Hangout

Pangeran Harry Didiagnosis ADD, Apa Saja Tanda-tandanya?

Pangeran Harry telah didiagnosis menderita Attention Deficit Disorder (ADD) dari terapis selama wawancara langsung. Kondisi neurologis orang seperti ini terkait dengan rentang perhatian rendah, perilaku impulsif, hiperaktif, dan banyak lagi.

Dr Gabor Maté, terapis Kanada dan penulis The Myth of Normal mengungkapkan diagnosis psikologisnya kepada sang pangeran selama wawancara langsung. “Suka atau tidak suka, saya telah mendiagnosis Anda dengan Attention Deficit Disorder (ADD),” katanya.

“Anda bisa setuju atau tidak setuju. Saya tidak melihatnya sebagai penyakit. Saya melihatnya sebagai respons normal terhadap stres yang tidak normal,” tambah Dr Maté.

Sang pangeran menjawab: “Oke – haruskah saya menerimanya atau haruskah saya memeriksanya?” Dr Maté menjawab: “Anda dapat melakukan apa yang Anda inginkan dengannya.”

Dalam sebuah email ke Postmedia, Dr Maté menjelaskan tentang percakapan tersebut. Ia memaparkan, di buku memoarnya ‘Spare’, Pangeran Harry sangat terbuka tentang tantangan kesehatan mentalnya. Percakapan publik seperti itu, harap Dr Maté, akan membantu mendorong lebih banyak keterbukaan seputar kesehatan mental dan berkontribusi untuk menghilangkan stigma seputar apa yang disebut penyakit mental. “Saya pikir diskusi tentang kehilangan, trauma, dan penyembuhan menarik bagi orang-orang di semua lapisan masyarakat.”

Pada 2021, Duke of Sussex mempersembahkan serial Apple TV+, The Me You Can’t See, bersama Oprah Winfrey, dengan fokus pada trauma masa lalu dan tantangan kesehatan mental yang dihadapi banyak tokoh produktif. Dalam serial dokumenter itu, sang pangeran sendiri sangat jujur tentang kematian ibunya dan bagaimana dia beralih ke minum-minuman beralkohol untuk ‘menutupi’ kesedihannya.

Ia menyebut menderita kecemasan parah dari usia 28 hingga 32 tahun. “Saya berada di mana-mana secara mental,” katanya. “Setiap kali saya mengenakan jas dan dasi… harus melakukan peran, dan pergi, ‘benar, wajah permainan’, melihat ke cermin dan berkata, ‘ayo pergi’. Bahkan sebelum saya meninggalkan rumah, saya sudah bercucuran keringat. Saya dalam mode bertarung atau lari.”

Dia menambahkan: “Saya bersedia minum, saya bersedia minum obat, saya bersedia mencoba dan melakukan hal-hal yang membuat saya merasa kurang seperti yang saya rasakan.”

Pangeran Harry, Duke of Sussex adalah putra bungsu Raja Charles III dari istri pertamanya, Diana, Putri Wales. Ia berada di posisi kelima dalam garis suksesi Britania Raya, setelah kakaknya, William, Pangeran Wales, dan tiga anak dari kakaknya, yaitu Pangeran George, Putri Charlotte, dan Pangeran Louis.

Pangeran Harry dan istrinya Meghan Markle baru saja ‘diusir’ oleh Raja Charles dari kediaman mereka saat masih berstatus bangsawan di Frogmore Cottage, Inggris. Raja Charles telah membuat keputusan untuk mengeluarkan pasangan tersebut dari rumah tersebut, setelah keduanya pindah ke Amerika Serikat. Harry dan Meghan pun dikabarkan sangat marah dengan pengusiran tersebut.

Pangeran Harry Add

Kondisi neorologis otak

Apa itu ADD? Mungkin seseorang, lebih banyak anak-anak, banyak melamun dan perhatiannya mudah teralihkan saat mengerjakan pekerjaan rumah. Mungkin mereka terus-menerus gelisah. Mungkin mereka memiliki attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau itu Attention Deficit Disorder (ADD).

ADD adalah kondisi neurologis dengan orang yang didiagnosis dengan gangguan yang menderita rentang perhatian rendah, perilaku impulsif, hiperaktif, dan banyak lagi. Menurut National Institute of Health, sekitar tiga persen orang dewasa mengalami kondisi ini.

