Tak henti-hentinya, Menteri BUMN Erick Thohir berdecak kagum atas jumlah penumpang Kereta Whossh tembus sejuta. Padahal kereta listrik buatan China ini, beroperasi komersial pada 17 Oktober 2023. Atau baru dua bulan menelusuri rel.
“Jika ada yang bilang Whoosh tidak efektif, sekarang lihat. Masyarakat lebih percaya. Dalam dua bulan, penumpangnya sudah lebih dari satu juta. Jadi jelas jauh lebih banyak manfaat. Tak hanya solusi kemacetan, tapi juga mendorong geliat ekonomi baru, terutama di Stasiun Tegalluar dan Padalarang yang menjadi titik baru pemberhentian penumpang,” ujar Menteri Erick di Jakarta, Kamis (28/12/2023).
Ya bangga sih tidak dilarang. namun jangan lupa, berapa penghasilan yang dikoleksi PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) selama mengangkut sejuta penumpang itu?
Apakah cukup untuk membayar utang serta bunga pembangunan kereta cepat rute Jakarta-Bandung itu? Belum lagi biaya operasional serta perawatan yang digarap OMC (Operation and Maintenance Consortium/ OMC). yang terdiri dari China Railway Engineering Corporation dan PT Kereta Api Indonesia (Persero/KAI).
Guru Besar Transportasi dari Universitas Indonesia (UI), Sutanto Soehodho punya hitung-hitungan sederhana. Diasumsikan, tiket kereta Whosh di kisaran Rp300 ribu-Rp600 ribu dengan jumlah penumpang rata-rata 10.000 orang per hari.
Dalam setahun, penghasilan atau revenue dari tiket mencapai Rp450 ribu dikalikan 10 ribu penumpang dikalikan 350 hari, Hasilnya Rp1,575 triliun. harga tiket sebesar Rp450 ribu, diperoleh dari nilai rata-rata Rp300 ribu ditambah Rp600 ribu.
Dengan investasi pembangunan Kereta Whoosh senilai US$8 miliar atau setara Rp120 triliun (kurs Rp15.000/US$), perlu waktu 76 tahun untuk balik modal.
Belum dipotong untuk biaya operasi dan perawatan yang bisa mencapai 3 persen per tahun dari biaya investasi, atau setara Rp3,6 triliun per tahun. Artinya, penjualan tiket seharga Rp450 ribu tidak mencukupi. Apalagi jika tiket Kereta Whossh dibanderol Rp200 ribu.
Beri Komentar (menggunakan Facebook)