Ototekno

Samsung Galaxy Watch 6: Mode Hemat Baterai Itu Bernama ‘Matikan’

Sebagai salah satu pemain besar di industri teknologi, Samsung sepertinya selalu mencoba memberi kita ‘terobosan’ dalam bentuk perangkat mutakhir terbaru. Tetapi, apakah Samsung Galaxy Watch 6 dan Galaxy Watch 6 Classic layak mendapat predikat sebagai ‘terobosan’ atau hanyalah perangkat gengsi tanpa substansi? Berdasarkan pengamatan awal, tampaknya Samsung perlu mempertimbangkan kembali sejumlah keputusan desainnya.

Samsung, dengan penuh percaya diri, memasarkan Galaxy Watch 6 sebagai perangkat multi-gunaaan untuk atlet dan orang yang peduli kesehatan. Mode Latihan Kustom memang memudahkan pergantian antar aktivitas fisik. Tapi apa gunanya fitur canggih ini jika perangkatnya tidak bisa bertahan lebih dari sehari?

Memiliki harga yang mencolok, Samsung Galaxy Watch 6 memang menyasar konsumen yang relatif mampu di Indonesia. Dengan varian 40 mm yang dihargai Rp 3.999.000 dan 44 mm di Rp 4.499.000, perangkat ini jelas berusaha memposisikan diri sebagai perangkat premium. Namun, apakah performa dan fitur-fiturnya sebanding dengan banderol harga yang cukup tinggi tersebut?

Setelah inilah.com menghabiskan beberapa waktu lalu pemakaian dengan gadget ini, pertanyaan- pertanyaan ini terkuak dari beberapa inkonsistensi yang memerlukan perhatian.

Baterai: Kesalahan Fatal yang Tak Termaafkan

Ketika Anda memutuskan untuk memasukkan begitu banyak fitur yang memakan banyak energi, logikanya, Anda juga harus menyediakan baterai yang mumpuni. Nyatanya? Galaxy Watch 6 mengalami kegagalan spektakuler di departemen ini. 

Bahkan dengan peningkatan kapasitas baterai dari model sebelumnya, perangkat ini tetap tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai “smartwatch sejati.” Apakah ini sebuah lelucon dari Samsung? Jika iya, itu tidak lucu.

Mari kita kembali pada Galaxy Watch 5 yang lahir pada tahun lalu. Varian 40mm memiliki baterai 284mAh, untuk mengatakannya, jujur sangat kurang memadai. Dalam ulasan sebelumnya, kami menemukannya tidak cukup bahkan untuk penggunaan moderat. 

Tahun ini, meskipun dengan baterai 300mAh yang lebih baik di versi 40mm dan 43mm, dan 425mAh di model 45mm dan 47mm, tampaknya Samsung masih belum memenuhi harapan.

Fitur kesehatan dan kebugaran, terutama pelacakan tidur dan Latihan Kustom, didesain untuk penggunaan terus-menerus. Penggunaannya melibatkan aktivitas yang didukung GPS yang sangat memakan baterai. Jam tangan Huawei Watch GT 2 yang inilah.com pakai sejak 2021, didedikasikan untuk penggunaan serupa, sering bertahan selama seminggu. Sayangnya, Galaxy Watch 6 tidak memiliki daya tahan yang sama.

Ada anggapan bahwa kemampuan pemrosesan yang lebih baik dan sistem operasi yang diperbarui akan menyelesaikan masalah ini. Namun, sampai bukti nyata diberikan, ini hanyalah omong kosong teknologi yang bagus untuk dipasarkan, tetapi buruk dalam prakteknya.

Permasalahan baterai menjadi sangat krusial, apalagi ketika perangkat ini mempromosikan mode hemat baterai sebagai salah satu fiturnya. Ironisnya, mode ini nyaris tidak berpengaruh signifikan terhadap daya tahan perangkat. 

Inilah.com sempat menanyakan ini ke tim Samsung Indonesia, mereka menyarankan untuk menggunakan mode ‘Watch only’ yang bisa membuat perangkat ini bertahan selama satu bulan tapi yang dikorbankan adalah fungsionalitasnya sebagai smartwach, mode tahan baterai hanya menampilkan waktu jam saja, fitur lain tak bisa aktif bahkan untuk melihat waktu hari dan tanggal pun tidak bisa. Bahkan beberapa pengguna mengklaim, satu-satunya cara untuk memanfaatkan mode hemat baterai adalah dengan mematikan perangkat—sebuah sarkasme yang menyayat.

Sensor Tidur tidak akurat

Inilah.com menilai bukan karena subjektifitas saja tapi karena ini juga berdasarkan kritik dari para penggunanya. Pendiri Kaskus, Andrew Darwis, baru-baru ini juga mengkritik Samsung Galaxy Watch6 di Twitter/X, menyoroti ketidakakuratan fitur pelacakan tidur dan daya tahan baterai yang kurang memuaskan.

Dalam tweetnya, Andrew Darwis menekankan bahwa dia telah menggunakan merek Fitbit selama 10 tahun dan tidak pernah mengalami masalah. Ia beralih ke Samsung Galaxy Watch dan menemukan bahwa fitur pelacakan tidur “cupu” dan tidak akurat. Bahkan, ia menyindir dengan bertanya apakah jam tangan tersebut seharusnya diletakkan di leher untuk bekerja dengan baik.

Selain masalah pelacakan tidur, Darwis juga menyoroti daya tahan baterai yang menurutnya “cupu” dengan hanya bertahan satu hari. Ini menjadi titik kritis lain yang menunjukkan bahwa Galaxy Watch masih memiliki banyak ruang untuk peningkatan.

Kritik Andrew Darwis ini sejalan dengan keluhan yang baru-baru ini disampaikan dalam sebuah video di YouTube. Video Youtuber WYS by Adam Lash tersebut juga mencatat adanya inkonsistensi dan masalah keakuratan pada fitur pelacakan tidur Galaxy Watch 6.

WYS by Adam Lash juga mengkritik fitur pelacakan tidur pada Galaxy Watch 6. Adam Lash mengklaim bahwa fitur ini tidak akurat dan menyesatkan, berdasarkan pengujian pribadi dan laporan dari pengguna lain.

Video ini tak lupa membandingkan Galaxy Watch 6 dengan Apple Watch, yang disebut lebih akurat dalam pelacakan tidur. Namun, video ini menekankan bahwa fitur lain dari Galaxy Watch 6, seperti pelacakan tekanan darah dan komposisi tubuh, tetap berfungsi dengan baik.

Samsung Galaxy Watch 6 berisiko menjadi monumen kegagalan perencanaan dan keangkuhan teknologi. Sebuah perangkat yang menjanjikan dunia, tetapi pada kenyataannya, memberikan sedikit lebih dari sekadar kekecewaan. Jika Anda mencari perangkat yang benar-benar dapat membantu Anda dalam rutinitas sehari-hari dan aktivitas fisik, sebaiknya cari alternatif lain.

Pada akhirnya, Samsung Galaxy Watch 6 mungkin menggoda dengan segala fitur dan desainnya yang elegan. Namun, tanpa daya tahan baterai yang memadai, semua fitur canggih tersebut menjadi tidak lebih dari pemanis yang hampa. 

Jika Samsung tidak segera menangani masalah ini, perangkat ini berisiko besar menjadi contoh kegagalan dalam memahami kebutuhan dasar konsumen. Sebuah pelajaran mahal yang harus ditebus Samsung jika ingin tetap bersaing di pasar wearable yang semakin ketat.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button