Market

Ekonom Sebut 9 Tahun SBY Lebih Berhasil Turunkan Pengangguran Ketimbang Jokowi

Ekonom dari Bright Institute, Awalil Rizky menyebut, sembilan tahun pemerintahan Jokowi menurunkan tingkat pengangguran terbuka (TPT), masih rendah. Jauh di bawah era Presiden SBY.

Dikutip Senin (20/11/2023), Awalil mencatat, TPT pada Agustus 2023 sebesar 5,32 persen. Memang turun jika dibandingkan Agustus 2022. Namun, masih lebih buruk dibanding TPT sebelum pandemi COVID-19. Misalnya pada Agustus 2019, TPT mencapai 5,28 persen. “Jumlah pengangguran justru bertambah, dari 7,10 juta orang (2019) menjadi 7,86 juta orang (2023),” ungkapnya.

Bagaimana dengan 9 tahun ini? Menurut Awalil, TPT berhasil diturunkan, namun rendah sekali. Turunnya hanya 0,62 persen dari 5,94 persen per Agustus 2014 dibandingkan Agustus 2023 sebesar 5,32 persen.  Hal ini, berbeda dengan 9 tahun kekuasaan SBY yang berhasil menggerus TPT hingga 3,69 persen. Dalam hal ini, jumlah pengangguran turun 2,84 juta orang.

“Salah satu dampak besar pandemi COVID-19 adalah pengurangan jam kerja. Jumlah mereka yang bekerja kurang dari jam normal, atau kerja tidak penuh meningkat dari 36,54 juta orang (Agustus 2019) menjadi 46,43 juta orang (Agustus 2020),” terangnya.

Sedangkan jumlah pekerja tidak penuh, mencapai 43,46 juta orang per Agustus 2023. Jauh lebih banyak ketimbang sebelum pandemi COVID-19. Bahkan lebih tinggi dibanding Agustus 2014 yang mencapai 35,77 juta orang. “Artinya, selama era Jokowi, jumlahnya (pekerja tidak penuh) bertambah. Meski secara persentase relatif stagnan,” kata Awalil.

Di tengah data-data penganguran ini, ada kabar baik. Berdasarkan lapangan usaha dari pekerjaan utama, pengelompokan serupa dengan dalam data Produk Domestik Bruto (PDB). Yaitu, ada 17 lapangan usaha. Di mana, jumlah dan persentase terbanyak saat ini, adalah sektor pertanian.

Namun demikian, jika disandingkan dengan data 2012-2019, jumlah pekerja sektor pertanian cenderung menurun. Karena jumlah pekerja yang cenderung meningkat.

Bisa jadi, pandemi COVID-19 membuat sektor pertanian menjadi semacam “penampungan” bagi pekerja yang kehilangan mata pencariannya. Misalnya para korban PHK dari industri pengolahan.

Ketika perekonomian diklaim mulai pulih oleh otoritas ekonomi, pekerja di sektor ini, justru melonjak. Cukup jelas bahwa turunnya tingkat pengangguran, atau bertambahnya jumlah pekerja, disumbang dari sektor pertanian yang mencapai 39,45 juta orang. Atau setara 28,21 persen dari total pekerja pada Agustus 2023.

Secara jumlah, pertambahan pekerja sektor pertanian sekitar 3,5 jutaan dibanding Agustus 2019. Kalau dipersentase-kan naiknya 0,88 persen,  dari 27,33 persen.

Sedangkan jika dibandingkan dengan kondisi Agustus 2014 yang sebanyak 38,97 juta orang, maka jumlahnya bertambah sebanyak 0,48 juta orang. Secara persentase memang telah menurun cukup signifikan.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button