Kanal

Mungkinkah Konflik Palestina-Israel Memicu Perang Dunia III?

Konflik Palestina-Israel merupakan salah satu pertikaian terpanjang dalam sejarah dan terbilang sangat rumit.

Aksi organisasi gerakan perlawanan rakyat Palestina, Hamas, menyerang Israel Sabtu (7/10/2023) mengejutkan banyak pihak. Tak hanya bagi Israel, namun juga dunia.

Bagaimana tidak, Hamas berhasil menembus wilayah Israel yang selama ini dikenal memiliki sistem pertahanan dan intelijen yang mumpuni. Dengan kata lain, mustahil bila negara Yahudi itu bisa kebobolan diserang secara militer.

Namun, nyatanya Hamas berhasil menggempur Israel melalui jalur udara, darat, dan laut. Serangan itu sendiri sejatinya merupakan respons atas kekejaman dan pendudukan yang dilakukan Israel terhadap rakyat serta  wilayah Palestina selama ini.

Tak ayal, korban pun berjatuhan dan Israel pun menerima pukulan telak. Bisa ditebak, Negara Yahudi itu pun geram dan langsung mendeklarasikan perang demi membalas serangan  terhadap Hamas dan melakukan pembalasan membabi buta dengan meluncurkan serangan ke Jalur Gaza, yang menargetkan bangunan tempat tinggal, rumah sakit, dan menewaskan banyak masyarakat sipil.

Sejak saat itu, eskalasi konflik antara Palestina dan Israel terus meningkat. 

Konflik menahun antara Palestina dan Israel sendiri sejatinya tak ada yang bisa memprediksi kapan akan berakhir. Rentetan perselisihan yang mencuat di antaranya keduanya sudah berlangsung lama.

Cikal bakal konflik mencuat usai Perang  Dunia I setelah Inggris mendukung adanya pembentukan Tanah Air bagi bangsa Yahudi di wilayah Palestina. Restu Inggris ini diimplementasikan melalui Deklarasi Balfour pada November 1917.

Sejak saat itu, secara perlahan, kaum Yahudi di Eropa mulai melakukan migrasi atau perpindahan ke wilayah Palestina. Seiring berjalannya waktu, upaya pendirian negara Yahudi menuai penolakan dari masyarakat Muslim Palestina. Konflik terbuka pun tak terhindarkan yang di antaranya membuahkan perang melibatkan Muslim Palestina dan kaum Yahudi pada tahun 1948.

Kini, kekhawatiran akan munculnya perang dalam skala lebih luas melibatkan negara-negara pendukung Israel dan yang memihak Palestina pun mencuat. Dengan kata lain, akankah perang Israel dan Palestina kali ini berujung pada terjadinya Perang Dunia III.

Pasalnya, negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman sejauh ini tak hanya mendukung lewat Israel pernyataan semata, tapi juga melalui anggaran, peralatan, serta pasukan. Mencuat pula adanya peluang AS ikut berperang apabila kondisi Israel dianggap terus terancam.

Sedangkan, di deretan negara-negara  pendukung Palestina, antara lain Iran, mengharapkan serangan Hamas bisa mempercepat kehancuran rezim Zionis Israel. Sekutu Iran di Timur Tengah yaitu Suriah juga mendukung Palestina.

Bahkan, senjata yang dipergunakan Hamas menyerang Israel diduga dipasok Iran dan Suriah. Pihak Israel mengungkapkan adanya serangan roket dari Israel. Sementara, Kelompok Hizbullah dari Lebanon juga sudah meluncurkan rudal ke Israel.

Adapun Rusia menyebut Israel telah menduduki tanah milik Palestina. Pendudukan ini disebut sebagian besar berlangsung melalui kekuatan militer.

Dalam pandangan Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah, konflik Palestina-Israel memang berpotensi memunculkan perang dunia. Sebab, perang ini bisa terjadi apabila konflik Palestina-Israel sudah melibatkan banyak negara sekaligus. Terlebih, ujar dia, negara-negara di sekitar Palestina dan Israel sudah mulai mendapatkan tekanan dari masyarakatnya sendiri agar mengambil sikap tegas. “Terutama sekali Mesir, kemudian Suriah,” ujar Reza.

