Hangout

Sejarah Suku Baduy: Asal Mula, Ciri Rumah, hingga Perbedaan

Ditulis oleh: Amalia Fildzah

Suku Baduy, salah satu suku pedalaman Indonesia yang berada di Banten meminta daerahnya terbebas dari jaringan internet. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dari penggunaan dunia maya. 

Mungkin anda suka

Permintaan itu disampaikan Tetua adat Baduy melalui surat yang ditandatangani oleh Tangtu Tilu Jaro Tujuh, Wakil Jaro Tangtu, Tanggungan Jaro 12, Wakil Jaro Warega, serta diketahui oleh Jaro Pamarentah atau Kepala Desa Kanekes. Sebuah permintaan yang harus dihargai demi menjaga keaslian adat istiadat leluhur dan kearifan lokal.

Suku Baduy memang dikenal sebagai suku yang tertutup akan budaya mereka dan menolak adanya modernisasi. Mereka memiliki identitas sangat mencolok serta keunikan budaya dan tradisi adat istiadat yang masih dipegang teguh hingga sekarang.

Menariknya, meskipun letak suku Baduy berdekatan dengan hirup pikuk perkotaan, mereka tetap memegang teguh kebudayaan leluhur. Mereka memilih mengisolasi dari dunia luar dan menolak modernisasi budaya luar.

Foto Getty Images

Dilansir dari beberapa sumber, dijelaskan bahwa suku Baduy berasal dari suku Sunda asli dan telah ada sejak 5 abad lalu. Mereka menetapkan satu wilayah keramat yang diebut “Tanah Kenekes” dan menamai diri mereka sebagai “Orang Kajeroan” yang artinya Baduy Dalam.

Masyarakat Kanekes atau yang sering kita sebut dengan Masyarakat Baduy secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu Tangtu, Panamping, dan Dangka.

Kelompok Tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam, yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik.

Pendapat mengenai asal usul orang Kanekes sangat beragam. Berdasarkan beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, masyarakat Kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Sunda.

Namun, Kanekes sendiri menolak jika dikatakan mereka berasal dari orang-orang pelarian Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. 

Beberapa pengamat menjelaskan, orang Baduy merupakan penduduk setempat yang dijadikan mandala (kawasan suci) secara resmi oleh raja, karena penduduknya berkewajiban memelihara kabuyutan (tempat pemujaan leluhur atau nenek moyang), bukan agama Hindu atau Budha.

Kebuyutan di daerah ini dikenal dengan kabuyutan Jati Sunda atau ‘Sunda Asli’ atau Sunda Wiwitan (wiwitan=asli, asal, pokok, jati). Oleh karena itulah agama asli mereka pun diberi nama Sunda Wiwitan.

Van Tricht, seorang dokter yang pernah melakukan riset kesehatan pada tahun 1928 ikut menyangkal teori orang Kanekes berasal dari Kerjaan Sunda.

Menurut dia, orang Kanekes adalah penduduk asli daerah tersebut yang mempunyai daya tolak kuat terhadap pengaruh luar.

Perbedaan Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Sejarah Suku Baduy: Asal Mula, Ciri Rumah, hingga Perbedaan
Foto: Getty Images

Mengutip dari laman dispar.bantenprov.go.id, perbedaan suku Baduy Dalam dan Baduy Luar dapat terlihat dari tradisi dan norma adat yang berlaku di dalamnya. Baduy Luar secara tradisi dan norma telah dipengaruhi oleh modernisasi.

Untuk menunjang kehidupan sehari-hari, Ketua Adat atau yang biasa disebut Jaro mengizinkan warganya menggunakan barang-barang elektronik.

Mereka juga umumnya lebih terbuka dan mau menerima tamu dari luar kota bahkan mancanegara untuk menginap di rumah mereka.

Sementara, masyarakat Baduy Dalam cenderung lebih tertutup dan menolak pengaruh budaya luar. Mereka memegang teguh konsep pikukuh, sebuar aturan adat yang isi terpentingnya mengenai menjadi apa adanya.

Aturan ini diterapkan secara mutlak dalam keseharian sehingga banyak pantangan yang masih sangat ketat diberlakukan.

