Market

Selamatkan Konservasi, Menteri LHK Dorong Kolaborasi Swasta dan Masyarakat


Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya mendorong terbangunnya kolaborasi untuk menjaga dan melindungi ekosistem karbon biru. Termasuk peran industri demi memitigasi perubahan iklim di Indonesia.

Dalam beberapa dekade terakhir, kata Menteri Siti, pemerintah telah berbagi tanggung jawab perubahan iklim dengan kalangan akademisi, bisnis, organisasi masyarakat sipil atau CSO, dan pihak lainnya. 

“Terkadang ini menjadi paradoks, bentuk ketidaksesuaian dalam relevansi sosial. Sehingga kurang efektifnya kebijakan menjadi tindakan. Aksi bersama tentang perubahan iklim membutuhkan pemimpin untuk memandu aksi,” kata dia, dikutip Senin (19/2/2024).

Gayung bersambut, PT Rimba Harapan Sakti (RHS) yang merupakan perusahaan sawit dari Wilmar Group telah menjalankannya. Upaya menjaga lingkungan dilakukan dengan membangun kolaborasi dengan warga di sekitar Kawasan Konservasi Sungai Pukun di Desa Pematang Limau, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah (Kalteng).

Manager HCV PT RHS, Mochammad Dasrial mengatakan, masyarakat merupakan salah satu elemen penting dalam pelestarian kawasan konservasi, pelibatan mereka dilakukan melalui kegiatan penyadartahuan terkait adanya fungsi area konservasi, dan adanya jenis-jenis fauna yang dilindungi. “Kerja sama antara masyarakat dan perusahaan telah menjadikan kawasan konservasi selalu terjaga,” kata Dasrial. .

Salah satu upaya yang telah dilakukan, lanjutnya, adalah menangkap ikan tanpa menggunakan racun, setrum dan pukat. Di mana, Sungai Pukun merupakan salah satu bagian daerah aliran sungai (DAS) Sungai Seruyan yang melintasi areal konsesi PT RHS.

Berdasarkan penilaian ahli, areal seluas 5.359,58 hektare (ha) itu, telah ditetapkan sebagai kawasan high conservation value (HCV/bernilai konservasi tinggi). Sebagian besar wilayahnya dimanfaatkan untuk konservasi Sungai Pukun, termasuk Sempadan dan anak-anak sungainya.

Selama ini, tambahnya, masih ada masyarakat yang masih menggantungkan hidupnya di kawasan konservasi tersebut untuk mencari ikan, madu dan rotan. Untuk itu pihaknya aktif mengajak mereka untuk terus menjaga kelestarian kawasan konservasi. “Pelibatan masyarakat juga dimaksudkan agar mereka merasa turut memiliki,” tutur Dasrial.

Berdasarkan hasil pemantauan rutin dan identifikasi tim HCV PT RHS selama 2019-2023, kawasan konservasi Sungai Pukun terjaga dengan baik, indikatornya adalah keanekaragaman hayati, kualitas air, dan kondisi vegetasi.

Kondisi itu terlihat dari hasil identifikasi lapangan, yang masih dijumpai berbagai jenis mamalia, ikan, burung, reptil serta amfibi dengan kategori langka dan endemik.

Dasrial menjelaskan, berdasarkan hasil identifikasi tim HCV, di kawasan konservasi perusahaan ditemukan 31 jenis satwa, dan 16 diantaranya merupakan mamalia yang dilindungi undang-undang, serta masuk dalam daftar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 106 Tahun 2018.

Satwa dilindungi di kawasan tersebut diantaranya adalah bekantan (Nasalis larvatus), beruang madu (Helarctos malayanus), beruk (Macaca nemestrina) dan kijang (Muntiacus muntjak).

Vegetasi hutan sempadan Sungai Pukun juga menjadi habitat dengan kualitas baik bagi beberapa jenis burung. Hingga kini tercatat ada 28 jenis burung yang masuk kategori dilindungi dan cukup mudah dijumpai di area tersebut, diantaranya raptor, nectaria hingga jenis burung semak. Selain itu, pihaknya juga mengidetifikasi adanya 65 jenis ikan. “Identifikasi ini merupakan perpaduan dari hasil pendataan langsung, dan juga dari hasil tangkapan nelayan di sekitar Sungai Pukun,” ujar Dasrial.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button