News

Sudah Berulang, Kelaparan di Papua Dinilai Kasus Luar Biasa

Kasus kelaparan di Papua yang dipicu dari bencana kekeringan hingga mengakibatkan enam orang meninggal dunia dinilai sebuah kasus yang luar biasa. Pasalnya, kasus ini bukan perdana terjadi di ujung timur Indonesia itu namun sudah berulang-ulang.

Berdasarkan catatan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), bencana kelaparan di Papua sebelumnya pernah terjadi pada 2020 dan 2022. Ini terjadi karena ketidakcukupan konsumsi pangan di sejumlah distrik di Papua.

“Ini sudah terjadi berulang, dan ini kasus parah sekali,” kata Direktur Eksekutif Walhi, Maikel Primus Peuki.

Dirinya menyayangkan kasus serupa kembali terjadi pada tahun ini dengan jumlah korban meninggal dunia lebih banyak dari kasus sebelumnya. Padahal semestinya jika pemerintah memberikan perhatian yang serius, tentunya permasalahan ketersediaan makanan dapat teratasi.

Menurutnya, masyarakat Papua yang berada di wilayah rawan kekeringan memiliki kebiasaan bertani atau bercocok tanam. Mereka mengonsumsi makanan dari hasil panen, sehingga hidupnya sangat bergantung pada pertanian secara turun temurun.

“Mestinya presiden sudah mengantisipasi dampak yang terjadi pada masyarakat adat papua di lokasi rawan kekeringan ini,” ujarnya.

Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengklaim telah mengatasi masalah kekeringan yang terjadi di Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Hal ini didasari dari sudah sampainya bantuan makanan ke Distrik Agandugume.

Diketahui, warga yang terdampak kekeringan di Distrik Agandugume dan Distrik Lembawi sebanyak 7.500 orang yang enam di antaranya meninggal dunia karena kesulitan mendapat makanan yang layak untuk dikonsumsi.

Namun berbeda dengan keterangan yang disampaikan Wakil Ketua Tim Penanganan Bencana Kekeringan Kabupaten Puncak Zainuddin Rachman yang menyebut warga terdampak kekeringan di Kabupaten Puncak justru bertambah menjadi 8.012 orang.

“Mereka saat ini masih bertahan di distrik masing-masing,” jelasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button