Market

Ekonom: Ada Pejabat Sebut Utang RI Masih Aman, Itu Pembodohan Publik

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu, menyebut rasio utang Indonesia terhadap PDB tergolong rendah ketimbang negara maju. Artinya, utang Indonesia boleh nambah, karena masih aman.

Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan menyebut pernyataan Febriao adalah pembodohan rakyat. “Itu jelas pembodohan kepada rakyat. Kalau parameternya cuman rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),” papar Anthony kepada Inilah.com, Kamis (9/12/2021).

Sekedar mengingatkan, Febrio menyatakan, rasio utang Indonesia terhadap PDB pada 2020 mencapai 40 persen. Sedangkan negara-negara maju, misalnya Jepang, rasio utang terhadap PDB terbesar di dunia, yakni mencapai 237%.

“Misalnya, saya penghasilan Rp3 miliar per tahun, punya utang Rp2 juta. Sementara Anda penghasilannya Rp1 miliar per tahun, utangnya Rp500 ribu. Apakah bisa dikatakan keuangan Anda lebih aman ketimbang saya? Kan enggak begitu. Saya bisa saja langsung lunasi, keuangan saya sehat. Karena penghasilan saya besar. Bahkan lebih besar ketimbang Anda. Begitu kira-kira gambarannya,” bantah Anthony.

Selanjutnya, Anthony menyebut rasio pembayaran utang pokok dan bunga (debt service ratio) Indonesia pada 2020 mencapai 46,77%. Jauh di atas rekomendasi IMF yang berada di kisaran 25%-35%. Begitu pula rasio pembayaran bunga terhadap penerimaan Indonesia, mencapai 19,06% pada 2020. Melampaui rekomendasi IMF sebesar 7%-10%, dan International Debt Relief (IDR) sebesar 4,6%-6,8%.

Rasio utang terhadap penerimaan Indonesia mencapai 369% pada 2020. Sementara, rekomendasi IMF hanya 90%-150%, IDR cuma 92%-167%. Dan, BPK mencatat indikator kesinambungan fiskal sebesar 4,27% pada 2020. Jauh di atas rekomendasi The International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI)-debt indicator, yakni di bawah nol persen.

“Itu semua disampaikan BPK kepada pemerintah. Artinya, utang pemerintah Indonesia sudah mengkhawatirkan. Saat ini, Indonesia masih diselamatkan oleh harga komoditas yang mendongkrak nilai ekspor. Tahun depan kita tidak tahu, apakah harga masih bagus. Kalau anjlok, rontok ekonomi kita,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button