News

Ngadi-ngadi Renovasi JIS di Tengah Seretnya Anggaran

Jakarta International Stadium (JIS) kembali bergemuruh. Bukan karena sorakan penonton sepak bola atau konser musik yang digelar di stadion megah itu tapi ramai diperbicangkan di publik terkait renovasi. Stadion ini dianggap tidak sesuai standar FIFA sehingga harus direnovasi. Rencana ini pun dinilai ngadi-ngadi alias mengada-ngada.

Stadion berkapasitas 82 ribu itu diresmikan era gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada 24 Juli 2022 dengan menelan biaya pembangunan sekitar Rp4,5 triliun. Rencananya Stadion JIS akan dijadikan salah satu venue saat Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 2023 pada 10 November hingga 2 Desember 2023.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono sempat meninjau JIS bersama Ketua Umum PSSI Erick Thohir dan Penjabat Gubernur DKI Heru Budi Hartono, Selasa (4/7/2023). Ia mengungkapkan akan melakukan evaluasi agar dapat memenuhi standar FIFA untuk Piala Dunia U-17.

“Mulai rumput butuh Rp6 miliar 1 lapangan dari PU (PUPR), (anggaran) JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) ke Ancol dari PU, kereta api dari DKI, ramp dari Jasa Marga, ada stasiun sementara dari KAI (PT Kereta Api Indonesia), stasiun sementara lagi dibangun sama Dirut,” kata Basuki.

Selain penggantian rumput juga bakal dibangun tambahan lima akses untuk meminimalisasi risiko, seperti jembatan-jembatan penyeberangan untuk penonton yang parkir di Ancol. Rencananya juga akan dibongkar area parkir JIS mengingat lokasi parkir bus dinilai terlalu sempit.

Rencana renovasi stadion JIS membuat banyak warga bertanya-tanya mengingat stadion ini sejak awal dibangun dengan standar internasional. Jangan sampai gara-gara politis, karena dibangun di era Gubernur Anies Baswedan, pemerintah harus mengeluarkan dana lagi untuk renovasi di tengah seretnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Merunut ke belakang, JIS dibangun sebelumnya melibatkan peran pihak yang berpengalaman merancang bangun stadion kelas dunia. JIS dirancang oleh Buro Happold, perusahaan konsultan desain dan konstruksi asal Inggris. Perusahaan ini sudah 45 tahun malang melintang di berbagai proyek dunia mulai dari infrastruktur, gedung hingga sarana olahraga. Sejumlah proyek besar yang dikerjakan oleh Buro Happold di antaranya adalah Fields of Gold di Liverpool Inggris, Abu Dhabi International Airport, Airbus Wing Integration Center dan proyek lainnya.

Sementara pada proyek sarana olah raga, Buro Happold disebut terlibat dalam pembangunan Astana Arena di Kazakhstan, Aviva Stadium di Irlandia, London Olympic Stadium, Michelle and Barack Obama Sports Center di Amerika Serikat. Juga stadion-stadion sepak bola modern seperti Tottenham Hotspur Stadium di London, Everton FC: Bramley-Moore Dock stadium di Inggris, serta perancangan beberapa stadion Piala Dunia Qatar 2022, hingga Jakarta International Stadium (JIS) di Jakarta, Indonesia.

JIS merupakan salah satu stadion yang mirip dengan stadion di Eropa baik secara desain maupun fasilitas. Selain itu, pada saat pembangunannya, Pihak PT Jakarta Propertindo (Jakpro) juga didampingi langsung oleh Assessor FIFA sejak perencanaan dan desain.

Tak heran banyak pihak mempertanyakan rencana renovasi stadion ini. Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Taufik Zoelkifli menilai rencana pemerintah untuk merenovasi JIS merupakan pemborosan anggaran. “Itu pemborosan, karena pada kenyataannya rumput JIS tidak perlu diganti. Itu sudah standar FIFA,” kata Taufiq.

Taufik mengatakan, pihak Jakpro sempat menerangkan bahwa saat Stadion JIS dibangun menggunakan rumput hybrid. “Rumput hybrid itu campuran rumput sintetis sekitar 5 persen berjenis Limonta dari Italia dan rumput alami jenis Zoysia Matrella sebanyak 95 persen dari Boyolali, Jateng,” tambah Taufik.

Meskipun mendapat rekomendasi dari FIFA, namun, rumput hybrid tersebut disebut oleh Kementerian PUPR dan ahli yang dibawanya belum memenuhi standard FIFA. Yang membuatnya semakin janggal, kata Taufik, ahli yang ikut membangun stadion tersebut tidak diberi kesempatan bicara saat inspeksi.

