Market

Tanpa Robot Trading dan Binary Option, IHSG Sudah Bertengger di 7.500

Analis menegarai tersedotnya aliran dana investasi ke robot trading, binary option, aset non-fungible token alias NFT dan Crypto. Semua itu menjadi biang kerok terhambatnya penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini.

Pengamat dan praktisi pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, tanpa faktor tersebut, seharusnya indeks saham domestik sudah bertengger di 7.500.

“IHSG seharusnya sudah berada di level 7.500. Yang harusnya ke saham, dananya kesedot juga ke Crypto, Robot Trading, Binary Option, dan Crypto. Itu yang membuat laju IHSG tidak seperti harapan,” kata kepada Inilah.com di Jakarta, Selasa (5/4/2022).

Irwan mengaku sempat bingung, mengapa IHSG tidak mengalami kenaikan signifikan. Padahal, bursa saham AS terus memecahkan rekor tertinggi baru berbulan-bulan sejak 2021. “Setelah kasus binary option dan robot trading bodong terangkat dan terbuka ke publik, IHSG mulai naik nih,” ungkap dia.

Irwan menduga terjadinya peralihan dana dari robot trading dan binary option ke saham. “Orang-orang itu mungkin pada takut rugi lebih dalam. Udahlah daripada berspekulasi, mereka sadar itu berbahaya mereka balik lagi ke saham,” papar Irwan.

Saham pun kembali menjadi tempat mereka ‘bertarung’. “Banyak orang-orang kita senang bertarung atau gambling. Pindah ke saham lagi karena takut di robot dan binary option terus merugi karena bodong,” ucapnya.

Janji Muluk Robot Trading dan Binary Option

Robot trading dan binary option memberikan janji-janji muluk. “Kok saham sepi ya. Begitu mereka pindah, IHSG pun pecah level tertingginya sepanjang sejarah. Makanya bagus robot trading dan binary option itu untuk diberantas,” ujarnya.

Menurut Irwan, binary option seperti Binomo dan robot trading forex telah menyedot dana investasi masyarakat dengan nilai investasi triliun rupiah. “Jika masuk ke saham ini kan bagus. Itu berpengaruh signifikan. Ini salah satu penyebab kenaikan IHSG jadi terhambat,” ungkap dia.

Untuk robot trading dan binary option saja, angkanya diperkirakan mencapai Rp10 triliun. “Ini angka yang sudah diketahui bermasalah melalui kepolisian. Kalau Rp10 triliun itu masuk ke saham, IHSG sudah naik signifikan,” tuturnya tandas.

Sedangkan aliran dana ke saham dari asset-aset NFT dan Crypto belum dapat diketahui karena transaksi pada asset-aset terebut belum bermasalah. “Tapi, NFT dan Crypto juga menyedot dana investasi yang harusnya mengalir ke saham,” tukas Irwan.

Saat ini, lanjut dia, generasi milenial dan Z lebih menggandrungi investasi di asset-aset Crypto dan NFT. “Saya juga tidak tahu mengapa mereka senang Crypto, NFT, metaverse dan segala macam,” timpal Irwan.

Irwan sendiri, sebagai investor kawakan, tidak melihat prospek yang cerah pada asset-aset tersebut sebenarnya. “Boleh sih coba-coba tapi jangan dalam porsi gede juga,” ujarnya seraya mewanti-wanti.

Menurut Irwan, investasi saham lebih jelas karena memiliki underlying asset. “Perusahaannya jelas, kita bisa hitung valuasinya berapa, Kalau aset-aset (Crypto, NFT di metaverse) itu kita tidak tahu karena tidak ada fundamentalnya. Tidak ada underlying asset. Itu yang saya takutkan,” ucapnya.

Daya Tarik Crypto dan NFT

Hanya saja, Irwan tak menampik fenomena orang-orang terutama milenial dan generasi Z yang ‘gatal’ jika tidak ikut beli aset-aset Crypto dan NFT saat harganya naik signifikan.

“Mereka kena FOMO lah istilahnya dari teman ke teman, karena saking mudahnya main di aset-aset itu,” papar dia.

Apalagi, untuk mentransaksikan aset-aset tersebut tidak mengenal jam, karena kapan pun 24 jam terus buka bahkan sampai subuh. “Ini berbeda dengan saham yang jam perdagangan terbatas dari pukul 9 sampai 3 sore yang ini notabene merupakan jam kerja,” ucapnya.

FOMO adalah fear of missing out yang artinya seseorang takut untuk tertinggal dengan segala hal. Ini merupakan perasaan cemas yang timbul karena sesuatu yang menarik dan menyenangkan sedang terjadi, seperti kenaikan tajam pada aset-aset Crypto dan NFT.

“Jadi, Crypto memberikan keasyikan setelah kerja. Senang Crypto karena 24 jam bahkan di weekend. Kondisi ini jadi bersaing dengan saham,” ungkap Irwan.

Di atas semua itu, Irwan mengharapkan para petinggi bursa dapat memikirkan bagaimana mengedukasi masyarakat untuk melirik saham, terutama cara mengetahui bagaimana menghitung valuasinya. “Tanpa menjelekkan Cypto juga tentunya,” tuturnya.

Alhasil, Irwan menegaskan, saat ini bursa saham sedang bullish. “Ini kesempatan masuk bagi siapapun di saham apapun selama tidak aneh-aneh dengan memperhatikan chart-nya. Kan chart-nya banyak yang bullish. Beli saja pada saat turun. Begitu saja. Kuncinya begitu kalau di trading ya,” imbuhnya.

Disclaimer: Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham. Inilah.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button