Market

Solusi Kekeringan NTT, Proyek Bendungan Temef Capai 85,2 Persen

Apabila proyek pembangunan Bendungan Temef untuk paket empat di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT) selesai maka akan dapat mengatasi masalah kekeringan di sebagian wilayah tersebut.

Proyek ini ditargetkan selesai pada awal tahun 2024. Bendungan Temef memiliki panjang 550 meter dengan tinggi 55 meter dan menempati lahan seluas 45 hektare untuk mampu menampung air hingga 45 juta meter kubik.

Pembangunan Bendungan Temef ini diperkirakan memakan biaya sebesar Rp1,4 triliun. “Berdasarkan laporan terakhir per 24 November, untuk progres pembangunan bendungan sudah mencapai 85,21 persen,” kata Kepala Teknik Waskita Karya, Agasi Yudho di Kupang, NTT, Senin (27/11/2023).

Laporan tersebut berkaitan dengan perkembangan pembangunan Bendungan Temef yang berada Kabupaten Timor Tengah Selatan. Bendungan Temef merupakan bendungan yang dibangun oleh pemerintah pusat untuk mengatasi masalah kekeringan di wilayah tersebut. Temef juga merupakan satu dari tujuh bendungan yang ditargetkan oleh Presiden Joko Widodo di NTT.

Dia mengatakan pembangunannya lebih cepat dari target yang ditentukan. Pada awalnya pihaknya menargetkan progresnya mencapai 76,56 persen. “Namun lebih cepat dari perkiraan,” ujar dia.

Lebih lanjut, paket pekerjaan Waskita yang sedang berjalan di paket empat itu adalah bangunan fasilitas, clearing area genangan pekerjaan hidromekanikal, pekerjaan bendungan utama dan pekerjaan bangunan pengambilan.

Jadi saat ini, Waskita Karya sudah menyelesaikan paket 1 pembangunan bendungan tersebut. Kemudian Paket empat adalah kelanjutan dari paket I.

Terkait kendala yang dihadapi selama pengerjaan paket empat berkaitan pemindahan makam dan area eks kawasan hutan yang belum bisa dikerjakan. Karena masih berproses pembebasannya.

Selain itu juga cuaca panas ekstrim juga jadi kendala bagi para pekerja yang bekerja di bendungan itu. Sehingga waktu istirahat dipercepat. “Tapi waktu lembur saat malam kami maksimalkan untuk bekerja,” ujar dia.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button