Market

5 Perusahaan Sawit Penyumbang Karhutla dari Masa ke Masa

LSM Pantau Gambut menyebut adanya 5 perusahaan penyumbang kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sejak 2015 hingga 2019. Di lahan konsesi mereka ditemukan ratusan titik panas atau hotspot.

Dari temuan ini, kalangan aktivis lingkungan semakin yakin bahwa korporasi memang tidak punya kepedulian terhadap lingkungan. Yang penting cuan dan cuan. Perkara lingkungan rusak, nomor sekian.

Juru Kampanye Pantau Gambut, Abil Salsabila, menyebutkan luasan kebakaran hutan di area 5 perusahaan itu, periode 2015-2020, membuktikan betapa lemahnya komitmen pelaku usaha dalam menjaga lingkungan.

terkesan kuat, kata Abil, kelima korporasi itu, abai dalam menyediakan sistem, sarana, dan prasarana pencegahan serta pengendalian karhutla. Padahal, penyediaan sistem ini diatur dalam Permen LHK No. 32/2016 dan Permentan No 5 Tahun 2018.  

“Sejauh temuan PG, hingga hari ini, kelima perusahaan dengan histori kebakaran yang terus berulang di dalam konsesinya belum ada satupun yang diproses secara hukum. Padahal, perusahaan bertanggung jawab secara mutlak (strict liability) dan tanggung renteng (vicarious liability) atas kebakaran yang terjadi di konsesinya,” kata Abil, dikutip Selasa (12/9/2023).

Adapun kelima perusahaan yang berkontribusi terhadap karhutla, adalah sebagai berikut. Nomor wahid adalah PT Mekar Karya Kahuripan (MKK), perusahaan sawit yang beroperasi di Kalimantan Barat (Kalbar), dengan 675 titik panas.

Baca Juga:

Aktivis Lingkungan Kalteng Temukan 3.816 Titik Panas di 208 Area Konsesi

Asal tahu saja, MKK ini masuk Makin Group, kerajaan bisnis milik Wonowidjojo yang kondang sebagai pendiri pabrik rokok Gudang Garam di Kediri, Jawa Timur.

Posisi kedua adalah PT Sumatera Unggul Makmur (SUM) yang beroperasi di Kalbar. Perkebunan sawit milik Gama Plantation ini, beroperasi memiliki 397 titik panas.

Dan, Gama Plantation didirikan Martua Sitorus bersama saudaranya, Ganda Sitorus. Perusahaan ini mulanya bergerak di bidang kelapa sawit, belakangan terus melebarkan sayap ke berbagai sektor. Seperti properti dan semen.

Ketiga, PT Sebukit Inter Nusa (SIN) juga beroperasi di Kalbar, merupakan anak usaha dari Sioeng Group, memiliki 309 titik panas. Keempat, PT Bina Agro Berkembang Lestari (BABL) yang terafiliasi dengan Cipta Tumbuh Berkembang, beroperasi di Kalbar. Perusahaan sawit ini memiliki 188 titik panas.

Terakhir, PT Palma Satu (PS) adalah perusahaan sawit yang beroperasi di Riau. Perusahaan milik duta Palma Group ini, memiliki 131 titik panas.

PT BABL terhubung dengan Cipta Tumbuh Berkembang, PT SIN terhubung dengan Sioeng Group, dan PT PS terhubung dengan Duta Palma Group.

Hasil analisis historis karhutla di konsesi ke-lima perusahaan itu, ternyata cukup panjang. Tiga perusahaan ini, yakni PT MKK, PT PS, dan PT SIN adalah penyumbang karhutla pada 2015.

Olah data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) oleh Pantau Gambut, menyebutkan, karhutla di PT MKK mencapai 262 hektare (ha),  PT PS seluas 254 ha, dan PT SIN seluas 129 ha.

Pada karhutla 2015, tercatat lebih dari 2,6 juta ha hutan dan lahan, hangus terbakar. Kala itu, sebagian besar wilayah Sumatra dan Kalimantan, tertutup asap. Sehingga wajar bila kejadian ini menjadi perhatian dunia.

Pada 2018, luas karhutla di lima konsesi di atas gambut ini cukup tinggi.  Karhutla di PT MKK mencapai 898 ha, PT PS mencapai 596 ha, PT BABL mencapai 1.528 ha,, PT SIN seluas 1.997 ha, dan PT SUM seluas 4.334 ha.

Pada 2019, kelima perusahaan itu kembali berkontribusi terhadap karhutla. Sebut saja, PT MKK menyumbang kahutla seluas 5.872 ha, PT PS seluar 7 ha, PT BABL mencapai 257 ha, PT SIN seluas 500 ha, dan PT SUM seluas 1.653 ha.  

Dan, lebih dari 1,6 juta ha hutan dan lahan terbakar. Bencana ini pun terekam sebagai karhutla terbesar setelah 2015.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button