Hangout

Kasusnya Makin Marak, Lindungilah Anak dari Bullying dengan Cara Ini

Kasus bullying yang dilakukan anak terhadap temannya, hingga menyebabkan korban luka-luka atau bahkan harus kehilangan nyawa, sungguh sangat memprihatinkan.

Jika dilihat dari umur dan profilnya, rasanya mustahil anak kecil mampu berbuat sadis dan kejam. Tetapi kenyataannya kasus perundungan itu terjadi dan ironisnya terus bertambah dan semakin brutal.

Mungkin anda suka

Penyebab anak melakukan bullying

Kasus perundungan pada anak-anak umumnya dipicu persoalan sepele. Dikutip dari laman Unicef Indonesia, pada dasarnya anak tidak jahat. Tetapi mungkin bertindak karena sejumlah alasan.

Anak-anak yang sering melakukan kekerasan ingin menyesuaikan diri, membutuhkan perhatian atau hanya mencari tahu bagaimana menghadapi emosi yang rumit. Bahkan, beberapa kasus, pelaku bullying sendiri adalah korban atau saksi kekerasan di rumah atau di lingkungan mereka.

Cara Orang tua Mencegah Anak Bertindak Jahat

1. Komunikasi

Memahami mengapa anak bertingkah akan membantu tahu bagaimana membantu mereka. Apakah mereka merasa tidak aman di sekolah? Apakah mereka berkelahi dengan teman atau saudara?

2. Selesaikan masalah dengan cara sehat dan baik

Minta anak menjelaskan skenario yang membuat mereka frustrasi, dan tawarkan cara-cara bereaksi yang konstruktif.

Gunakan latihan ini untuk bertukar pikiran tentang kemungkinan skenario di masa depan dengan merespon secara baik.

Dorong anak untuk “menempatkan diri pada posisi orang lain” dengan membayangkan pengalaman orang yang di-bully.

3. Berkaca pada diri sendiri

Anak-anak yang melakukan bullying seringkali meniru apa yang mereka lihat di rumah. Apakah mereka terpapar perilaku berbahaya secara fisik atau emosional dari orang tua atau pengasuh lain?

4. Berikan konsekuensi dan menebus kesalahan

Jika mengetahui anak telah melakukan bullying, penting untuk memberikan konsekuensi yang tepat dan tanpa kekerasan.

Misalnya bisa dengan membatasi aktivitas mereka, terutama kegiatan yang mendorong bullying (berkumpul bersama teman ‘geng’nya, waktu bermain media sosial atau online).

Ajarkan anak untuk meminta maaf kepada temannya dan mencari cara agar mereka lebih positif di masa depan.

Ini Cara melindungi anak dari bullying

Lalu bagaimana cara orang tua mencegah anak menjadi korban korban bullying? Masih menurut Unicef Indonesia, berikut 6 cara menghindarinya:

1. Ajari anak-anak tentang bullying

Begitu mereka tahu apa itu bullying, anak-anak akan dapat mengidentifikasinya dengan lebih mudah, apakah itu terjadi pada mereka atau orang lain.

2. Bicara secara terbuka dan sering kepada anak

Orang tua harus memeriksa anak-anaknya setiap hari dan tanyakan tentang waktu mereka di sekolah dan aktivitas mereka secara online, menanyakan tidak hanya tentang kelas dan kegiatan mereka, tetapi juga tentang perasaan mereka.

3. Bantu anak menjadi panutan yang positif

Ada tiga pihak yang terlibat dalam bullying: korban, pelaku, dan saksi. Bahkan jika anak-anak bukan korban bullying, mereka dapat mencegah bullying dengan bersikap positif, hormat, dan baik kepada teman sebayanya.

Jika mereka menyaksikan bullying, mereka dapat membela korban, menawarkan dukungan, dan atau mempertanyakan perilaku bullying yang terjadi.

4. Membantu membangun kepercayaan diri anak

Dorong anak untuk mengikuti kelas atau bergabung dengan kegiatan yang ia sukai di lingkungan rumah atau di sekolahnya.

Ini juga akan membantu membangun kepercayaan diri serta menambah teman dengan minat yang sama.

5. Jadilah teladan

Orang tua harus menunjukkan kepada anaknya bagaimana memperlakukan anak-anak lain dan orang dewasa dengan kebaikan dan rasa hormat.

6. Bagian dari pengalaman online anak

Orang tua sebaiknya menjelaskan bagaimana dunia online dan dunia offline terhubung dan peringatkan mereka tentang berbagai risiko yang akan mereka hadapi secara online.

Dampak bullying pada anak

Bullying tidak hanya meninggalkan luka secara fisik tetapi juga psikis. Orang tua harus lebih peka karena tidak sedikit anak korban bullying memendam sendiri karena takut.

Waspada tanda-tanda berikut ini.

    • Tanda fisik seperti memar yang tidak dapat dijelaskan, goresan, patah tulang dan luka dalam penyembuhan.
    • Takut pergi ke sekolah atau mengikuti acara sekolah.
    • Menjadi cemas, gelisah, atau sangat waspada.
    • Kehilangan teman secara tiba-tiba atau menghindari situasi sosial.
    • Pakaian, alat elektronik, atau barang-barang pribadi lainnya hilang atau hancur.
    • Seringkali meminta uang untuk alasan yang mungkin kurang jelas atau mencurigakan.
    • Prestasi yang rendah.
    • Ketidakhadiran, bolos, atau menelepon dari sekolah meminta pulang.
    • Mencoba terus menerus ingin dekat orang dewasa.
    • Tidak tidur nyenyak dan mungkin mengalami mimpi buruk.
    • Mengeluh sakit kepala, sakit perut atau penyakit fisik lainnya.
    • Sering tertekan setelah menghabiskan waktu online atau memainkan telepon genggam atau komputer (tanpa penjelasan yang masuk akal).
    • Menjadi sangat rahasia, terutama dalam hal aktivitas online.
    • Menjadi agresif atau memiliki ledakan kemarahan yang tiba-tiba.

Cara mengatasinya anak korban bullying, masih menurut Unicef Indonesia, dengarkan anak secara terbuka dan tenang. Fokus untuk membuat mereka merasa didengar dan didukung. Pastikan mereka tahu bahwa itu bukan kesalahan mereka.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button