannya.

Secara geografis, Kajang dibagi dua yaitu Kajang Dalam atau Tau Kajang dan Kajang Luar. Orang-orang yang berdiam di sekitar Suku dalam relatif hidup lebih modern dan mereka disebut Tau Lembang.

Suku Kajang, Suku Tertua dan Paling Ditakuti dari Sulawesi Selatan
Foto: Indonesia Kaya

Ilmu Santet “Doti” yang Sangat Ditakuti

Suku Kajang Ammatoa merupakan salah satu suku tertua yang paling dihormati di Sulawesi Selatan. 

Bahkan menurut sejumlah informasi, Suku ini adalah suku ketiga paling ditakuti di Indonesia dan juga dunia. Itu karena Suku Kajang dikenal dengan kekuatan ilmu sihirnya yang sering disebut sebagai “Doti”.

Doti merupakan ilmu sejenis santet yang digunakan untuk menyakiti atau menghilangkan nyawa orang lain

Ritual ini sendiri dilakukan dengan menggunakan media serta benda-benda tertentu dan dilakukan dengan prosesi khusus. 

Selain itu, praktik Doti juga dapat dilakukan hanya dengan membaca mantra-mantra tertentu.

Bahkan kabarnya, dengan menggunakan Doti, Suku Kajang bisa membunuh orang tanpa harus menyentuhnya.

Untuk mencederai seorang musuh, biasanya harus disiapkan foto calon korban, ayam putih, dan juga air putih. 

Korban yang terkena Doti kabarnya akan merasakan nyeri, menderita cacat, bahkan hingga kehilangan nyawa.

Namun, tidak semua orang bisa mempraktekkan ilmu hitam ini. Hanya orang-orang khusus dan tertentu yang bisa melakukan Doti. 

Para dukun, pemilik dan pelaku Doti, harus menerima risikonya saat melakukan Doti. Karena jika gagal, santet yang mereka kirim justru akan kembali berbalik ke mereka dan berujung kematian.

Kehidupan Suku Kajang &  Ritual Bakar Linggis

Suku Kajang juga memiliki beragam ritual lainnya yang cukup unik, seperti ritual Bakar Linggis untuk menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan kejujuran.

Untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan kejujuran, Suku Kajang akan menngelar ritual membakar linggis yang disebut dengan Attunu Panroli. 

Ritual ini biasanya dipimpin oleh Puto Gassingdaeng Makkule, yang merupakan sosok paling dihormati dan dinilai paling suci di kalangan Suku Kajang.

Linggis besi akan dibakar dalam bara panas selama 30 menit. Setelah itu, besi panas akan dipegang oleh Puto Gassingdaeng Makkulle dan sejumlah warga Kajang lainnya.

Jika tangan mereka sama sekali tidak merasakan panas, itu artinya mereka suci dan jujur. Sedangkan bagi yang tidak jujur, tangan mereka akan terasa panas saat memegang linggis.

Tradisi Suku Kajang: Ritual Apule Sumajang

Ada lagi ritual lainnya yang sering dilakukan oleh warga Suku Kajang, yaitu menggelar Apule Sumajang yang merupakan ritual untuk mengungkapkan rasa syukur atas kesembuhan seseorang. 

Biasanya warga akan berkumpul, lalu menyembelih ayam dan akan membakarnya bersama-sama.

Dengan segala pesonanya, sangatlah sulit untuk bisa masuk ke wilayah salah satu suku yang paling ditakuti ini. 

Setiap yang ingin datang ke wilayah mereka, harus mendapatkan izin dari sang kepala suku yang disebut Ama Toa. 

Selain itu, pendatang juga harus mengikuti aturan adat, seperti memakai pakaian adat Suku Kajang yang serba hitam, rok atau sarung, tidak memakai alas kaki, dan tidak boleh pakai gadget saat ada di wilayah mereka.

Disclaimer: Kanal Penulis Lepas disediakan untuk tujuan informasi umum dan hiburan. Isi dari blog ini hanya mencerminkan pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Inilah.com.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button