Market

Ganjar Janjikan Gaji Guru Rp30 Juta, Masalah Utang Selesaikan Dulu

Tak ada angin apalagi hujan, calon presiden dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo mengumbar janji tentang gaji guru naik hingga Rp30 juta. Tentu saja, kalau dirinya menang di Pilpres 2024.

Dikutip dari YouTube Rheinald Kasali, Senin (11/9/2023), awalnya, mantan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) ini, merasa prihatin dengan minimnya gaji tenaga pendidik di Indonesia. Masih banyak yang digaji Rp1 juta per bulan.

Mungkin anda suka

Tentu saja, pendapatan sebesar itu tak cukup untuk menghidupi istri dan anak-anaknya. Alhasil, mereka harus cari kerja sampingan alias sidejob. Ada yang terpaksa jadi tukang ojek, tukang bangunan hingga pekerja serabutan. Yang lebih beruntung bisa menjadi guru les yang penghasilannya agak lumayan.

Agar gaji guru lebih manusiawi, Ganjar berniat untuk mengerek gajinya hingga Rp30 juta sebulan. Sehingga, mereka tak perlu lagi kerja sampingan. Fokus saja mencerdaskan anak bangsa.  Selain itu, akan semakin banyak talenta muda berprestasi yang kepincut mengabdi menjadi guru.

“Dugaan saya, akan semakin banyak orang pintar yang mau jadi guru (gaji pertama Rp 10 juta). Setelah sekian tahun bisa Rp20 juta, bisa (naik lagi) Rp30 juta. Enggak usah cerita Rp50 juta, Rp30 juta saja (gaji guru),” kata Ganjar

Baca Juga:

Sukses Jualan PCR dan Antigent, Arsjad Rasjid Pimpin Tim Pemenangan Ganjar

Lalu, uangnya dari mana? Ganjar mengatakan, beberapa tahun ke depan, Indonesia masih akan menikmati bonus demografi. Pemerintah harus bisa mengoptimalkan momentum ini. Termasuk memaksimalkan penerimaan negara sebesar-besarnya untuk memakmurkan rakyat.

“Saya coba hitung, saya minta tolong. Kalau anggaran kita keluarkan agar bonus demografi itu betul-bentul kita swicth, ending-nya kita dapat dividen (keuntungan). Saya minta hitung, bisa mulai dari berapa (gaji guru),” kata Ganjar.

Sejatinya, alokasi anggaran untuk pendidikan yang digelontorkan pemerintah tiap tahun, memang sudah cukup besar. Tahun ini, misalnya, anggaran penididikan dipatok sebesar Rp608 triliun. Atau setara 20 persen dari total APBN 2023 yang angkanya di kisaran Rp3 ribuan triliun.

Anggaran sebesar itu dibelah Rp233,9 triliun untuk Program Indonesia Pintar kepada 20,1 juta siswa dan Kartu Indonesia Pintar Kuliah untuk 976,8 ribu mahasiswa. Digunakan juga untuk Tunjangan Profesi Guru baik untuk yang PNS maupun non-PNS.

Sebesar Rp305 triliun dialokasikan melalui transfer ke daerah yang ditujukan untuk membiayai operasional sekolah 44,2 juta siswa, serta untuk biaya operasional PAUD bagi 6,1 juta peserta didik.

Sedangkan sisanya sekitar Rp69,5 triliun disiapkan untuk dana abadi pendidikan. Termasuk dana abadi pesantren, riset, perguruan tinggi, dan kebudayaan.

Namun, ada sesuatu yang bikin miris. Besarnya anggaran pendidikan ini, ternyata kalah jauh ketimbang duit rakyat untuk membayar utang dan bunganya. Angkanya pada tahun ini, disebut-sebut melebihi Rp1.000 triliun.

Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky memproyeksikan, pembayaran utang pokok ditambah bunga dari pemerintah pada 2023, sekitar Rp1.041 triliun. “Diperkirakan dari data APBN, akan meningkat menjadi Rp1.041,4 triliun pada 2023. Memang tiap tahun, senderung bertambah. Tumbuhnya pesat selama 2015-2023,” papar Awalil.

Kalau benar angka proyeksi Awalil, artinya, anggaran untuk utang dan bunganya 66 persen lebih besar ketimbang anggaran pendidikan.

Bisa jadi ini bukan karena kebetulan. Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla pun menyebut era Presiden Jokowi harus mencicil utang Rp1.000 triliun per tahun. Angka ini, menurutnya yang terbesar sepanjang Indonesia merdeka.

“Pak AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) mengatakan utang (pemerintahan Jokowi) besar, betul. Setahun bayar utang lebih Rp1.000 triliun. Terbesar dalam sejarah Indonesia sejak merdeka,” ujar JK dalam Milad ke-21 PKS di Istora Senayan, Sabtu (20/5/2023).

Bila dirinci dalam beberapa tahun terakhir, bunga utang terus meningkat. Pada 2019, misalnya, realisasi bunga utang sebesar Rp 275,5 triliun. Pada 2020, naik lagi Rp 314,1 triliun. Setahun kemudian Rp343,5 triliun, pada 2022 sebesar Rp386,3 triliun, dan 2023 sebesar Rp 437,4 triliun. Itu baru bunganya saja lho.  Ini seharusnya menjadi tantangan Pak Ganjar dan capres lain. 

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button