Kanal

Mengintip Tentara Bayaran Dunia: Blackwater dan Wagner Group

Tentara bayaran seringkali hadir pada konflik-konflik dunia. Pada perang Ukraina, Rusia menggunakan tentara bayaran dari Wagner Group, terlihat saat menguasai Bakhmut. Sebelumnya pada perang di Irak, Amerika Serikat menggunakan jasa tentara bayaran dari Blackwater. Bagaimana sepak terjang keduanya.

Wagner Group, menurut kepala kelompok tentara bayaran Rusia ini Yevgeny Prigozhin, pasukannya telah mengambil kendali penuh atas bagian timur Kota Bakhmut, Ukraina. Prigozhin mengatakan para pejuangnya yang telah mempelopori serangan Rusia di Bakhmut, kini telah merebut timur kota itu.

“Segala sesuatu di sebelah Timur Sungai Bakhmut sepenuhnya berada di bawah kendali Wagner,” katanya di Telegram. Sungai yang membelah Bakhmut, terletak di tepi Provinsi Donetsk yang sebagian besar sudah berada di bawah pendudukan Rusia. Pusat kota berada di sisi Barat sungai.

Grup Wagner didirikan pada 2014 jauh sebelum perang di Ukraina pecah dan terdiri dari beberapa ribu tentara bayaran. Sebagian besar diyakini mantan tentara elite yang sangat terlatih. Organisasi internasional ini beroperasi di sekitar 30 negara dan terkenal karena kebrutalannya.

Dmitriy Valeryevich Utkin seorang veteran Perang Chechnya mendirikan grup tersebut. Utkin sempat menjabat sebagai letnan kolonel dan komandan brigade unit pasukan khusus Direktorat Intelijen Utama Rusia (GRU), Detasemen Spetsnaz Independen ke-700 dari Brigade Independen ke-2.

Setelah meninggalkan militer, ia mulai bekerja pada tahun 2013 untuk Moran Security Group, sebuah perusahaan swasta yang didirikan oleh veteran militer Rusia, yang terlibat dalam misi keamanan dan pelatihan di seluruh dunia, dan berspesialisasi dalam keamanan terhadap pembajakan.

Mereka kerap menjalankan misi rahasia untuk Rusia di negara-negara termasuk Republik Afrika Tengah, Libya, Mali dan Suriah. Di Afrika, Wagner memberikan dukungan dan keamanan untuk perusahaan pertambangan Rusia dan klien lainnya. Rusia telah dituduh menggunakan kelompok itu sebagai alat untuk menguasai sumber daya alam di Afrika, serta untuk mempengaruhi politik dan konflik di negara-negara asing termasuk Libya, Sudan, Mali, dan Madagaskar.

Terlibat aktif di perang Ukraina

Wagner Group menjadi sorotan dunia karena perannya dalam perang di Ukraina. Moskow awalnya menggunakan tentara bayaran untuk memperkuat pasukan garis depan tetapi sejak itu semakin mengandalkan mereka dalam pertempuran kritis, seperti yang terjadi di sekitar kota Bakhmut dan Soledar. Tentara pengejar dolar ini bersemangat berperang mengingat penghasilannya juga lumayan besar.

Ketika kerugian Rusia dalam perang Ukraina mulai meningkat, pemilik dan pemimpin Wagner Yevgeny Prigozhin yang juga oligarki terkait dengan Kremlin, mulai memperluas grup, merekrut tahanan dan warga sipil Rusia, serta orang asing. Semula mereka yang mau bergabung hanya diiming-iming US$3.000 hingga US$5.000. Akan tetapi seiring meningkatnya aktivitas perang Rusia vs Ukraina, bayaran anggota tentara Wagner disebut-sebut mencapai US$10.000 atau setara Rp154 juta lebih per bulannya.

Tentara Bayaran Wagner

Mengutip France24, invasi Rusia ke Ukraina sejak tahun lalu menandai gelombang besar tentara bayaran yang terlatih khusus. Menurut intelijen Ukraina, antara 2.000 dan 3.000 tentara yang dikontrak Wagner memasuki negara itu pada Januari 2022 – sekitar dua bulan sebelum Rusia melancarkan invasinya, pada 24 Februari 2022.

Pada 27 Februari 2022, hanya empat hari setelah Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina, dinas intelijen Ukraina mengatakan bahwa mereka telah menemukan plot yang mengerikan. Sebuah unit operasi khusus, yang terdiri dari sekitar 400 tentara bayaran milik perusahaan militer swasta Rusia Wagner Group, telah dikerahkan ke Kiev untuk membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan kabinetnya.

Secara keseluruhan, 23 nama masuk dalam daftar sasaran, termasuk Wali Kota Kiev Vitali Klitschko. Pemerintah Ukraina untuk segera memberlakukan penguncian ketat selama 36 jam di mana pasukan Ukraina menyapu ibu kota untuk mencari agen Rusia.

