News

Fasilitas dan Pelayan UMM Disebut Bobrok, Mahasiswa: Dosen Sering Bolos

Seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) curhat soal bobroknya pelayanan kampus. Begitu bobroknya, membuat ia memutuskan untuk pindah ke Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang.

Diketahui mahasiswa tersebut bernama Rafi Azzamy, curhatannya ia lontarkan melalui beberapa utasan terpisah di akun Twitter @Rafilsafat. Unggahannya sudah dilihat hingga 6,9 juta pengguna dan mendapatkan 6.227 likes.

Awalnya ia mengunggah hasil Seleksi Nasinal Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB), yang menyatakan dirinya lulus seleksi dan diterima di Fakultas Antropologi Unibraw. “Banyak orang tanya, mengapa dalam kurun satu tahun ini aku jarang publish tulisan? Singkatnya karena berada di kampus toxic (UMM)—gedung jelek, dosen jarang masuk, birokrat penjilat, dll—itu sungguh menguras tenaga. Iseng-iseng coba tes SNBT, eh lolos, bye kampus durjana (UMM),”cuitnya, dikutip Inilah.com, Minggu (25/6/2023).

Dalam utasan selanjutnya, ia mulai mengungkapkan apa saja kebobrokan kampus UMM. Pertama ia awali dengan masalah kebersihan, di mana sering ditemui kotoran kucing beberapa titik gedung kampus. Ia pun menyematkan video dalam unggahannya. “Okay ada yang ndak percaya kalau UMM seperti itu, coba lihat video kotoran kucing di dalam gedung ini. Bukan sekali atau dua kali saja ada tapi berkali-kali,” tulis dia.

Selain soal kebersihan, ia juga mengeluhkan soal malasnya dosen mengajar. Hal ini bahkan sudah ia keluhkan lewat surat terbuka. “ Di UMM (pengalaman dijurusan juga banyak dosen yang jarang masuk—akan ku survei secara serius kalau sempat—karena menjadi panitia acara seremonial kampus,” ucapnya.

Ia pun juga turut mengkritik pernyataan Rektor UMM Prof. DR. Fauzan, yang menyebut bahwa lelaki berambut gondrong telah menghilangkan identitasnya sebagai pria, terlihat seperti perempuan. “Demikian alasan UMM mengharamkan mahasiswa berambut panjang. Btw Nabi Muhammad, Issac Newton, Cak Nun itu mirip perempuan kah?” ketus dia.

Beberapa dosen di UMM pernah cerita kepada saya alasan dari sebagian mereka yang tidak ngajar, yakni karena kesibukan menjadi panitia di acara seremonial kampus.

Wah saya langsung mbatin:

“Berarti persoalan ini sudah sistemik, dah remuk dari sononya ini.”

— Rafi Azzamy (@Rafilsafat) June 25, 2023

Soal sistem belajar, ia mengatakan dosen lebih mementingkan urusan seremoni ketimbang mengajar mahasiswa. Mirisnya, para mahasiswa tidak berani protes karena akan berdampak pada penilaian mata kuliah.

“Lalu sebagai mahasiswa apakah kami menormalisasi tidak ngajarnya dosen? Woh tentu tidak, kalau kami ndak berani kritik langsung, biasanya berdoa agar mereka dapat hidayah. Dampak ndak ngajarnya dosen itu sungguh luar biasa, apalagi pas matkul penting. Kalian bisa nerka dampaknya,” klaim dia.

Rafi juga mengeluhkan keberadaan bebek-bebekan yang dibanggakan pihak kampus, diklaim menambah semangat dan suasana mahasiswa untuk belajar. Menurut dia, keberadaan wahana tersebut justru mengganggu.

“Oh yah! Hal unik dan khas UMM adalah bebek-bebekannya, di mana fasilitas ini ditujukan sebagai hiburan mahasiswa. Tapi demi Tuhan, suara ‘ngik-ngik’ saat bebek ini dimainkan amatlah mengganggu mata kuliah. Kalau enggak percaya, tanya saja anak UMM di GKB 1 atau survei langsung,” bebernya.

Ia mengaku sebagai korban promosi dari pihak kampus sehingga terjebak bisa masuk sebagai mahasiswa. “Anyway, hal yang aku salut dari UMM adalah cara promosinya. Akun Tiktok yang selalu mengikuti trend, beasiswa jalur influencer, bikin konten-konten populer, keren dah pokoknya. Tapi perlu dicatat bahwa hal itu keren sebagai korporasi dan bukan sebagai universitas!” tegas dia.

Meski memiliki banyak kebobrokan, Rafi mengatakan UMM masih memiliki satu keunggulan. Yaitu fasilitas laboratorium Hubungan Internasional (HI). Keberadaan fasilitas ini disebutnya sebagai setitik cahaya di dalam kegelapan.

“Apakah tidak ada hal baik di UMM? Woh yo jelas ada, Lab Hubungan Internasional ini salah satunya. Kepala Lab, Pak Adim, mengizinkan kami menggunakan Lab sebagai tempat kajian filsafat rutinan dari kelompok belajar kami. Inilah secerah cahaya di dalam UMM yang gelap gulita,” pungkas dia.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button