News

Ganjar-Prabowo-Anies Masih Cari Sosok Cawapres yang Memrepresentasikan Daerah dan Ormas

Pengamat politik dari Trust Indonesia Research and Consulting Ahmad Fadhli menbeberkan alasan ketiga bakal calon presiden (bacapres) Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Rasyid Baswedan belum menentukan calon wakil presiden (cawapres) mereka hingga saat ini. Menurutnya ketiga bacapres masih mencari sosok cawapres yang memiliki dua variabel faktor penentu kemanangan, yaitu keterwakilan wilayah dan keterwakilan organisasi kemasyarakatan (ormas).

“Ada dua variabel faktor penentu kemanangan capres dan cawapres, yaitu keterwakilan wilayah dan keterwakilan ormas, kedua variabel ini sangat penting dan sangat menentukan dalam proses pemenangan pilpres,” ujar Fadhli saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Senin (24/7/2023).

Menurut Fadhli, ketiga bacapres sama-sama sulit untuk menentukan sosok cawapres yang mengantongi  dua varibel tersebut karena banyak tokoh-tokoh yang sesuai kriteria namun kemunculannya di tengah masyarakat belum begitu terlihat, sehingga membutuhkan waktu lama untuk menetapkan sosok cawapres yang tepat.

“Ketiga kandidat capres tersebut juga sedang mencari tentunya dua variabel ini yang melekat pada seorang sosok cawapres, ditambah kita memiliki satu masalah dalam proses kaderisasi kepemimpinan baik itu capres maupun cawapres tokoh-tokoh kita sebenarnya banyak yang memiliki kapasitas mumpuni, namun kemunculannya di publik itu masih belum terlalu masif,” ujar Direktur Riset Trust Indonesia ini.

Ia mencontohkan presiden keenam Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang pada periode pertamanya juga sangat mempertimbangkan keterwakilan daerah dan ormas pada diri cawapres yang mendampinginya, yang pada saat itu dua variabel itu melekat pada sosok Jusuf Kalla (JK), dan menjadi salah satu alasan juga JK dipilih mendampingi periode pertama presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Periode pertama Pak SBY beliau mempertimbangkan dengan cukup matang keterwakilan daerah dan ormas dari bakal cawapresnya, Pak SBY jilid pertama itu melihat Pak JK sebagai sosok yang mewakili wilayah Indonesia Timur dan mewakili kalangan organisasi Islam, kemudian Pak Jokowi di periode pertama menggunakan Pak JK karena mencari sosok cawapres yang mewakili duavaribel itu tidak gampang,” terangnya.

Sebagaimana, sambung Fadhli, kisah gagal dalam menentukan cawapres pernah dialami oleh Megawati Soekarno Putri pada Pilpres 2004 yang memilih cawapres pendampingnya Ahmad Hasyim Muzadi yang hanya mewakili ormas Islam saja namun tidak mewakili daerah.

“Pengalaman Ibu Mega waktu bertarung dengan SBY di 2004 itu dia memilih Ahmad Hasyim Muzadi yang tidak mewakili daerah dia hanya mewakili satu ormas Islam saja sehingga tidak dapat merangkul yang lain,” ungkap Fadhli.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button