Hangout

Peringati Hari Lingkungan Hidup, Ingatkan PR Polusi Plastik Menumpuk

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengingatkan kembali bahwa Pekerjaan Rumah (PR) kita soal polusi plastik ini masih banyak. Hal tersebut terungkap saat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang bertepatan pada Senin (5/6/2023), difokuskan untuk membenahi masalah polusi plastik di bawah kampanye #BeatPlasticPollution.

Prof Tjandra menyebut lebih dari 400 juta plastik diproduksi setiap tahunnya dan lebih dari 200 juta ton plastik sekali pakai diproduksi setiap tahunnya dan kurang dari 20 juta ton tersebut didaur ulang. Ini artinya, diperkirakan antara 19 sampai 23 juta ton sampah plastik tersebut akan berakhir mencemari lingkungan seperti di danau, sungai dan laut.

Mungkin anda suka

“Lebih dari 400 juta ton plastik diproduksi setiap tahun, setengahnya dirancang untuk digunakan hanya sekali. Dari jumlah itu, kurang dari 10 persen didaur ulang. Diperkirakan 19-23 juta ton berakhir di danau, sungai, dan laut,” kata Prof Tjandra pada Inilah.com, Jakarta, Selasa (07/06/2023).

Ini menjadi ancaman nyata bagi penduduk dunia jika sampah-sampah plastik yang terbuang ke lingkungan dan akan menyumbat dan mencemari tempat pembuangan tersebut serta larut ke air laut. Ditambah, kata Prof Tjandra, tidak sedikit sampah plastik mengandung zat yang membahayakan kita jika mencemari lingkung.

“Plastik yang terbuang itu menyumbat tempat pembuangan sampah kita, larut ke laut dan menjadikannya salah satu ancaman terbesar bagi planet ini. Banyak pula produk plastik mengandung aditif berbahaya, yang dapat mengancam kesehatan kita,” jelas Prof Tjandra.

Menurut prediksi Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Environment Programme (UNEP), kata Prof Tjandra, di tahun 2040 akan ada 29 ton sampah plastik yang akan mencemari ekosistem perairan. Akibatnya, makanan dan minuman yang kita konsumsi akan mengandung mikroplastik yang tentunya berbahaya bagi kesehatan.

“Mikroplastik bisa masuk ke dalam makanan yang kita makan, air yang kita minum dan bahkan udara yang kita hirup. Plastik juga ada yang dibakar menjadi asap beracun,” ujar Prof Tjandra.

Lebih lanjut, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu juga menjelaskan solusi penanggulangan polusi plastik yang telah diadopsi Resolusi Polusi Plastik atau Plastic Pollution Resolution dari United Nations Environment Assembly (UNEA-5.2) pada 2 Maret 2022 di Nairobi, Kenya telah dirancang perjanjian globalnya yang mengikat secara hukum dengan target selesai di akhir tahun 2024.

Disebutkan perlu ada rancangan produk dan material yang bisa didaur ulang dan digunakan kembali. Prof Tjandra juga mengatakan perlu ada keterlibatan seluruh pihak dalam meningkatkan penggunaan bahan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan berfokus untuk meminimalisir dampak berbahaya bagi lingkungan. Serta yang terakhir adalah dengan menjaga dan memelihara lingkungan untuk masa kini dan masa depan.

“Semua pihak perlu lebih meningkatkan upaya untuk menggunakan bahan secara lebih berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pemakaian plastik serta mencegah terjadinya polusi plastik. Tidak ada pilihan lain, kita harus menjaga dan memelihara lingkungan hidup, demi kesehatan kita kini dan anak cucu di masa datang,” ungkap Prof Tjandra.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button