Market

7 Fakta Unik Warung Kelontong Madura yang Hanya Tutup saat Hari Kiamat


Siapa yang tak mengenal warung atau toko kelontong Madura. Bagi warga yang khususnya tinggal di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), keberadaan warung Madura sudah tidak asing lagi. Maklum, hampir di setiap lingkungan permukiman penduduk terdapat warung Madura.

Warung yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari itu mulai muncul di wilayah Jabodetabek sejak sekitar 10 tahun terakhir. Warung Madura ini setiap hari buka selama 24 jam, termasuk saat hari raya Lebaran tidak tutup, sehingga banyak warga menyebutnya warung Madura ini hanya tutup ketika hari kiamat.

Tiga tahun belakangan ini persebaran warung Madura yang penjualnya semua berasal dari Madura, sehingga dinamakan warung Madura, menjamur sangat pesat. Bahkan keberadaannya kini ada yang hanya berjarak 30 meter antara warung Madura satu dengan lainnya. 

Uniknya, mereka tidak merasa saling menjadi pesaing. Justru menurut pengakuan para penjual di warung Madura, keberadaan mereka di suatu wilayah saling melengkapi. Mereka juga tergabung dalam komunitas atau paguyuban warung Madura. Para pengusaha atau penjual di warung Madura ini selalu mengontrak tempat atau kios secara tahunan.

Warung Madura Menjadi Sorotan

Saat ini keberadaan warung Madura tengah menjadi sorotan lantaran dituding melanggar aturan waktu operasional usaha oleh kalangan peritel modern seperti minimarket atau supermarket. Padahal sejatinya keberadaan warung Madura selama ini telah memberi kontribusi positif di banyak hal.

“Seperti membantu kebutuhan masyarakat sepanjang hari, menjaga keamanan lingkungan, menyerap tenaga kerja, menggerakkan perekonomian rakyat kecil, dan melahirkan para pengusaha baru,” ujar Anggota Komisi VI DPR RI Nasim Khan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (26/4/2024).

Hal itu disampaikan Nasim menanggapi respons Kementerian Koperasi dan UKM yang sebelumnya meminta warung kelontong seperti warung Madura, untuk mengikuti aturan jam operasional yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, yakni tidak buka selama 24 jam.

Nasim tidak menampik jika munculnya persoalan itu dikarenakan ada persaingan antara minimarket atau toko swalayan dengan warung Madura. Dia meminta agar pemerintah memberikan solusi yang terbaik, agar semua usaha berjalan dengan lancar.

“Menteri-menteri terdahulu meminta pemda untuk menerapkan aturan jarak minimarket, lah ini malah kebalikannya,” ujar Nasim menekankan.

Dia menegaskan pemerintah seharusnya bisa lebih mengedepankan aspek hati nurani dan pikiran yang jernih, serta menyediakan iklim usaha yang bersahabat bagi para pelaku usaha kecil, seperti warung Madura. Hal tersebut dilakukan agar pelaku UKM bisa berkembang.

Berikut ini 7 fakta unik tentang warung Madura yang sedang viral:

1. Buka 24 Jam

Warung kelontong Madura sejak muncul hingga kini dikenal buka nonstop 24 jam. Hal ini yang menjadi salah satu pembeda dengan toko atau warung kelontong lainnya. Lazimnya, toko atau warung kelontong selain Madura hanya buka di jam tertentu, umumnya hanya buka pukul 06.00 atau pukul 07.00 dan tutup pukul 21.00 atau pukul 22.00.

Para penjual di warung Madura membagi tugas berjaga dengan sistem shif. Biasanya warung ini penjualnya adalah pasangan suami-istri. Sang istri bertugas berjualan dari pagi hingga sekitar magrib, setelah itu dilanjut oleh si suami dari malam hingga pagi.

2.  Etalase Kaca Berisi Beras

Di setiap bagian depan warung Madura selalu terdapat kotak kaca sebagai tempat atau estalase menjual beras. Di etalase kaca ini disekat-sekat menjadi beberapa bagian untuk menjual beras dengan harga yang bervariasi. Sedangkan pada bagian samping dan belakang warung terdapat rak-rak dari kayu yang disusun rapi untuk meletakkan berbagai jenit barang dagangan kebutuhan sehari-hari, mulai dari mi instan, tepung terigu, gula hingga minyak goreng.

3. Ada Pompa Bensin Pertamini

Umumnya di warung Madura menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Pertamax melalui mesin pompa Pertamini. Bila tak ada mesin pompa Pertamini, bensin-bensin yang dijual ditempatkan di dalam botol-botol dengan harga per botol Rp12.000 untuk jenis Pertalite dan Rp14.000 untuk Pertamax.

4. Penjual Laki-laki Mengenakan Sarung

Ciri khas lainnya dari warung Madura, yaitu penjualnya yang laki-laki lazimnya mengenakan sarung dan usianya antara 26-55 tahun. Penjual laki-laki biasanya ketika siang hari tidur dengan beralaskan tikar di dalam warung untuk bergantian berjualan di malam dan dini hari.

5. Berganti Penjual Tiap Tiga Bulan

Penjual di warung Madura biasanya setiap tiga bulan bergantian orang, yaitu dengan saudaranya dari daerah Madura. Mereka berasal dari empat daerah di Pulau Madura, yakni Kabupaten Bangkalan, Sampang, Sumenep, dan Pamekasan. Para penjual umumnya sebagai pekerja yang memiliki bos. 

6. Harga Lebih Murah

Harga barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dijual di warung Madura selama ini dikenal lebih murah dibandingkan dengan minimarket atau toko ritel modern, termasuk dengan warung biasa yang bukan warung Madura yang sama-sama menjual eceran.

7.  Lokasi Berdekatan

Keberadaan warung Madura, terutama di lingkungan permukiman warga jaraknya berdekatan satu sama lain. Hal ini sangat membantu warga setempat sehingga tidak perlu lebih jauh ke minimarket. Saat ini keberadaan warung Madura tidak hanya di areal permukiman warga tapi juga ada di pinggir-pinggir jalan raya.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button