Blackwater Amerika

Rusia bukan satu-satunya negara yang memiliki perusahaan militer swasta. Banyak negara lain, termasuk Amerika Serikat, Afrika Selatan, Irak, dan Kolombia, memiliki perusahaan militer swasta yang beroperasi di dalam dan di luar perbatasan mereka sendiri. Negara yang sedang dilanda konflik menjadi ladang subur bagi para pengusaha jasa keamanan yang siap menyediakan tentara bayaran (Privat Military Contractor/PMC).

Salah satu yang terkenal dan sempat menjadi andalan Amerika Serikat adalah Blackwater yang beroperasi di Irak. Blackwater didirikan pada 26 Desember 1996 oleh Al Clark dan Erik Prince di Carolina Utara. Tujuan dari pembentukan organisasi ini untuk memberikan dukungan pelatihan kepada organisasi militer dan penegakan hukum.

Organisasi ini telah melatih lebih dari 50.000 personel militer dan penegak hukum di fasilitas seluas 2.400 hektar di North Carolina. Mengutip laporan Time, fasilitas ini memiliki beberapa jangkauan target dan simulasi kota untuk pelatihan peperangan perkotaan. Ini sangat maju sehingga beberapa pasukan operasi khusus tugas aktif militer AS telah berlatih di sana. Lokasinya terletak di dekat pangkalan militer utama di Fort Bragg, Carolina Utara dan merekrut secara ekstensif dari unit Pasukan Khusus yang berbasis di sana.

Memiliki fasilitas yang lengkap membuat prajurit militernya mempunyai banyak keahlian, sehingga mulai dilirik oleh instansi negara Amerika Serikat terutama CIA. Selain bertugas menjaga keamanan diplomat Amerika Serikat atau orang-orang lainnya, para pengawal Blackwater juga bertugas menjaga obyek, seperti pipa-pipa saluran minyak bumi. Untuk pekerjaannya mereka bisa menghasilkan US$600 sehari.

Tapi, untuk itu mereka harus menjamin suksesnya tugas, tanpa mempedulikan jumlah korban yang disebabkan oleh tindakannya. Blackwater pertama kali diberi tugas oleh pemerintahan Amerika Serikat untuk melindungi markas besar CIA dan juga bertanggung jawab untuk memburu Osama bin Laden. Organisasi militer ini kemudian dipekerjakan untuk invasi AS ke Afghanistan.

Setelah tugas pertamanya selesai, Blackwater kemudian dipercaya dan mulai dikontrak lagi oleh pemerintah AS. Pada tahun 2003 hingga 2006, organisasi militer ini mendapat banyak tugas dan kontrak dari pemerintah Amerika Serikat. Sebagian besar tugas yang diembannya adalah untuk menjaga keamanan para petinggi pendudukan AS di Irak.

Di Irak mereka tidak berada di bawah hukum Irak. Sementara di Amerika Serikat, mereka tidak berada dalam hirarki Departemen Dalam Negeri maupun Pentagon. Dilansir dari situs web Militarist Monitor, sebagian besar pendapatan dari Blackwater berasal dari kontrak keamanan untuk menjaga pejabat tinggi dan kedutaan besar Amerika Serikat. Dari tahun 2001 hingga 2006 pendapatannya mencapai US$832 juta.

Selain di Irak, tentara bayaran ini telah bertugas di Liberia, Pakistan, Rwanda, dan Bosnia. Mereka telah menjaga Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, dan membangun fasilitas penahanan militer yang menahan tersangka Al Qaeda di Teluk Guantanamo, Kuba. Mereka telah menjadi bagian penting dari perang Amerika melawan narkoba di Amerika Latin. Peter Singer dari Brookings Institution, yang menulis buku tentang industri militer swasta, mengatakan bahwa hal itu menghasilkan sekitar US$100 miliar setahun di seluruh dunia.

Kehadiran tim ini di Irak kemudian menjadi bagian dari penyidikan Kongres Amerika Serikat, yang berkutat dengan pertanyaan, apakah sebuah perusahaan yang bertindak sebagai kontraktor bisa beroperasi di Irak atau negara lainnya tanpa konsekuensi hukum.

Perang di Irak memberikan keuntungan bagi perusahaan keamanan seperti Blackwater, yang tentara bayarannya terlibat dalam pembunuhan warga sipil. Rusia mengikutinya di Ukraina, mengalihkan perangnya ke perusahaan swasta seperti Wagner Group yang terkenal kejam yang telah merekrut secara luas dari populasi penjara.

Terkait ulah tentara bayaran ini, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah membunyikan alarm tentang berapa banyak tentara bayaran dan perusahaan militer serta keamanan swasta yang terlibat dalam konflik bersenjata. Hal ini mengingat pasukan bayaran ini mengganggu stabilitas negara atau bahkan bisa mencaplok negara-negara lemah atas pesanan pemilik uang.

Lalu apa yang sebenarnya dicari oleh para petualang tempur dengan risiko kehilangan nyawa? Jawabannya sederhana, seperti perusahaan yang mengirimkannya, mereka juga sama-sama menginginkan uang dalam jumlah besar.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button