Market

Skandal Aus Roda LRT Jabodebek, DPR Minta Kemenperin Periksa INKA

Dua bulan beroperasi, akhirnya ketahuan bahwa kualitas roda LRT Jabodebek abal-abal. Mengalami aus parah sehingga harus masuk bengkel. Padahal, kereta ringan tanpa masinis ini dibuat PT INKA (Persero).

Anggota Komisi VII DPR, Mulyanto menyerukan agar Kementerian Perindustrian (Kemenperin) turun tangan untuk memeriksa kualitas roda LRT yang disebut-sebut abal-abal karena cepat aus.

Politiku PKS ini, menekankan pentingnya dilakukan pemeriksaan mendalam terhadap kualitas roda LRT buatan INKA. Demikian pula lintasan atau rel LRT Jabodebek.

“Bila tuduhan itu benar, Kemenperin harus bertindak tegas terhadap pihak yang bertanggung jawab agar kualitas roda LRT memenuhi standar produk. Ini adalah hal yang krusial, mengingat dapat membahayakan keselamatan penumpang,” kata Mulyanto, Jakarta, dikutip Kamis (2/11/2023).

Padahal, kata Mulyanto, INKA berhasil mengekspor gerbong  ke beberapa negara. Bahkan, kereta api commuter line Jakarta-Bogor yang menggunakan trainset INKA telah beroperasi selama bertahun-tahun, tak ada masalah.

“Kami mendesak Kemenperin untuk mengirimkan tim pemeriksa guna memverifikasi kebenaran tuduhan ini. Ini adalah langkah yang kritis mengingat peran besar INKA sebagai BUMN dalam menjaga standar produk yang dihasilkannya,” papar Mulyanto.

Mulyanto juga mengajak Kementerian BUMN untuk ikut terlibat dalam memeriksa masalah ini. Bisa jadi, permasalahan ini bukan sekedar masalah teknis. Apalagi menyangkut keselamatan dan kepercayaan masyarakat terhadap transportasi publik.

“INKA sebagai BUMN harusnya memiliki standar produk yang terjaga dengan baik. Kementerian BUMN juga harus memastikan bahwa BUMN di bawah pengawasannya beroperasi sesuai dengan standar yang berlaku,” tegasnya.

Manajer Humas KAI Divisi LRT Jabodebek, Kuswardojo mengatakan, 18 trainset LRT Jabodebek harus antri masuk bengkel. Karena rodanya mengalami aus luar biasa, harus dilakukan pembubutan.

Celakanya, mesin bubut yang tersedia di bengkel LRT Jabodebek, hanya 1 unit. Padahal, proses pembubutan roda kereta ringan tanpa masinis itu, perlu seminggu.

Menurut Kus, tingkat keausan roda LRT Jabodebek sudah mendekati ambang batas 8 milimeter (mm). Untuk proses bubut roda, hanya bisa dikerjakan di bengkel LRT. Karena mesin bubutnya berbeda dengan kereta biasa (konvensional).

Di mana, kereta konvensional menggunakan roda dengan lebar jalur 1.067 mm. Sementara, LRT Jabodebek menggunakan roda dengan lebar jalur standar internasional, yakni 1.435 milimeter.

“Kami sudah bersurat ke Kemenhub terkait kondisi-kondisi ini dan juga permintaan untuk menambah mesin bubut,” kata Kuswardojo.

Masalah makin rumit, karena jumlah traniset LRT Jabodebek yang beroperasi hanya 9 rangkaian kereta. Normalnya, LRT Jabodebek menjalankan 16 rangkaian kereta setiap hari. Melayani 234 perjalanan di seluruh stasiun LRT Jabodebek.

Karena hanya 9 trainset yang beroperasi, mengurangi 103 perjalanan. Dampaknya kepada waktu tunggu LRT Jabodebek atau headway, semakin lama. Minimal 40 menit. Padahal, normalnya 17-20 menit.  Masalah berat kereta ringan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button