Hangout

Asal Usul Keris: Makna Bentuk dan Alasan Diletakkan di Belakang

Ditulis oleh: Kanty Atmodjo

Keris adalah senjata tikam gugusan belati yang termasuk salah satu budaya khas Nusantara. Meski banyak sumber masih simpang siur mengenai asal-usulnya, mayoritas catatan sejarah mengatakan bahwa keris berasal dari Pulau Jawa.

Keris memiliki bentuk asimetris yang di bagian pangkalnya melebar. Umumnya keris berbentuk berkelok-kelok, meski ada juga yang berbentuk lurus.

Pada masa lalu, keris digunakan sebagai senjata dalam peperangan sekaligus sebagai benda sesaji. Pada masa Majapahit, keris merupakan senjata umum yang digunakan masyarakat diberbagai kalangan sosial.

Pada masa itu, semua laki-laki berusia 12-80 tahun harus menyelipkan keris di sabuknya saat ke luar rumah.

Karena penggunaan keris di Nusantara terpengaruh oleh Majapahit, membuat keris didapati di sejumlah daerah selain di Jawa, seperti di Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, pesisir Kalimantan, dan sebagian Sulawesi.

Selain itu, keris juga dijumpai di Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Filipina Selatan.

Saat ini, keris digunakan sebagai fungsi simbolik sebagai warisan keluarga, fungsi sosial, barang antik, dan senjata yang dipercayai memiliki kekuatan mistis.

Keris memiliki tempat khusus di hati masyarakat karena keris memiliki arti, pesan moral, serta simbol yang mendalam.

Keris Indonesia telah terdaftar di UNESCO sebagai Warisan Kecerdikan Budi Dunia Non-Bendawi Manusia sejak 2005 lalu.

Asal Usul dan Sejarah Keris

Menurut buku Keris dalam Perspektif Keilmuan terbitan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2011, sejarah keris masih dianggap kurang jelas.

Sementara sejarawan dunia, Denys Lombard, dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya, menulis bahwa pemakaian keris muncul sejak masa akhir Majapahit.

Disebutkan, setiap orang Jawa, kaya atau miskin harus mempunyai keris di rumah, maupun sepucuk tombak dan sebuah perisai.

Pakar Sastra Jawa dan Kebudayaan Indonesia, Zoertmulder menyebutkan bahwa Pulau Jawa diduga sudah mengenal keris sejak abad ke-6 atau 7.

Sebagian bentuk awal keris pada periode itu masih belum bisa dikenali, namun banyak juga yang belum teridentifikasi.

Di Indonesia relief keris ditemukan di Candi Borobudur pada abad ke-8, Candi Prambanan pada abad ke-9, atau patung lelaki Jawa dengan keris di pemandian Candi Letha pada abad ke-15.

Secara umum, bentuk desainnya juga agak berbeda dengan desain keris saat ini. 

Setidaknya, bentuk keris yang dikenal saat ini setidaknya sudah muncul sejak abad ke-10. Diperkirakan menyebar dari Pulau Jawa ke seluruh Asia Tenggara dengan keunikan, tampilan, fungsi, dan namanya sendiri-sendiri.

sejarah keris, bagian-bagian keris, keris berasal dari, fungsi keris,
Sejarah keris, Bentuk dan bagian-bagian keris berbeda di tiap daerah. Ilustrasi: iStock Photo

Misteri dan Kekuatan Magis Keris

Bagi masyarakat Jawa, termasuk Yogyakarta, keris bukan lagi berfungsi sebagai senjata tikam, melainkan benda budaya yang memiliki nilai filosofi yang berbeda bagi pemiliknya.

Setiap pemiliknya pun mempunyai tujuan yang berbeda dalam memiliki keris. Oleh sebab itu, keris era sekarang memiliki bentuk yang lebih beragam dibanding keris di era awal.

Awalnya, keris dibuat dalam bentuk yang sangat sederhana, yaitu lurus. Karena di masa lalu, keris hanya berfungsi sebagai senjata dalam duel atau peperangan. 

Bentuknya yang lurus juga memiliki makna spiritual, yaitu sebagai sarana pemujaan kepada Sang Pencipta.

Baru kemudian seiring perkembangan jaman, bilah keris lurus mulai dihias dengan bermacam-macam motif atau pamor.

Hingga akhirnya keris dibuat dengan bentuk berkelok-kelok. Bahkan kebanyakan orang modern menganggap keris selalu berbentuk berkelok.

Tak hanya alasan budaya, keris juga seringkali dianggap memiliki kekuatan magis. Karenanya, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang percaya bahwa keris dapat membawa keberuntungan dan menambah rasa percaya diri.

