Hangout

Kemenkes Minta Masyarakat Manfaatkan Skrining 14 Jenis Penyakit ini Gratis

Sistem kesehatan di Indonesia lebih diarahkan pada upaya pencegahan daripada pengobatan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menjamin pembiayaan gratis untuk skrining 14 jenis penyakit di Puskesmas.

Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril mengatakan upaya pencegahan atau promotif preventif ini merupakan strategi yang lebih penting dan mudah dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan ini dilakukan dengan kesadaran dan konsistensi masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

“Upaya pencegahan jauh lebih efektif menjaga kesehatan daripada mengobati saat jatuh sakit. Kemungkinan tubuh tetap sehat lebih tinggi dilakukan dengan pencegahan daripada diobati,” ujar dr. Syahril, Jakarta, Sabtu (15/04/2023).

Kementerian Kesehatan memfasilitasi masyarakat untuk melakukan pencegahan terjadinya penyakit melalui skrining kesehatan. Dalam hal ini Kemenkes telah menjamin pembiayaan gratis untuk 14 jenis penyakit, antara lain ; skrining diabetes melitus, hipertensi, stroke, jantung, kanker serviks, kanker payudara, TBC, anemia, kanker paru, kanker usus, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), thalassemia, hipotiroid kongenital, dan skrining hepatitis.

Kondisi memprihatinkan seseorang karena sejumlah penyakit yang sebenarnya bisa dicegah sering terjadi di berbagai negara. Studi ASEAN Cost in Oncology (ACTION) menemukan hampir 50 persen pasien kanker mengalami kebangkrutan atau masalah finansial setelah menjalani pengobatan selama 12 bulan.

Selain itu, data Bank Dunia menunjukkan total pembiayaan kesehatan mandiri (Out of Pocket Health Expenditure) Indonesia mencapai 34.76 persen – jauh di atas rekomendasi WHO sebesar 20 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dengan dukungan asuransi pun, beban biaya kesehatan yang tidak terencana tetap menjadi tantangan.

dr. Syahril menilai upaya mendorong optimalisasi pelayanan kesehatan preventif tidak mudah. Saat ini baru 33 persen penduduk Indonesia yang melakukan skrining penyakit tidak menular. Sebanyak 70 persen pasien kanker di Indonesia baru memulai pengobatan ketika sudah memasuki stadium lanjut.

“Hal ini dapat menurunkan risiko keberhasilan pengobatan dan menurunkan kualitas kesehatan masyarakat,” papar dr. Syahril.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button