Meski begitu, Reza menyebut, negara-negara lain juga menyadari diplomasi harus dikedepankan untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel.

Mengingat, ujar dia dunia sudah memahami adanya lingkaran konflik lainnya, seperti Rusia dan Ukraina, dan potensi pertikaian antara China dengan Taiwan serta sengketa di Laut China Selatan. “Jadi, pemantik untuk perang dunia ketiga itu besar, tapi mereka akan mengedepankan usaha diplomatik,” ujar Reza.

Sementara, Pengamat Hubungan Internasional Universitas Andalas Maryam Jamilah menyebut, konflik Palestina-Israel merupakan salah satu pertikaianterpanjang dalam sejarah dan sangat rumit. Banyak variabel yang berkaitan dengan konflik ini. “Ada yang menyebut ini adalah sengketa lahan, konflik agama dan keyakinan,” ujar Maryam.

Menurut dia, tidak bisa dipungkiri pula, konflik Palestina-Israel merupakan dosa panjang dari Inggris dan AS yang  mendukung dan memfasilitasi berdirinya negara Zionis Israel di tanah Palestina sejak tahun 1948. Selain itu, mereka juga membantu  eksodus besar-besaran kaum yahudi dari berbagai penjuru dunia ke Palestina.

Maryam memandang, jika melihat dari dinamika kompleksitas konflik sejak dulu serta aktor yang terlibat di dalam konflik ini, dapat disimpulkan negara dominan yang selalu muncul dan fokus terhadap isu ini adalah AS, negara-negara Arab, Turki, Iran serta negara-negara mayoritas Muslim lainnya di dunia. Sedangkan Rusia dan china, ujar Maryam, meski digadang sebagai kekuatan dunia lainnya yang mampu mengimbangi hegemoni AS, tidak menunjukkan perhatian signifikan terhadap isu ini sejak dahulu.

“Terkait peristiwa serangan antara Hamas dengan militer Israel, baik Rusia maupun China memutuskan untuk mengecam kedua belah pihak dan berdiri di atas nilai kemanusiaan, karena serangan tersebut keduanya telah merenggut nyawa masyarakat sipil,” kata Maryam.

Menurut dia, apabila ada tindakan atau seruan yang cenderung ofensif menyangkut konflik tersebut kemungkinan berasal dari dunia Islam contohnya Turki. Namun, kapabilitas Turki baik secara militer maupun ekonomi dinilai tidak mendukung untuk menginisiasi serangan atau memulai perang.

Secara teoritis, ujar Maryam, setiap negara dalam mengambil kebijakan akan dihadapkan oleh dua pilihan. Pertama, pada kondisi yang ada atau status quo. Kedua, terdapat keinginan untuk mengubah tatanan atau kondisi. “Adapun perang atau konflik merupakan pilihan yang kedua, yaitu keinginan untuk mengubah tatanan,” tutur Maryam.

Di sisi lain, Maryam mengatakan, peningkatan kuasa dan kekuatan dari salah satu aktor negara yang berkepentingan akan memungkinkan terjadinya inisiasi perang. Dalam kasus ini, negara-negara yang berkepentingan untuk menyerang memiliki relasi power atau kuasa yang tidak simetris dengan Israel dan AS serta negara Uni Eropa lainnya.

Meski begitu, dia mengingatkan pula soal kerugian yang akan dimunculkan apabila konflik Palestina-Israel meluas menjadi perang dunia ketiga. Warga sipil yang akan merasakan dampaknya.

“Sebagaimana data terkait korban serangan Hamas maupun Israel terutama perempuan dan anak-anak di kedua belah pihak. Negara-negara tetangga seperti Mesir, Suriah, Yordania dan Lebanon pasti akan terkena dampak, baik berupa serangan di perbatasan atau arus pengungsi yang meningkat tajam,” ujar Maryam. 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button