Kanal

Tragis, Kita Impor BBM dari Singapura, Padahal Minyak Mentahnya dari Indonesia

Seperti tikus yang mati di lumbung padi. Barangkali ungkapan itu cocok untuk menggambarkan kondisi ketahanan energi Indonesia saat ini. Bagaimana tidak, kebutuhan BBM dalam negeri kita bertahun-tahun sangat bergantung pada impor dari Singapura. Padahal negeri jiran yang mungil itu sama sekali tak memiliki tambang minyak.

Ini disebabkan Singapura memiliki kilang yang sangat besar. Menurut data Lembaga Energy Information Administration (IEA), kapasitas kilang minyak di Singapura mencapai 1,4 juta barel per hari. Saat ini, ada tiga kilang minyak besar yang beroperasi di Singapura –yakni Shell Pulau Bukom Refinery dengan kapasitas 500.000 barel/hari, ExxonMobil Jurong Island Refinery dengan kapasitas 605.000 barel/hari, dan SRC Jurong Island Refinery berkapasitas 290.000 barel/hari. 

Dengan kapasitas sebesar itu, Singapura mampu mengolah minyak bumi yang diimpor dari Asia Tenggara dan Timur Tengah untuk kemudian diolah menjadi BBM siap ekspor. Sumber minyak mentah kilang Singapura Sebagian dari Indonesia. Singapura juga mengimpor minyak mentah dari Indonesia. Ekspor minyak mentah Indonesia ke Singapura mencapai 718,4 ribu ton senilai US$239,8 juta per tahun.

Sejak 2001 Singapura selalu masuk dalam lima besar tujuan ekspor minyak mentah utama Indonesia. Singapura merupakan hub minyak dunia yang menjadi pusat kilang dan pengekspor produk minyak terbesar kelima di dunia.

Bagaimana dengan Indonesia? Mungkin harus diakui bahwa kita bangsa yang ‘telat mikir’. Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia seperti tak peduli dengan pentingnya kilang yang modern. PT Pertamina (Persero) menyatakan kilang-kilang yang ada di Indonesia saat ini sudah berumur tua. Selain itu, selama puluhan, belum ada kilang baru yang dibangun.

Akibatnya, hanya sedikit minyak mentah dari sumur-sumur dalam negeri yang dapat diolah di fasilitas pengolahan milik perusahaan pelat merah tersebut. Direktur Logistik dan Infrastruktur PT Pertamina Mulyono mengatakan, kilang yang dimiliki Pertamina hanya mampu mengolah 3 persen jenis minyak mentah yang ada di dunia saat ini. Sisanya harus diimpor dari kilang di Singapura. 

Sebetulnya Indonesia memiliki enam kilang minyak. Tapi semua sudah tua, dan kapasitasnya jauh dari kebutuhan dalam negeri.

Kilang Minyak Plaju, Sumatera Selatan

Kilang minyak Plaju merupakan kilang tertua di Indonesia. Ada dua lokasi: Kilang Plaju yang didirikan oleh Shell dari Belanda pada tahun 1904 dan Kilang Sungai Gerong yang didirikan oleh Stanvac dari Amerika Serikat pada 1926. Kilang minyak Plaju saat ini beroperasi di bawah pengelolaan Pertamina Refinery Unit (RU) II. 

Kilang Minyak Putri Tujuh, Riau 

Kilang Minyak Putri Tujuh Dumai dioperasikan pada tahun 1971 dan kini berada di bawah Pertamina Refinery Unit (RU) II. Kapasitas kilang ini sebesar 127.000 barel per hari yang didistribusikan ke berbagai pelosok tanah air hingga mancanegara. Kilang minyak Putri Tujuh Dumai menghasilkan berbagai produk antara lain Aviation Turbine Fuel, Minyak Bakar, Minyak Diesel, Minyak Solar, Minyak Tanah, Solvent, Green Coke, Liquid Petroleum Gas (LPG). 

