Hangout

11 Faktor Penyebab Berat Badan Anak Susah Naik

Pemantauan pertumbuhan anak secara menyeluruh adalah bagian penting dalam menjaga kesehatan anak. Sedari anak lahir, pengukuran berat dan tinggi badan lalu memplotnya di grafik perkembangan anak atau Kartu Menuju Sehat (KMS), merupakan cara yang disarankan oleh setiap dokter anak.

Sehingga, ketika terjadi tren berhenti atau melandai, bisa segera dikenali dan ditindak agar tidak sampai terjadi gagal tumbuh, atau lebih parahnya lagi stunting jika terlambat ditangani.

Mungkin anda suka

dr. Herbowo Agung Soetomenggolo, Sp.A(K) dalam tayangan Instagram Live bersama Teman Parenting menjelaskan, tren berat badan anak secara keseluruhan jauh lebih penting daripada hanya penurunan berat badan yang terjadi secara satu waktu.

“Penting juga untuk membandingkan pertumbuhan anak di bulan ini dengan bulan sebelumnya, untuk memastikan bahwa berat serta tinggi badan anak bertambah dengan baik,” kata Herbowo ditulis di Jakarta, Kamis, (02/12/2021).

Sangat wajar balita akan kehilangan berat badannya saat lebih aktif. Berat anak mungkin turun jika dibandingkan dengan tinggi badannya, tetapi anak tetap terus bertumbuh.

“Itulah kenapa jika ada penurunan berat badan yang signifikan dalam satu pengukuran, harus dibawa ke dokter dan diukur ulang untuk menentukan apakah penurunan itu memerlukan tindakan lebih lanjut,” paparnya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan berat badan anak susah naik dan seringkali itu disebabkan oleh kombinasi faktor, mulai dari kondisi medis hingga kesulitan sosial atau finansial.

“Dan ingat, kenaikan berat badan yang buruk bukanlah penyakit, melainkan gejala yang memiliki banyak kemungkinan penyebab. Intinya, apa pun yang mengganggu akses anak ke makanan atau kemampuan mencerna makanan, tentu dapat mengganggu pertumbuhan,” katanya.

Beberapa faktor tersebut antara lain:

1. Tidak mendapat asupan kalori yang cukup atau tidak mengonsumsi nutrisi makro (kombinasi protein, lemak, dan karbohidrat) dalam jumlah tepat

2. Memerlukan jumlah kalori yang lebih tinggi dari biasanya

3. Gangguan metabolisme seperti hipoglikemia, galaktosemia, atau fenilketonuria yang dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mengubah makanan menjadi energi

4. Fibrosis kistik yang dapat menghambat penyerapan kalori

5. Refluks gastroesofagus sehingga menyebabkan anak sering muntah

6. Diare kronis akibat infeksi bakteri/virus, intoleransi makanan, gangguan pada usus, dan lain-lain

7. Perilaku pilih-pilih makanan atau mudah teralihkan saat makan

8. Gangguan makan berbasis sensorik pada anak-anak dengan gangguan perkembangan (Misalnya gangguan spektrum autisme)

9. Disfungsi menelan

10. Asupan susu atau jus yang berlebihan

11. Alergi makanan atau intoleransi makanan yang dapat membatasi makanan apa yang bisa dimakan anak tanpa menimbulkan gejala.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button