News

Ketika Punakawan menjadi Lawan, Apa Benar Terjadi atau Cuma Strategi?

“Apakah selamanya politik itu kejam? Apakah selamanya dia datang untuk menghantam? Ataukah memang itu yang sudah digariskan? Menjilat, menghasut, menindas, memperkosa hak-hak sewajarnya”.

Penggalan lirik lagu Iwan Fals berjudul ‘Sumbang’ sampai hari ini masih terus membekas di ingatan meski lagu tersebut sudah dinyanyikan sejak 1983 silam. Di era 80-an, Virgiawan Listanto nama lengkap Iwan Fals, kerap memberi kritikan terhadap para politikus yang kerap menghalalkan segala cara untuk menggapai keinginannya.

Mungkin anda suka

Apa yang terjadi ketika itu sejatinya tidak jauh berbeda dengan saat ini, sehingga lirik lagu Sumbang masih mengena untuk memberi kritikan hingga sekarang, terlebih menjelang Pemilu 2024.

Menjelang Pemilu 2024 ini, para politikus terus mempertontonkan kemahirannya dalam meraih simpati dari masyarakat. Tak hanya dari masyarakat, mereka (para politikus) juga mahir menarik simpati dari orang yang dijagokan sebagai calon Presiden RI.

Seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang secara gamblang mendeklarasikan dukungan terhadap kader PDIP, Ganjar Pranowo sebagai capres 2024 pada 3 Oktober 2022 lalu. Padahal PDIP sendiri ketika itu belum mengumumkan kadernya tersebut sebagai bakal capres.

Pernyataan yang disampaikan Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie itu sempat membuat para politikus PDIP gerah.

Pasalnya, dukungan terhadap Ganjar dilakukan tanpa terlebih dulu ada basa-basi atau izin ke PDIP. Sehingga dukungan terhadap petugas partainya tidak bisa dilakukan dengan cara selonong boy.

Kemudian pada 21 April 2023, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai bacapres, membuat sejumlah partai politik langsung ikut menyatakan dukungan yakni PPP dan Partai Hanura.

Dukungan PPP dan Hanura pun langsung disambut baik oleh PDIP ketika itu, sedangkan dukungan PSI terhadap Ganjar yang telah didengungkan sejak awal sepertinya tidak diindahkan oleh partai berlambang banteng.

Sampai akhirnya PSI memutuskan untuk tidak lagi mendukung Ganjar dan berpaling ke Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang juga diusung sebagai bacapres untuk 2024. Ini tergambar ketika bacapres dari Partai Gerindra itu mendatangi markas PSI di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat pada 2 Agustus 2023 lalu.

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai PSI lebih memilih Prabowo lantaran kecewa atas dukungan politiknya tidak dianggap oleh PDIP.

“Bentuk kemarahan, kekecewaan PSI yang sepertinya tidak terlampau dianggap oleh PDIP,” katanya.

Menurutnya PSI membuka diri kepada Prabowo dan partainya untuk berkoalisi, meski ke depannya bisa saja arah politiknya berubah. Setidaknya suara dari PSI akan menambah kekuatan dukungan bagi Prabowo.

Kehadiran Prabowo di tengah-tengah PSI ini tentu saja mengubah sejumlah kader yang dahulu kerap mengkritik kini menjadi mengapresiasi bahkan memuji mantan Danjen Kopassus itu.

Sebut saja Ade Armando, aktivis yang kini menjadi kader PSI itu dahulu mengkritik Prabowo tidak layak menjadi presiden lantaran menantu Presiden RI ke-2 itu masih ada dosa di masa lalu.

Kini, dirinya mengapresiasi Prabowo sebagai sosok yang humble dan berjiwa besar, terlebih ketika Prabowo memuji-muji dirinya ketika menyambangi PSI.

“Betapa dia itu sebagai calon presiden dengan elektabilitas terbesar saat ini dan saya itu hanya sekedar caleg. Bahkan memuji-muji saya, buat saya itu merupakan sikap yang sangat humble yang ditunjukkan oleh pak Prabowo,” katanya.

Politikus PSI itu juga memilih hengkang dari (channel Youtube) Cokro TV setelah tidak bisa lagi mengkritik PDIP yang berkaitan dengan bacapres Ganjar Pranowo. Karena dikhawatirkan menurunkan elektabilitas Ganjar.

Padahal, Dosen FISIP Universitas Indonesia ini meyakini, setiap pembawa acara berhak menyampaikan kritik terhadap seluruh partai dan kandidatnya yang akan bertarung dalam Pemilu 2024 tanpa terkecuali.

Menurut Ade, pimpinan Cokro TV memutuskan menjadikan kanal mereka untuk mendukung pemenangan Ganjar. Dengan begitu, Cokro TV disebut menolak mengkritik PDIP dan bakal capres yang diusung partai ini yaitu Ganjar Pranowo. Kebijakan itu didukung oleh tiga pembawa acara lainnya, seperti Denny Siregar, Eko Kuntadhi, dan Ahmad Sahal.

Tak cuma PSI, dukungan Prabowo juga ditunjukkan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Meski tidak ada pernyataan secara resmi, namun bentuk dukungan itu tersirat dari beberapa momen.

Ini terlihat dari merapatnya Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Golkar yang secara resmi menyatakan dukungan kepada Prabowo sebagai bacapres pada Pilpres 2024.

