Market

Potensi Besar Bisnis Iklan di Jateng dan DIY Seiring Investasinya

Paruh pertama 2022, survei Neilsen Indonesia mencatatkan belanja iklan tembus Rp135 triliun. Dan, potensi Jawa Tengah dan DIY cukup besar seiring meningkatnya investasi yang masuk.

Putranti Laksitareni, Direktur Media dan Investmen dari Wicaksana Indonesia, perusahaan periklanan yang telah beroperasional 30 tahun, mengungkap sejumlah data penting untuk pengiklan.

“Sebagai perusahaan periklanan yang berasal dari Jawa Tengah, ada banyak data menarik yang kami olah untuk menjangkau market lebih besar. Ini dilihat dari banyaknya investasi baru di Jawa Tengah seperti

pembangunan Kawasan Industri Kendal (KIK) dan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB),” papar Putranti, Jakarta, Senin (20/2/2023).

Selain itu, kata dia, infrastruktur saat ini, semakin terkoneksi melalui pembangunan jalan tol yang menghubungkan wilayah barat dan timur Indonesia. Hal ini berdampak kepada semakin masifnya investasi di Jawa Tengah.

Data-data yang dimaksudkan, lanjutnya, cukup beragam dan bisa mengungkapkan alasan pengiklan wajib memperhitungkan Jawa Tengah, sebagai area potensial untuk digarap. Pada November 2022, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam forum Central Java Investmen Business Forum (CJIBF), menyebutkan bahwa realisasi investasi di Jateng berkontribusi terhadap naiknya pertumbuhan ekonomi daerah sebesar 5,66 persen.

Kabar baiknya, kata Putranti, pertumbuhan ekonomi Jateng lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya, yaitu sebesar 0,31 persen di kuartal III-2021 untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga.

“Jumlah penduduk di Jawa Tengah dan DIY hampir capai 40 juta lalu didukung dengan karakternya kental Jawa, njawani dan masih menyukai hal yang konvensional dan tradisional membuat layanan promosi seperti billboard dan baliho bisa raih market lebih besar,” paparnya.

Hingga saat ini, lanjut Putranti, media luar ruang masih jadi media promosi pilihan di tengah tempuran iklan digital. Terbukti, Kota Semarang memiliki megatron 3D terbesar di saat kota Surabaya belum memilikinya.

Berdasarkan hasil penelitian dari Christine Moorman, Megan Ryan dan Nader Tavassoli bertajuk “Why Marketers Are Returning to Traditional Advertising” yang dipublikasikan di Harvard Business Review

2022, menuliskan, pengiklan mulai kembali ke media tradisional, maka media promosi seperti OOH akan makin banyak dimanfaatkan.

Data yang disampaikan dalam riset tersebut, mengungkapkan, jika pengguna internet sudah mulai jenuh dengan iklan digital maka iklan di media tradisional dianggap lebih dipercaya. Sehingga

kebijakan perlindungan data pribadi dan global di internet, membuat respons pengiklan mengubah haluan kembali ke media tradisional.

Putranti mengatakan, hasil riset tersebut semakin memperbesar peluang bagi pengiklan di Jateng  untuk berkembang dan sukses jangkau pasar baru. “Menurut survei databoks, ada kenaikan belanja di media tradisional sebesar 12,9 persen di Februari 2022. Beberapa perusahan berbasis B2C (business to consumer) service dan B2C product diprediksi akan menaikkan belanja iklan media tradisional dalam 12 bulan ke depan,” ungkapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button