Perbedaan mencolok juga terlihat dari cara berpakaian. Baju keseharian masyarakat Baduy Dalam umumnya dominan berwarna putih, meski kadang bagian celana saja yang berwarna hitam atau biru tua. Warna putih melambangkan kesucian dan budaya yang tidak terpengaruh dari luar.

Sementara Baduy Luar, mengenakan baju serba hitam atau biru tua. Hal ini melambangkan bahwa masyarakat Baduy Luar telah terpengaruhi dengan budaya modern.

Hingga saat ini, masyarakat Baduy tidak menggunakan transportasi apapun dan hanya berjalan kaki untuk berpergian, tidak menggunakan alas kaki, tidak berpergian lebih dari tujuh hari keluar dari Baduy, membangun segala kebutuhan seperti rumah, jembatan dan lainnya dengan memanfaatkan alam.

Serta mereka memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papannya sendiri dengan menenun atau bercocok tanam.

Pola Pemukiman Suku Baduy

Foto: Getty Images

Pola pemukiman suku Baduy dibangun dalam bentuk kampung. Setiap kampung dibangun di lokasi yang memiliki sumber air.

Rumah yang dibangun diatur mengelompok sehingga kumpulan rumah-rumah tersebut terletak di tengah. Umumnya, rumah-rumah suku Baduy dibangun berhadapan dengan jarak antar rumah sekitar 2 – 3 meter. 

Meski rumah mereka tanpa jendela, sinar matahari atau sirkulasi udara tetap dapat masuk melalu celah-celah dinding.

Sementara, pada bagian pinggir luar didirikan tempat untuk menumbuk padi (saung lisung), tempat mandi (tampian) dan dibagian lebih luar ada lumbung padi (leuit) milik masing-masing keluarga.

Lalu di tengah-tengah pemukiman terdapat lahan kosong, biasanya berupa lapangan atau halaman rumah. Lahan kosong ini difungsikan sebagai tempat bermain anak-anak, menjemur pakaian atau aktivitas lainnya.

Konsep Pikukuh  Baduy

Sejarah Suku Baduy: Asal Mula, Ciri Rumah, hingga Perbedaan
Foto: Getty Images

Pikukuhan Baduy adalah larangan adat yang menjadi pedoman bagi aktivitas masyarakat Baduy yang berlandaskan pada ajaran Sunda Wiwitan.

Masyarakat Baduy tidak boleh mengubah dan tidak boleh melanggar segala yang ada dalam kehidupan ini yang sudah ditentukan.

Hingga kini, Pikukuh Baduy tidak mengalami perubahan sedikit pun, sebagaimana yang termaktub di dalam buyut (pantangan, tabu) titipan nenek moyang.

Buyut adalah segala sesuatu yang melanggar pikukuh, tidak terkodifikasi dalam bentuk teks tapi menjelma dalam tindakan sehari-hari masyarakat Baduy.

Selain itu juga, ketentuan adat dalam masyarakat Badui yaitu larangan adat yang merupakan pedoman dan pandangan hidup yang harus dijalankan secara benar. Isi larangan adat masyarakat Baduy tersebut yaitu:

  • Dilarang mengubah jalan air seperti membuat kolam ikan atau drainase;
  • Dilarang mengubah bentuk tanah seperti membuat sumur atau meratakan tanah;
  • Dilarang masuk ke hutan titipan untuk menebang pohon;
  • Dilarang menggunakan teknologi kimia;
  • Dilarang menanam budidaya perkebunan;
  • Dilarang memelihara binatang berkaki empat semisal kambing dan kerbau;
  • Dilarang berladang sembarangan;
  • Dilarang berpakaian sembarangan.

Setelah mengenal Suku Baduy lebih dalam, ada adat istiadat warisan leluhur yang mereka pegang teguh hingga hari ini.

Bukan hanya memberi wawasan penting mengenai budaya murni yang masih hidup di nusantara, tapi mengajarkan makna keselarasan hidup, keapaadaan, dan hidup sesederhana mungkin lewat nilai budaya yang diterapkan masyarakatnya.

Disclaimer: Kanal Penulis Lepas disediakan untuk tujuan informasi umum dan hiburan. Isi dari blog ini hanya mencerminkan pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Inilah.com.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button