News

NasDem: Jika Diterapkan, Sistem Coblos Partai Patahkan Prinsip Pemilu Langsung

Partai NasDem tak sepakat penerapan sistem proporsional tertutup alias mencoblos partai pada Pemilu 2024. Sebab, penerapan sistem itu bakal mematahkan prinsip pemilu langsung yang sudah berjalan di Indonesia.

“(Sistem proporsional tertutup) beli kucing dalam karung. Kita tidak tahu kedekatannya. Kalau dalam pemilu yang terbuka itu tak kenal maka tak suka, tak suka maka tak sayang, tak sayang maka tak kawin. Kawin itu dalam artian dipilih,” kata Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya di NasDem Tower ketika diwawancara dalam program “Inilah Podcast” yang tayang pada channel “YouTube Inilah.com” pada Rabu (4/1/2023).

Dia menjelaskan, penerapan sistem proporsional tertutup juga akan membuat proses keterwakilan rakyat yang nantinya akan duduk di parlemen menjadi samar.

“Figuritas, relasi person itu lebih dominan, lebih prominan ketimbang relasi kepartaian. (Misal) ‘Ah gue kenal kok sama Rahma Sarita caleg dari Jatim II, ngapain gue harus ke partai, gue bisa WhatsApp nih dibales sama dia. Nah relasi itu kemudian mengantitesa penyakit partai yang sangat birokratis,” kata Willy menerangkan.

Alat Elite Politik

Menurut dia, penerapan sistem proporsional tertutup hanya akan membuat partai sekadar menjadi alat elite politik. Ia pun menceritakan bagaimana dirinya yang pernah berkecimpung di dunia aktivis melahirkan komite aksi saat berdemonstrasi pada tahun 1998.

“Saya dan kawan-kawan itu kenapa menggunakan komite aksi, karena partainya tidak aspiratif. Nah proses transformasi ini lah dijawab di dalam proses UU dan mekanisme kita berdemokrasi dengan menggunakan sistem yang namanya proporsional terbuka,” papar Willy.

“Itu lah kemudian buah manis anak kandung dari ekspresi kebebasan berdemokrasi kita yang benar-benar berbasiskan representasi langsung proporsional terbuka. Rakyat yang memilih langsung wakil,” beber Willy.

Oleh karena itu, kata dia menegaskan, biar rakyat memilih langsung figur calon wakil rakyat saat pemilu. Sebab, rakyat yang paling mengetahui siapa yang ingin mereka pilih.

“Bukan kemudian komandoisme yang dipaksakan oleh elite partai, oleh ketum partai, oleh kelompok yang prominan di dalam partai untuk siapa yang jadi. Nah proses ini yang kemudian kita nikmati, dan jangan kemudian ini dipungkiri,” kata Willy menambahkan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button