Arena

Habis Gelap Terbitlah Terang di Qatar

Piala Dunia Qatar 2022 berakhir sudah. Dengan resmi usainya pesta bola Qatar edisi perdana di Jazirah Arab, drama dan kritik berlatar isu sosial, budaya, politik, ekonomi, dan hukum, mereda.

Turnamen seolah kembali menjadi ajang pertandingan antartim terbaik yang memberi suka duka kepada pendukung, penggemar, dan penggila sepak bola. Sudah 12 tahun beragam kritik menyertai penyelenggaraan Piala Dunia sejak Qatar diumumkan sebagai tuan rumah.

Yang diingat tentu keraguan besar terhadap Qatar, negeri berupa semenanjung kecil di pesisir barat Laut Arab (Laut Persia), menyelenggarakan Piala Dunia. Keraguan itu terkait tim nasional Qatar yang belum pernah tembus putaran final hingga iklim gurun yang dicemaskan “menyiksa” peserta.

Presiden FIFA Gianni Infantino membela penuh turnamen piala dunia Qatar. Infantino mengatakan Qatar telah berhasil mengubah citra global Semenanjung Arab, terutama dari sudut pandang penggemar sepak bola. Pementasan Piala Dunia 2022 adalah contohnya, dan sepak bola dapat berdampak besar pada kehidupan orang-orang di luar permainan.

Gettyimages 1245718586 612x612 - inilah.com
Gettyimages

Pada saat upacara penutupan Piala Dunia 2022 di Doha, Infantino mengatakan bahwa edisi ke-22 dari sepak bola terhebat menghadirkan banyak drama, sesuatu yang tidak pernah ada sebelumnya.

Untuk pertama kalinya, perwakilan dari semua negara, termasuk Asia, Eropa, Afrika, Amerika, dan Australia, berpartisipasi dalam babak 16 besar. Dia juga menyoroti kesuksesan luar biasa Maroko, pemimpin Afrika pertama yang lolos ke semifinal. Dia mengatakan perjalanan ke Maroko menakjubkan. Hal Itu bisa terjadi menurutnya karen hasil dari proses yang telah diinvestasikan secara besar-besaran dalam pengembangan sepak bola, mulai dari pembangunan fasilitas, pengembangan sistem kompetisi dan pengawasan terhadap anak-anak.

Di luar sepak bola, Infantino menyebut jutaan penggemar sepak bola di seluruh dunia yang memiliki pandangan negatif terhadap Qatar jelang Piala Dunia adalah fiktif belaka. Rasa ini terus sematkan oleh Infantino berkat kesediaan Qatar menyambut seluruh pecinta sepak bola dengan tangan terbuka.

“Piala Dunia ini menghadirkan sikap saling memahami (mutual understanding) dari fans internasional tentang Qatar yang menjadi representasi dunia Arab dan Timur Tengah. Mereka mengalami segala hal yang mereka dengar tentang sisi negatif Qatar tidak benar, sehingga ini memberikan pengalaman berharga bagi mereka ketika pulang ke negaranya. Bagi saya, itu adalah legasi Qatar dari sisi di luar sepak bola,” ucap Infantino mengutip laman resmi FIFA.

Tuan rumah negara baru

Selain itu, keberhasilan Qatar menyelenggarakan Piala Dunia juga menebalkan niat FIFA memberikan negara-negara baru menjadi tuan rumah turnamen FIFA. Ia menyebut, Indonesia dan Peru akan menjadi tuan rumah turnamen junior putra pada 2023. Sedangkan India dan Kosta Rika mendapat kesempatan melaksanakan turnamen junior putri di tahun ini.

“Kami ingin menyelenggarakan turnamen di negara-negara baru. Asia Tenggara, misalnya, terdiri dari 10 negara yang ada dari 200 juta penduduk punya semangat besar dengan sepak bola. Sayangnya, mereka tidak memiliki kesempatan menyaksikan nama-nama dan tim-tim besar lebih dekat. Itu peluang untuk membuat sepak bola lebih global guna menghadirkan kebahagiaan dan kesan positif,” katanya.

Gettyimages 1245718897 612x612 - inilah.com
Gettyimages

Selain itu, Infantino juga menargetkan sejumlah ambisi besar untuk penyelenggaraan Piala Dunia 2026 yang akan diselenggarakan di tiga negara, yakni Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Piala Dunia itu bakal menjadi edisi perdana dengan 48 peserta atau meningkat 16 tim dibandingkan periode 1998-2022.

Dengan peningkatan jumlah kontestan itu, FIFA mematok target Piala Dunia edisi ke-23 itu bisa menghadirkan rekor baru dalam jumlah penonton yang menyaksikan laga di stadion. Menurut Infantino, hal itu berpeluang besar karena tiga negara itu memiliki stadion-stadion besar yang bisa menampung setidaknya 60.000 penonton.

“Kami berharap bisa mencapai lima juta penonton di 2026. Kami juga ingin membuat sepak bola sebagai olahraga nomor satu di Amerika Utara,” ujar Infantino.

Ambisi ini ada benarnya. Piala Dunia FIFA 1994 masih menjadi edisi yang paling menarik perhatian penonton. Jumlah 3,5 juta suporter di stadion dan tidak akan terpecahkan hingga Qatar 2022.

Hingga laga ke-62 atau semifinal di Qatar, jumlah penonton kumulatif mencapai 3,27 juta orang. Namun, format turnamen Piala Dunia 48 pemain itu masih dalam kajian. Varian pertama terdiri dari 12 grup yang terdiri dari empat tim. Sedangkan opsi kedua dengan 16 grup yang masing-masing grup hanya terdiri dari tiga tim.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button