Ototekno

Ancaman Private Label hingga Algoritma, Menggali Fenomena TikTok di Dunia e-Commerce

TikTok, platform media sosial yang dulu hanya dikenal sebagai tempat untuk berbagi video singkat, kini sedang dalam sorotan mengenai kiprahnya di pasar e-commerce Indonesia sebelum disetop operasinya oleh pemerintah.

Menggabungkan algoritma yang canggih dengan penggunaan data analitik, perusahaan asal China, Bytedance ini berencana mengeksplorasi lebih jauh tentang potensi dari pasar e-commerce di Indonesia melalui TikTok Shop. Pengamat menilai bahwa kehadiran TikTok di ranah ini memang membawa dampak yang cukup signifikan bagi UMKM dan industri besar tapi dengan banyak ancaman.

TikTok, yang awalnya merupakan platform untuk berbagi video pendek dan hiburan, menunjukkan ambisinya untuk menjadi salah satu pemain besar di dunia e-commerce. Dengan memanfaatkan algoritma yang kuat, TikTok berupaya untuk memberikan pengalaman belanja yang lebih personal dan menarik bagi penggunanya.

Pada dasarnya, TikTok ingin menggabungkan aspek hiburan dengan belanja online, sebuah pendekatan yang relatif baru di industri ini. “Ini bisa menjadi peluang emas bagi UMKM yang ingin memperluas jangkauan mereka,” ujar Pengusaha dan YouTuber Jaya Setiabudi dikutip, Rabu (27/9/2023).

“Namun, di sisi lain, TikTok juga berpotensi menjadi ancaman bagi pemain besar seperti Shopee dan Tokopedia yang sudah lama berkecimpung di industri ini,” sambungnya.

Jaya Setiabudi, yang merupakan seorang pakar di bidang ekonomi digital, mengatakan TikTok memang memiliki teknologi dan data analitik yang kuat. Namun, perlu kita ingat bahwa ini adalah perusahaan asal China, dan tentunya ada risiko keamanan data yang tidak bisa diabaikan.”

Dalam Project S yang dikatakan sebagai upaya TikTok dalam mengembangkan platform e-commerce mereka sendiri, yang berpotensi menciptakan private label atau merek pribadi. Private label sendiri adalah merek yang dibuat oleh perusahaan e-commerce atau ritel, dan bukan oleh produsen aslinya. Contoh terdekat adalah Matahari yang memiliki private label seperti Nevada dan Cole Connection.

“Dalam konteks ekonomi digital Indonesia, TikTok menawarkan peluang yang cukup besar, khususnya bagi UMKM. Tapi kita juga harus berpikir tentang risiko yang mungkin muncul, seperti masalah regulasi dan keamanan data,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute tersebut menekankan pentingnya memastikan bahwa produk yang dijual di platform e-commerce adalah produk dalam negeri.

“Ekonomi digital hanya akan bermanfaat bagi Indonesia jika yang dijual adalah produk lokal dengan tingkat kandungan lokal yang tinggi,” kata Heru kepada inilah.com.

Menurut data, dari 65 juta UMKM di Indonesia, hanya sekitar 25 juta yang telah go digital. “Pemerintah perlu mempertimbangkan kebijakannya terhadap UMKM, termasuk dalam konteks TikTok Shop,” kata Heru.

Dia mempertanyakan bagaimana pemerintah berkontribusi dalam pembangunan Indonesia, termasuk dalam hal pembukaan lapangan kerja dan penerapan perpajakan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button