Market

Naikkan Indeks Logistik, PT Pelabuhan Indonesia Perkuat Bisnis di 33 Lokasi Pelabuhan


PT Pelabuhan Indonesia (Persero) melalui subholdingnya, PT Pelindo Jasa Maritim (SPJM), telah melakukan pengembangan bisnis atau transformasi dalam layanan kemaritiman berbagai ekspansi bisnis.

Mungkin anda suka

Subholding PT Pelindo Jasa Maritim (SPJM) melakukan transformasi dalam layanan marine (kemaritiman) melalui berbagai ekspansi bisnis untuk mendukung program pemerintah mempercepat arus logistik nasional serta penerapan National Logistic Ecosystem (NLE),

“Pelindo menghadirkan aplikasi Phinnisi yang merupakan platform tunggal untuk jasa layanan kapal yang terintegrasi dengan Inaportnet sebagai bentuk transformasi,” kata Direktur SDM dan Umum PT Pelindo Jasa Maritim, Rachmat Prayogi dalam keterangan resminya di Makassar, Selasa (26/12/2023).

Dia mengatakan, hal itu dilakukan sebagai langkah nyata untuk merealisasikan visi SPJM sebagai Service and Operational Provider,  perusahaan telah memetakan beberapa pengembangan.

Satu dari inisiatif strategis itu adalah dengan menghadirkan Phinnisi, yang telah sukses diimplementasikan di 33 cabang pelabuhan.

“Setiap kapal yang masuk dan dilayani, kami berikan kemudahan melalui implementasi system yang lebih terintegrasi. Bagi pelanggan itu dapat memberikan manfaat berupa transparansi layanan dan juga lebih terkontrol,” jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, Phinnisi merupakan platform sistem operasi layanan kapal yang dikembangkan secara internal oleh grup Pelindo, yang bersifat End to End, menyediakan fitur terpadu sepenuhnya sebagai Order Management. Selain itu ada juga sistem Front-End dan Back-End dalam proses layanan kapal, serta mendukung pemenuhan siklus Order to Cash dan Record to Report dalam satu platform.

Dengan aplikasi Phinnisi itu, lanjut dia, seluruh sumber daya pelayanan akan terhubung secara langsung dan “real time” dengan pusat pengendalian operasi, sehingga data layanan valid dan langsung memproduksi nota untuk pengguna jasa.

“Tidak ada lagi pelayanan face to face di bisnis Pemanduan dan Penundaan, semua proses mulai dari order sampai dengan nota sudah terdigitalisasi,“ ujarnya.

Sistem ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu pertama, multi lokasi atau dapat digunakan untuk mendukung pengoperasian layanan kapal di semua pelabuhan dan tersentralisasi. Kedua, arsitektur sistemnya berbasis teknologi Cloud dengan tingkat availabilitas yang tinggi dan cepat dalam deployment (pemanfaatannya).

Ketiga, sistem ini sangat adaptif dan efektif, sehingga sistem operasi sesuai proses bisnis layanan kapal yang fleksibel dengan dukungan pengembangan yang berkesinambungan.

Phinnisi dibangun dan dapat diintegrasikan dengan National Logistic Ecosystem (NLE) sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk memangkas birokrasi.

Kolaborasi strategis ini diharapkan dapat membantu tujuan pemerintah untuk menyederhanakan proses logistik yang dapat berdampak positif bagi para pemangku kepentingan.

Adapun lokasi yang sudah mengimplementasikan Phinnisi adalah Pontianak, Palembang, Dumai, Makassar, Tanjung Perak dan Gresik, Tanjung Wangi, Bengkulu, Tanjung Emas, Tanjung Intan, Cirebon, Banjarmasin, Bitung, Pantoloan, Kendari, Benoa, Ambon, Sorong dan Merauke.

Implementasi tersebut termasuk di Kupang, Tarakan, Nunukan, Lembar, Jambi, Tanjung Pinang, Kuala Tanjung, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Balai Asahan, Bengkalis, Pangkal Balam, Sei Pakning dan Perawang, Sambu dan Nipah, Lhokseumawe, dan Malahayati.

Dalam laporan Bank Dunia yang dikutip pada Selasa (18/7/2023), skor LPI Indonesia pada tahun ini turun menjadi 3,15. Artinya kalah jauh dari Singapura yang ada di posisi pertama dengan skor 4,3 dan Jepang di peringkat ke-15 dengan skor 3,9.

Survei LPI dilakukan Bank Dunia terhadap 139 negara terkait dengan kecepatan pengiriman atau pengangkutan barang, hingga pelayanan yang diberikan dalam melakukan bisnis logistik.

Jadi setidaknya, ada enam indikator yang diukur oleh Bank Dunia terkait LPI ini, yakni kepabeanan, infrastruktur, pengiriman internasional, kompetensi dan kualitas logistik, timeline, serta pelacakan dan penelusuran (tracking and tracing).

Demikian juga bila dilihat, dari sisi kepabeanan, skor Indonesia sebenarnya mengalami kenaikan dari 2,67 (2018) menjadi 2,8 (2023). Indonesia juga mampu mempertahankan skor infrastruktur yakni 2,9.

Namun, skor pengiriman internasional turun dari 3,23 (2018) menjadi 3 (2023). Begitu juga dengan kompetensi dan kualitas logistik di Indonesia skornya turun dari 3,1 (2018) menjadi 2,9 (2023).

Adapun negara dengan peringkat LPI tertinggi adalah Singapura (1), Finlandia (2), Denmark (3), Jerman (4), dan Belanda (5). Sementara, negara tetangga Indonesia lainnya seperti Australia ada di peringkat 19, Malaysia di posisi 31, Thailand peringkat 37 dan India peringkat 38.
 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button