News

Jokowi Bukan Lagi Petugas Partai, Pasca Kaesang ‘Brutus’ ke PSI

Tidak berlebihan jika kata ‘brutus’ disematkan kepada Kaesang Pangarep. Langkah politik putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini mengejutkan banyak pihak, bukan saja bergabung tapi juga didapuk menjadi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Istilah ‘brutus’ diambil dari nama Marcius Junius Brutus, seorang politikus di masa Romawi yang melakukan pengkhianatan terhadap sang kaisar Romawi Julius Caesar. Terkait Kaesang, langkahnya memutuskan bergabung ke PSI, terkategorikan sebagai bentuk pembangkangan bagi PDIP, partai yang menaungi ayah Kaesang. Sebab, PDIP punya aturan bahwa anggota keluarga dari kadernya dilarang bergabung dengan partai lain.

Jabatan ketum yang diemban Kaesang juga bukan peristiwa alamiah. Kedekatan PSI dengan Jokowi menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini juga mempertegas bahwa Jokowi saat ini sedang memanfaatkan anaknya sebagai bidak catur politik, demi menyelamatkan trahnya usai lengser dari jabatan Presiden RI.

Pengamat politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga meyakini, Jokowi  tidak mau hanya sekadar menjadi petugas partai di PDIP setelah tak lagi menjabat Presiden. Oleh sebab itu, Jokowi mendorong anak bungsunya.

“Hal itu perlu dilakukan karena Jokowi hanya petugas partai di PDIP. Jokowi nantinya tidak akan punya power di PDIP pasca purna bakti sebagai presiden,” ucap Jamiluddin melalui keterangan tertulis yang diterima Inilah.com, di Jakarta, Selasa (26/9/2023).

Menurutnya, dengan masuknya Kaesang di PSI, maka Jokowi punya jangkar pengaman. Jokowi setidaknya dapat tetap berkiprah di dunia politik melalui PSI. “PSI juga akan dapat digunakan untuk mengamankan trah politiknya. Hal itu akan terealisir bila PSI pada Pileg 2024 setidaknya menjadi partai yang masuk Senayan,” kata Jamiluddin.

Karenanya logis bila Kaesang pada pidato pertamanya menargetkan PSI masuk Senayan. Target itu tampaknya tidak sulit terwujud bila Jokowi all out memberi dukungan kepada PSI. Meskipun dukungan itu nantinya dilakukan secara indirect. “Jadi, masuknya Kaesang di PSI punya kalkukasi politik jangka panjang. Trah Jokowi bisa jadi akan menjadikan PSI sebagai rumah besarnya untuk meneruskan trah politiknya,” tuturnya.

Eks Dekan FIKOM IISIP Jakarta ini memprediksi Jokowi kemungkinan akan melepaskan predikat petugas partai usai lengser. Hal itu berpeluang dilakukannya bila ia merasa semakin tak nyaman di PDIP. “Jadi, kemungkinan berlabuh ke PSI untuk jangka panjang, bukan saat masih menjabat presiden,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Bappilu Demokrat, Andi Arief menduga keputusan Kaesang bergabung PSI mengisyaratkan Jokowi ada masalah dengan PDIP. Namun dia mengaku tak tahu pasti dengan hal itu. “Peristiwa politik biasa dari segi kepentingan pileg dan pilpres, tapi dari segi hubungan ayahnya Kaesang dengan partai induknya pasti ada masalah. Yang kita enggak tahu,” kata dia di Jakarta, Selasa (26/9/2023).

Meski demikian, Andi Arief tak banyak berkomentar soal pengangkatan Kaesang PSI menjadi ketum meski kader baru. Dia menilai itu menjadi urusan internal PSI. “No comment. Itu urusan partai lain,” kata Andi Arief.

Diketahui, Kaesang ditetapkan sebagai Ketum PSI saat Kopdarnas PSI di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Senin (25/9/2023) dua hari setelah menjadi anggota. Keputusan penunjukan Kaesang sebagai ketua umum langsung dibacakan oleh Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie.

Dengan ditunjuknya Kaesang sebagai Ketua Umum PSI berarti masa bakti Giring Ganesha sudah berakhir. Kaesang akan menjabat Ketua Umum PSI periode 2023-2028. Pengumuman ini lantas disambut sorak teriakan oleh para kader PSI yang dari seluruh Indonesia.

Seiring dengan ramainya pembicaraan seputar Kaesang, jagat maya juga dikejutkan dengan kemunculan sebuah video berdurasi 2 menit 20 detik. Video itu menyebut ada ‘gempa lokal’ pada 21 September lalu di Teuku Umar karena ulah ‘mawar bandel’.

Meski tidak menyebutkan secara gamblang nama-nama yang dimaksud, namun dalam video itu memunculkan gambar yang di-blur. Diisyaratkan Megawati marah besar dalam pertemuan itu, imbas Kaesang yang bergabung ke PSI.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto membantah informasi yang menyebutkan ada pertemuan di Teuku Umar pada 21 September lalu terkait rencana putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep berlabuh ke PSI. Ia juga mengklaim tidak ada keretakan hubungan antara Megawati dan Jokowi. Ia memastikan hubungan antara keduanya tetap baik lantaran keduanya disebut memiliki kedekatan emosional yang terbangun sejak lama. Ia juga tak sepakat apabila pilihan Kaesang ke PSI itu dikaitkan dengan Jokowi yang lebih condong ke Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024.

Hasto mengatakan hubungan Jokowi dan PDIP memiliki sejarah yang panjang. Hubungan yang tampak kasat mata tak bisa jadi tolak ukur melihat hubungan Jokowi dan PDIP. “Politik itu jangan melihat apa yang tampak dipermukaan, lihat hubungan batinnya. Komitmen terhadap masa depan, komitmen terhadap rakyat,” kata Hasto di DPP PDIP, Jakarta Pusat, Senin (25/9/2023).

Tapi pandangan berbeda disampaikan  oleh Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno. Ia menilai PDIP memang sengaja terlihat santai menanggapi Kaesang yang berlabuh ke PSI, tapi isi hati Ketum Megawati Soekarnoputri yang sesungguhnya, siapa yang tahu. “Tak kelihatan ada amarah dan lainnya. Panggung depannya seperti itu. Entah panggung belakangnya (seperti apa). Tak ada yang tahu,” kata Adi kepada Inilah.com saat dihubungi di Jakarta.

Ia juga menyebut bahwa sikap PDIP saat ini justru sengaja memunculkan kesan ke publik bahwa menganggap langkah politik Kaesang, hanya hal sepele. “PDIP coba terlihat biasa-biasa saja. Tak terpancing dengan Kaesang ke PSI. Menunjukkan pilihan Kaesang ke PSI, adalah sepele buat PDIP,” ujarnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button