News

Kalah Suara di Parlemen, Pita Limjaroenrat Gagal Jadi PM Thailand

Pemimpin Move Forward Party (MFP), Pita Limjaroenrat, gagal meraih suara mayoritas untuk menjadi perdana menteri baru Thailand dalam pemungutan suara di parlemen yang digelar pada Kamis (13/7/2023) malam.

Koalisi MFP memang menguasai 312 kursi di majelis rendah parlemen usai memenangkan pemilu pada Mei lalu. Namun, untuk membentuk pemerintah baru, Limjaroenrat memerlukan total 375 suara dan membutuhkan dukungan dari sebagian dari 249 anggota majelis tinggi Senat.

Sementara itu, majelis tinggi Senat berhaluan konservatif dan diangkat oleh pemerintahan PM petahana, Prayuth Chan-o-cha dari militer.

Penghitungan suara akhir adalah 324 suara setuju, 182 menentang dan 199 abstain, di antara 705 anggota yang berpartisipasi. Limjaroenrat membutuhkan 375 suara—mayoritas sederhana dari 749 suara gabungan.

Limjaroenrat, politikus berusia 42 tahun itu menjadi kandidat tunggal dalam pemungutan suara parlemen setelah partainya memenangkan pemilu pada 14 Mei lalu. Sementara itu, PM petahana Prayut Chan-o-cha juga memutuskan pensiun dari politik hanya beberapa hari sebelum voting pemilihan PM.

Dalam pemilu Mei lalu, MFP berhasil meraup 38 persen suara. Di posisi kedua ada koalisi Pheu Thai meraup 28,8 persen, sementara partai berkuasa dari koalisi junta militer hanya meraup 12,5 persen.

Limjaroenrat terbilang bintang baru yang sedang naik daun dalam politik Thailand terutama setelah MFP berhasil mengalahkan dua koalisi politik yang jauh lebih senior dalam pemilu Mei lalu.

MFP merupakan partai progresif yang dianggap menjadi alternatif politik ketiga di Thailand setelah koalisi pendukung monarki atau yang lebih dikenal dengan kubu kaus kuning dan pendukung Thaksin Shinawatra atau kaus merah.

Limjaroenrat dianggap politikus muda cerdas dan cemerlang yang memulai karir politiknya pada 2019 saat mencalonkan diri sebagai anggota parlemen dari Partai Future Forward (FFP).

Pada 2020, Mahkamah Konstitusi Thailand membubarkan FFP hingga mendorong demonstrasi dari ribuan anak muda Negeri Gajah Putih. Di tahun yang sama, Limjaroenrat pun membentuk MFP sebagai pengganti FFP.

Popularitas Limjaroenrat terutama di kalangan anak muda pun meningkat seiring aspirasi perubahan yang terus digaungkan pria lulusan Harvard University tersebut.

Limjaroenrat dan MFP dalam kampanyenya menjanjikan reformasi struktural bagi Thailand seperti perubahan pada militer, ekonomi, desentralisasi kekuasaan, bahkan reformasi monarki yang sebelumnya tak pernah tersentuh.

Kebijakan ini mendapat dukungan besar dari kalangan pemilih muda di Thailand, yang telah lama berada di bawah bayang-bayang politik otoriter.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button