Pada 26 Februari 2023, Ketum PAN Zulkifli Hasan sempat mengatakan akan menetapkan nama capres-cawapres yang akan diusung namun menunggu petunjuk dari Presiden Jokowi.

“Jadi kalau kita-kita mau perang pasti harus menunggu perintah dan petunjuk Panglima Tingginya Bapak Presiden Jokowi,” ujar Zulhas, sapaan akrabnya, usai mengikuti acara pembukaan Rakornas PAN di Semarang, Minggu (26/2/2023).

Sementara Partai Golkar yang ikut mendukung Prabowo muncul setelah Airlangga Hartarto sebagai ketua umum digoyang isu musyawarah nasional luar biasa (munaslub) serta kasus pemanggilan oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) atas perkara dugaan korupsi bahan baku minyak goreng.

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai keputusan dua ketum partai politik menyatakan dukungan kepada Prabowo sekaligus menyiratkan arah dukungan Jokowi.

“Kalau bicara asumsi dan persepsi arahnya sudah ke sana, bahwa Jokowi ‘clear’ mendukung Prabowo,” ujarnya.

Jika memang benar mantan Wali Kota Solo itu diam-diam mendukung Prabowo tentu akan sangat menyakitkan bagi Megawati sebagai Ketum PDIP yang mengusung petugas partainya menjadi orang nomor satu di Indonesia.

“Kita bisa merasakan nuansa kebatinan Megawati, bagaimana Megawati seperti ditusuk dari belakang,” tambahnya.

Terlebih lagi, Prabowo sudah menyambangi kediaman Gibran Rakabuming di Solo, Jawa Tengah hingga memunculkan isu Prabowo akan menyuntingnya sebagai cawapres.

Menanggapi hal ini, pegiat media sosial (medsos) Denny Siregar bercerita betapa sakit hatinya Megawati jika benar petugas partainya mendukung Prabowo Subianto sementara PDIP sudah secara resmi mengusung Ganjar Pranowo sebagai bacapres.

“Saya nggak bisa membayangkan betapa sakit hatinya ibu Megawati, karena orang yang sudah dianggapnya anak yang terus dibelanya itu, akhirnya mengkhianati,” katanya melalui siaran Youtube.

Namun dirinya menganggap dukungan Jokowi ke Prabowo hanya klaim dari kubu Prabowo yang menjual nama Presiden RI demi kepentingan mereka.

Merapatnya PAN dan Golkar pun dimaknai sama oleh Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago. Ia menganggap dukungan dari dua partai itu menjadi sebuah kode keras dari Jokowi yang secara tidak langsung mendukung Prabowo sebagai capres yang diusung.

“Meski dukungan politik ini tidak terbuka sebagai arah dan sikap politik Jokowi. Secara tidak langsung, partai-partai yang mendukung Prabowo bisa disinyalir sebagai bentuk dari kode yang diberikan oleh Jokowi,” jelasnya.

Sehingga arah perpolitikan Jokowi lebih terasa di koalisi pendukung Prabowo Subianto ketimbang di Ganjar Pranowo. Diperkuat lagi dengan manuver relawan Pro Jokowi (Projo) yang sudah lebih dulu meninggalkan Ganjar dan berpaling ke capres lain.

Bahkan saat ini Projo sudah masuk ke ring satu Prabowo Subianto untuk membawa Menteri Pertahanan itu menjadi orang nomor satu di Indonesia pada Pilpres 2024.

Projo dapat dikatakan sebagai punakawan yang selalu membantu menyukseskan PDIP mengusung presiden pilihan Megawati pada Pilpres 2014 dan 2019 lalu. Namun menjelang Pilpres 2024, para punakawan memilih pergi dan memilih pelabuhannya yang baru.

Sebut saja Ketua Umum Jokowi Mania (Joman) yang juga mantan Ketua Ganjar Pranowo (GP) Mania, Immanuel Ebenezer kini bermanuver mendukung Prabowo Subianto sebagai capres ketimbang harus memilih Ganjar.

Noel, sapaan akrabnya, memilih untuk membubarkan GP Mania lantaran Gubernur Jateng Ganjar Pranowo ketika itu sama sekali minim gagasan sebagai bakal calon presiden.

Saat ini Noel menyatakan dukungan kepada Prabowo Subianto meski pada Pilpres 2019 lalu kerap mengkritik bahkan meminta aparat penegak hukum menangkapnya atas dugaan pelanggaran HAM 98.

Arifki melanjutkan, manuver-manuver dari relawan seperti ini sudah menyiratkan arah dukungan Jokowi sebenarnya. Namun dukungan itu tentu saja tidak serta merta langsung diutarakan, mengingat Presiden RI adalah masih sebagai petugas partai.

Namun ada juga yang beranggapan bahwa Jokowi bertujuan hanya ingin mengendorse Prabowo sebagai bacapres dan menjadikan Pilpres 2024 hanya dua pasangan calon (paslon). Sehingga pilpres cukup hanya satu putaran, lantas bagaimana dengan Anies Baswedan yang sejak awal sudah menyatakan siap maju sebagai capres 2024?

Atau memang ini sebuah strategi untuk menenggelamkan nama Anies Baswedan yang sudah diusung Partai NasDem agar tidak muncul sebagai capres sehingga cukup bisa maju sebagai cawapres.

“Ini bakal menjadi pertarungan liar jika Anies juga ikut bertarung, karena kompetisi tiga pasang bakal sulit mengarahkan angin politik ke pihak lawan,” tandasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button