Market

Jumpa Menteri Senior Singapura, Utusan Jokowi Tawarkan Investasi Pangan

Utusan Khusus Presiden Jokowi, Muhamad Mardiono mengharapkan investasi dari Singapura lebih banyak mengalir ke sektor yang memperkuat ketahanan pangan di Indonesia. Yakni tanaman pangan, peternakan, dan perikanan.

Hal itu disampaikan Mardiono saat bertemu Menteri Senior Singapura Teo Chee Hean di Jakarta, Selasa (28/2/2023). Dia mengatakan. penanaman modal asing (PMA) Singapura selama ini lebih banyak masuk ke sektor perkebunan terutama kepala sawit. “Kami melihat masih terdapat gap (kesenjangan) distribusi sektoral dan gap distribusi kewilayahan PMA dari Singapura. Gap distribusi sektoral terjadi pada sektor perkebunan terutama kelapa sawit yang lebih dominan dibandingkan dengan investasi pada sektor pertanian lainnya seperti tanaman pangan, peternakan, dan perikanan,” kata Utusan Khusus Presiden (UKP) RI Bidang Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan itu.

Mardiono mengakui, masih ada dua kesenjangan distribusi investasi dari Singapura yakni terkait sektoral dan kewilayahan. Terkait sektoral, dia menyebut investasi Singapura lebih dominan untuk kelapa sawit. Padahal, kata dia, sektor tanaman pangan, peternakan, dan perikanan merupakan sumber daya ekonomi penting untuk menghadapi ancaman kelangkaan dan kerawanan pangan di masa depan. “Ketiga sektor ini juga yang paling dekat dengan ekonomi wilayah perdesaan dan tidak kalah potensi dan nilai tambah yang dapat dibangkitkan,” kata dia.

Sedangkan, terkait kesenjangan distribusi investasi terkait kewilayahan, Mardiono mengatakan terdapat pertumbuhan nilai PMA yang besar dari Singapura, seperti di Provinsi Sulawesi Tengah selama tiga tahun terakhir.

Namun, aliran investasi masuk yang besar itu, kata dia, belum berdampak langsung pada penurunan kemiskinan di provinsi tersebut. Sulteng, ujar Mardiono, masih menjadi salah satu provinsi dengan tingkat kemiskinan tinggi di Indonesia. “Sulawesi Tengah sebagai salah satu wilayah primadona untuk investasi PMA di sektor industri pengolahan mineral, khususnya smelter nikel. Karena provinsi ini masih menjadi salah satu provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi, tentu kita mengharapkan investasi di Sulawesi Tengah adalah investasi yang inklusif dan membawa percepatan pengentasan kemiskinan di daerah ini,” ujarnya.

Mardiono berharap, kerja sama antara Indonesia dan Singapura dapat terus berkembang sebagaimana yang terjadi selama ini. Indonesia dan Singapura, kata dia, adalah mitra strategis sehingga kemitraan yang terjalin diharapkan dapat menciptakan nilai tambah ekonomi, memberikan dampak sosial yang lebih luas khususnya percepatan pengentasan kemiskinan, pembangunan perdesaan, dan ketahanan pangan.

Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi PMA Singapura dalam sepuluh tahun terakhir di Indonesia mencapai US$87,03 miliar atau setara Rp1.305,45 triliun yang dialokasikan dalam 60.483 proyek.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button