Pemborosan anggaran

Selain masalah rumput, soal anggaran juga banyak menimbulkan pertanyaan. Kalau sudah sesuai standar FIFA mengapa pula harus direnovasi lagi? Bukankah ini sebuah pemborosan mengingat sekecil apapun penghematan anggaran saat ini akan sangat membantu pemerintah.

Apalagi saat ini posisi utang pemerintah masih sangat tinggi. Tercatat menurut Kementerian Keuangan (Kemenkeu) posisi utang pemerintah per Mei 2023 sebesar Rp7.787,51 triliun. Rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 38,15 persen

Pemerintah juga tengah berusaha menekan defisit APBN 2023 di bawah 3% dari PDB. Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan, defisit anggaran pada tahun ini mencapai Rp486,4 triliun atau 2,28% dari PDB. Sementara kinerja penerimaan pajak per bulan Mei demikian pula penerimaan bea dan cukai mengalami pelemahan. Artinya harus terus dilakukan efisiensi dan efektif membelanjakan anggaran.

Soal masalah anggaran yang seret ini sempat dialami pada event olahraga Kejuaraan Olahraga Pantai Dunia 2023 (AWBG 2023) yang gagal digelar di Bali pada 5-12 Agustus 2023. Association of National Olympic Committee (ANOC) menyatakan Bali “mundur sebagai tuan rumah AWBG 2023” dengan alasan panitia lokal atau LOC mengaku “tidak memperoleh anggaran dari pemerintah”.

Belakangan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo membantah pembatalan AWBG di Bali terkait anggaran yang tidak cair dari pemerintah. Dia mengaku pemerintah pusat telah menganggarkan dana Rp446 miliar untuk penyelenggaraan acara tersebut.

Dengan kondisi anggaran negara seperti ini tentu akan lebih baik jika dana renovasi JIS ini dialokasikan ke pos lain yang lebih membutuhkan. Entah itu untuk pemberdayaan masyarakat, UMKM atau untuk pembinaan sepak bola nasional. Apalagi PSSI dikabarkan masih memiliki utang hingga Rp100 miliar kepada banyak pihak.

Dari mana anggaran renovasi JIS?

Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan, Endra S. Atmawidjaja ketika diwancara Inilah.com mengaku belum tahu dari mana anggaran perbaikan JIS. Hal ini mengingat renovasi dilakukan beberapa pihak. “Kalau memang disetujui penggantian rumput dan JPO dari parkir di Ancol itu kita (Kementerian PUPR). Terminal sementara bisa KAI bersama Dishub dan juga akses ke Sunter itu juga Dishub. Kemudian ada juga JakPro. Itu pembagiannya dikerjakan sama-sama,” kata Endra.

Ia memaparkan, bagian renovasi yang dilakukan PUPR akan didanai dari APBN. “Jadi ini perlu perbaikan bukan berarti stadionnya jelek. Ini stadion bagus, cuma untuk memenuhi standar FIFA ada beberapa yang sangat strict, terutama di field of play nya, yaitu rumput. Karena ada parameternya. Rumput itu kan mahkotanya stadion,” katanya.

Bukankah lapangan sudah sesuai standar FIFA? Menurut Endra, Kementerian PUPR sudah bekerja dengan FIFA bukan hanya sekali. Waktu ASEAN Games kemudian persiapan Piala Dunia U-20 juga kerja bareng sehingga hapal standar FIFA dan cara pengetesannya termasuk soal rumput. “Kita anggap kondisi sekarang mungkin belum memenuhi standar FIFA. Jadi kalau misalkan standar FIFA 100 nilainya, mungkin kita sudah 97-98, tapi tetap saja tidak memenuhi standar. Artinya ada perbaikan yang akan kita lakukan,” imbuhnya.

Ia juga menambahkan renovasi ini tidak akan membutuhkan biaya besar sehingga tidak akan terlalu membebani anggaran. Sifatnya untuk melengkapi saja, tidak melakukan renovasi besar-besaran seperti di Stadion Kanjuruhan, Malang. “Perbaikan JIS ini malah berdampak baik bagi ekonomi. Akan banyak penonton dari dalam dan luar negeri kemudian ekonomi berputar. Yang penting kita harus jaga reputasi Indonesia bisa menyelenggarakan dengan sukses, punya stadion bagus, penonton tertib, dan punya akomodasi wisata yang memadai,” katanya. [Vonita]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button