ADD didiagnosis jika seorang anak di bawah usia 16 tahun memiliki enam atau lebih gejala kurangnya perhatian (lima atau lebih untuk remaja yang lebih tua) selama minimal 6 bulan berturut-turut tetapi tidak ada tanda-tanda hiperaktif/impulsif.

Gejalanya meliputi kesulitan memperhatikan (mudah teralihkan), tidak menyukai atau menghindari tugas mental yang panjang (seperti pekerjaan rumah), kesulitan untuk tetap mengerjakan tugas selama sekolah, di rumah, atau bahkan saat bermain. Juga termasuk idak teratur dan tampaknya pelupa, tidak tampak mendengarkan saat diajak bicara langsung, tidak terlalu memperhatikan detail, sering kehilangan barang, hingga membuat kesalahan yang ceroboh.

Sementara ADHD merupakan gangguan berbasis otak. Ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari anak di rumah dan di sekolah. Anak-anak yang mengalaminya kesulitan memperhatikan dan mengendalikan perilakunya, dan terkadang hiperaktif.

Tandanya seperti kurang perhatian, termasuk disorganisasi, masalah dalam mengerjakan tugas, terus-menerus melamun, dan tidak memperhatikan saat diajak bicara secara langsung. Juga bersifat impulsive, mencakup keputusan mendadak tanpa memikirkan kemungkinan bahaya atau efek jangka panjang. Mereka bertindak cepat untuk mendapatkan hadiah. Mereka mungkin secara teratur menyela guru, teman, dan keluarga. Tanda lainnya dalah hiperaktivitas biasanya melibatkan menggeliat, gelisah, mengetuk, berbicara, dan gerakan konstan, terutama dalam situasi yang tidak sesuai.

Apa beda ADD dan ADHD ? Mengutip WebMD, pada 1994, dokter memutuskan bahwa semua bentuk gangguan defisit perhatian akan disebut gangguan defisit perhatian/hiperaktif, atau ADHD, meskipun orang tersebut tidak hiperaktif. Sekarang disebut, tipe lalai, atau ADHD, tipe hiperaktif/impulsif, atau ADHD, tipe gabungan.

Gejala pada orang dewasa

Pada orang dewasa, mengutip Pelayanan Kesehatan Nasional (NHS) gejala ADHD lebih sulit ditentukan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kurangnya penelitian terhadap orang dewasa dengan ADHD. Karena ADHD adalah gangguan perkembangan, diyakini tidak dapat berkembang pada orang dewasa tanpa muncul pertama kali selama masa kanak-kanak. Artinya gejala ADHD pada anak-anak dan remaja seringkali berlanjut hingga dewasa.

“Cara kurangnya perhatian, hiperaktif, dan impulsif memengaruhi orang dewasa bisa sangat berbeda dari cara mereka memengaruhi anak-anak. Sebagai contoh, hiperaktivitas cenderung menurun pada orang dewasa, sedangkan ketidakpedulian cenderung tetap karena tekanan kehidupan orang dewasa meningkat,” ungkap NHS.

Gejala ADHD dewasa juga cenderung jauh lebih halus daripada gejala masa kanak-kanak. Beberapa spesialis mengungkapkan daftar gejala yang terkait dengan ADHD pada orang dewasa. Di antaranya kecerobohan dan kurangnya perhatian terhadap detail, terus memulai tugas baru sebelum menyelesaikan yang lama serta keterampilan organisasi yang buruk.

Gejala lainnya seperti ketidakmampuan untuk fokus atau menentukan prioritas, terus-menerus kehilangan atau salah menempatkan barang, kelupaan, kegelisahan, juga kesulitan untuk tetap diam, dan berbicara tidak pada gilirannya. Termasuk melontarkan tanggapan dan sering menyela orang lain, perubahan suasana hati, lekas marah, ketidakmampuan menghadapi stress hingga ketidaksabaran ekstrim. Ada pula dewasa yang seringkali tidak memperhatikan keselamatan pribadi atau keselamatan orang lain misalnya, mengemudi dengan berbahaya.

Seperti halnya ADHD pada anak-anak dan remaja, ADHD pada orang dewasa dapat terjadi bersamaan dengan beberapa masalah atau kondisi terkait. Salah satu yang paling umum adalah depresi. Kondisi lain yang mungkin dimiliki orang dewasa bersamaan dengan ADHD meliputi gangguan kepribadian, gangguan bipolar, hingga obsesif kompulsif (OCD).

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button