Kilang Minyak Cilacap, Jawa Tengah

Kilang minyak Cilacap merupakan kilang minyak terbesar di Indonesia yang dikelola Pertamina Refinery Unit (RU) IV. Kilang ini memiliki kapasitas produksi 348.000 barrel/hari sehingga memasok 60 persen kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Kilang minyak Cilacap juga menjadi satu-satunya kilang di Tanah Air saat ini yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Kilang minyak Cilacap terdiri dari tiga unit yaitu Kilang Cilacap I yang Idibangun tahun 1974, Kilang Minyak II yang dibangun tahun 1981, dan Kilang Paraxylene Cilacap dibangun tahun 1988. 

Kilang Minyak Balikpapan, Kalimantan Timur

Kilang ini dibangun Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1897, yang diberi nama Sumur Mathilda. Potensi tersebut membuat Kilang minyak Balikpapan didirikan dan beroperasi sejak tahun 1922. Operasional Kilang minyak Balikpapan kini dikelola oleh Pertamina Refinery Unit (RU) V. Saat ini, Kilang minyak Balikpapan memasok hingga 26 persen total kebutuhan BBM di seluruh Indonesia terutama untuk memasok kebutuhan dalam negeri khususnya wilayah Indonesia Bagian Timur. 

Kilang Minyak Balongan, Jawa Barat

Kilang ini tergolong masih baru karena operasinya dimulai pada tahun 1994 dan dikelola oleh Pertamina Refinery Unit (RU) VI. Bahan baku yang diolah di Kilang Balongan adalah minyak mentah Duri dan Minas yang berasal dari Provinsi Riau. Kilang minyak Balongan disebut memiliki nilai strategis dalam menjaga kestabilan pasokan BBM ke DKI Jakarta, Banten, sebagian Jawa Barat dan sekitarnya. Sayangnya kilang ini beberapa kali terbakar.

Kilang Minyak Kasim, Papua

Berada di ujung timur Indonesia, Kilang minyak Kasim dibangun di desa Malabam kecamatan Seget kabupaten Sorong Papua. Lokasinya sangat strategis karena bersebelahan dengan Kasim Marine Terminal (KMT) Petrochina. Kilang tersebut mulai beroperasi sejak Juli 1997 dan dikelola oleh Pertamina Refinery Unit (RU) VII. Kilang minyak Kasim mempunyai kapasitas 10.000 barrel per hari, dirancang untuk mengolah Crude (minyak mentah) dari Walio dan Salawati. Kilang minyak Kasim memberi kontribusi sekitar 15 persen dari total kebutuhan Maluku dan Papua.

Sayangnya kilang-kilang minyak Indonesia itu, selain berusia tua, juga punya kendala teknis yang serius. Entah mengapa kilang-kilang kita tak kompatibel dengan spek minyak mentah yang ada di pasar dunia.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, saat rapat dengan Komisi VII DPR beberapa waktu lalu, memaparkan kondisi kilang di Indonesia sudah sangat terbatas.

“Kondisi hari ini, jenis crude oil (minyak mentah) yang bisa diolah di kilang kita sangat-sangat terbatas jumlahnya,” ujar Nicke. Akibatnya perseroan perlu mengeluarkan biaya pokok produksi yang lebih tinggi. 

Tak heran, Indonesia kini menjadi negara pengimpor bersih (net importer) minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi BBM yang terus meningkat di dalam negeri. Meskipun di saat yang sama Indonesia juga masih mengekspor minyak mentah. Menurut data Badan Pusat Statistik, Indonesia mengimpor minyak olahan terbesar dari Singapura.

Setiap tahun kita setidaknya membeli 10 juta ton BBM dari Singapura. Selain dari Singapura, kita juga mengimpor BBM dari Malaysia (5 juta ton per tahun), India (1,4 juta ton per tahun), Arab Saudi (1 juta ton per tahun) dan dari pelbagai negara lain (4 juta ton per tahun).

Jika kondisi ini terus berlanjut, maka postur keuangan APBN kita akan terus boncos saat harga minyak dunia melambung tinggi.

Setiyardi Budiono

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button