Selain itu, keris juga dipercaya dapat menghindarkan serangan wabah penyakit, malapetaka, dan hama tanaman.

Sebagian orang juga percaya bahwa keris bisa menyingkirkan atau menangkal gangguan mahluk halus, sehingga keris juga kerap dijadikan sebagai jimat.

Bahkan tak sedikit orang percaya, tiap keris ada jin-nya. Tak heran, terkadang masyarakat yang mempercayai kehebatan keris akan mengkeramatkannya dengan melakukan ritual membersihkan dan memberikan sesajen serta doa-doa.

Keris Terbuat dari Batu Meteor?

Menurut berbagai sumber, setelah diteliti, ternyata kebanyakan keris yang dibuat berabad-abad lalu terbuat dari batu meteor

Penelitian tersebut memunculkan dua pertanyaan, dari mana para empu (para pembuat keris) mendapatkan batuan meteor dan mengapa mereka memilih batuan meteor sebagai bahan pembuat keris?

Para empu menganggap, batu yang jatuh dari langit adalah anugerah dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Karena alasan inilah, meteorit dijadikan bahan pembuatan keris, juga tombak, dan pedang di masa lalu.

Menurut catatan Catalogue of Meteorites dan catatan meteor Javier de La Torre, menyatakan jika Pulau Jawa termasuk tempat yang cukup sering dijatuhi meteor di masa lalu. 

Sehingga cukup wajar jika para empu jaman dahulu sangat mudah mendapatkan batuan meteor untuk membuat keris.

Namun sumber lainnya mengatakan, bahan pembuat keris bisa beragam. Mulai dari besi, perak, tembaga, logam, hingga emas.

Penempatan Keris dan Artinya

Sebenarnya, penggunaan keris tersebar pada masyarakat yang pernah terpengaruh oleh Majapahit. Digunakan sebagai senjata, di Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan, keris diletakkan di pinggan bagian depan pemiliknya.

Itu karena etnis ini bergantung pada maritim yang harus siaga tempur setiap saat. Keris juga tidak akan jatuh atau melorot.

Sama-sama sebagai senjata, uniknya orang Jawa justru meletakkan keris di bagian belakang tubuh, tepatnya di sisi pinggang belakang. 

Kenapa Keris di Taruh di Belakang?

Orang Jawa biasa membawa atau meletakkan keris di tubuh bagian belakang dengan empat alasan, yakni:

  1. Ukuran — Ukuran dari keris Jawa rata-rata cukup kecil, maka mudah diselipkan di pinggang bagian belakang.
  2. Memudahkan saat berjongkok — Pada zaman dahulu, ketika para punggawa kerajaan menghadap Raja, mereka diharuskan untuk jalan berjongkok di depan Raja. Dengan diletakkan di belakang, gagang keris tidak akan merepotkan.
  3. Untuk kesopanan — Menunjukkan senjata, bagi orang Jawa dianggap sebuah Tindakan semi-intimidasi dan kurang sopan terhadap kawan bicara. Dikhawatirkan, jika diletakkan di depan maka lawan bicara akan was-was dan takut.
  4. Tanda bahwa sang pemilik dalam kondisi damai dan tidak sedang perang.

Keris Juga Memiliki Gelar dan Nama

Selain penempatannya memiliki arti tersendiri, ternyata beberapa keris juga diberikan nama kehormatan. 

Di lingkungan Keraton Yogyakarta, keris masuk dalam pusaka yang disebut sebagai kagungan Ndalem. Mereka biasanya mempunyai nama dan juga gelar kehormatan, seperti Kanjeng Kyai atau Kanjeng Nyai.

Bahkan Kanjeng Kyai Ageng untuk pusaka yang dipercaya mempunyai kekuatan magis paling besar.

Pusaka Keraton dipercaya bersifat sakral dan memiliki kekuatan supranatural. Sebagian pusaka keraton diwariskan secara turun temurun.

Benda-benda pusaka tersebut juga biasanya dibersihkan secara intensif sekali dalam setahun yakni pada bulan Suro dalam kalender Jawa.

Ada pusaka yang dibersihkan hanya oleh Sultan sendiri, ada yang dibersihkan oleh saudara-saudara Sultan dan ada pula yang dibersihkan oleh para Abdi Dalem.

Intinya, keris bukanlah sekedar klenik. Tetapi sesungguhnya merupakan warisan budaya leluhur yang memiliki nilai filosofis tinggi. Bahkan di dalamnya ada sejarah Indonesia, terutama Orang Jawa.

Disclaimer: Kanal Penulis Lepas disediakan untuk tujuan informasi umum dan hiburan. Isi dari blog ini hanya mencerminkan pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Inilah.com.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button