Kanal

Hukum Cerita Masalah Rumah Tangga ke Orang Lain atau di Medsos Menurut Islam

Mega Suryani Dewi (24) korban KDRT yang sempat curhat di media sosial, tewas di tangan suaminya. Korban dibunuh secara keji oleh suaminya N (25) di depan dua anaknya yang masih balita (7/9/2023).

Korban dan suaminya N selama ini tinggal di rumah kontrakan di Jalan Cikedokan RT01 RW04, Kampung Cikedokan, Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat.

Korban beberapa kali mengunggah ke media sosial penganiayaan yang dilakukan suaminya. Mirisnya, almarhumah sadar telah menjadi korban KDRT bahkan sudah mendapat ancaman pembunuhan, tetapi bertahan karena ada anak-anaknya masih kecil.

Berikut salah salah satu isi curhatan korban di media sosialnya.

“Run jam 3 pagi dari mama mertua dan suami yang habis hajar aku habis-habisan. Aku sudah kek tahanan gak boleh kabur dari kontrakan. Makasih abang gojek sudah mau nolong aku biarpun gak sempat pakai sandal.”

Hukum Mengumbar Masalah Rumah Tangga Menurut Islam

Korban KRDT Almarhumah Mega Suryani curhat masalah rumah tangganya di media sosial lantaran tidak memiliki tempat untuk mengaku. Lalu bagaimana Islam melihat istri yang menceritakan perbuatan suaminya atau kondisi rumah tangganya ke orang lain?

Dikutip dari NU Online, Al-Imam Al-Hafizh Zakiyyuddin Abdul Azhim bin Abdul Qawiy Al-Mundziri dalam Kitab At-Targhib wat Tarhib minal Haditsis Syarif, (Beirut, Darul Fikr: 1998 M/1418 H) Juz III, halaman 54 menghimpun sejumlah hadis berisi peringatan atau larangan perihal menyebar kondisi pasangan atau rahasia rumah tangga yang bersifat pribadi.

Hadis riwayat Imam Muslim berikut ini, menyebut rahasia pasangan suami dan istri sebagai amanah besar yang kelak diperhitungkan pada hari kiamat.

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه أَنَّ رسولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قال إِنَّ من أعظمِ الأمانة عندَ الله يوم القيامةَ الرَّجُلُ يُفْضي إِلى امرأته وتُفْضي إِليه ثم ينشُرُ سِرَّها

(Artinya:“Dari sahabat Abu Sa‘id Al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Amanah terbesar di sisi Allah pada hari Kiamat adalah seseorang yang memperhatikan istrinya dan sebaliknya kemudian menyebarkan rahasia pasangannya.’” (HR Muslim).Riwayat lain Imam Muslim dan Abu Dawud bahkan menyebutkan suami atau istri yang membuka rahasia pasangannya sebagai manusia paling buruk di hari kiamat kelak

.وفي رواية إِنَّ مِنْ أشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ القِيَامَةِ الرَّجُلُ يُفْضِي إِلى امْرَأَتِهِ أَوْ تُفْضِي إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ أَحَدُهُمَا سِرَّ صَاحِبِهِ

(Artinya: “Dalam riwayat lain, ‘Seburuk-buruk kedudukan manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang memperhatikan istrinya dan sebaliknya kemudian ia menyebarkan rahasia pasangannya.’” (HR Muslim dan Abu Dawud).

Curhat Soal KDRT dalam IslamNamun terdapat pengecualian dari hadis-hadis tentang anjuran menjaga rahasia pasangan, yaitu berkaitan dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) apalagi pembunuhan, hubungan perzinaan, atau penggunaan harta pasangan secara zalim. Semua itu bukan rahasia rumah tangga yang harus disimpan, tetapi informasi yang harus disampaikan sebagai kesaksian di pengadilan, misalnya,Pengecualian tersebut disebutkan dalam riwayat berikut ini:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْمَجَالِسُ بِالأَمَانَةِ إِلاَّ ثَلاَثَةَ مَجَالِسَ سَفْكُ دَمٍ حَرَامٍ أَوْ فَرْجٌ حَرَامٌ أَوِ اقْتِطَاعُ مَالٍ بِغَيْرِ حَقٍّ

(Artinya: “Dari sahabat Jabir bin Abdillah ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Setiap majelis itu adalah amanah kecuali tiga majelis, penumpahan darah yang haram (pembunuhan), farji yang haram (perzinaan), dan pengambilan harta tanpa hak (perampasan).” (HR Abu Dawud dan Muslim). Putri Rasulullah Adukan Masalah Rumah Tangganya

Dikutip dari laman Bincang Muslimah, Islam tidak melarang menceritakan masalah keluarga kepada orang lain, dengan catatan demi kebaikan bersama pasangan suami dan istri.

Masalah ini pernah dicontohkan langsung putri Nabi Muhammad SAW, Fatimah. Riwayat Imam Al-Dzahabi dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabir, dari Suwaid bin Ghaflah, dijelaskan rumah tangga putri Rasulullah itu (Fatimah) dan Sayyidina Ali tengah mengalami kesulitan ekonomi. Dalam keadaan terjepit ini suaminya meminta Fatimah untuk menceritakan masalah rumah tangga mereka kepada Rasulullah untuk mendapatkan solusi terbaik. Mendapatkan perintah dari Sayyidina Ali, Fatimah kemudian mendatangi ayahandanya dan berkata terkait masalah rumah tangganya;

يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ الْمَلَائِكَةُ طَعَامُهَا التَّهْلِيلُ وَالتَّسْبِيحُ وَالْحَمْدُ فَمَا طَعَامُنَا ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ :وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ نَبِيًّا مَا اقْتَبَسَ فِي آلِ مُحَمَّدٍ نَارٌ مُنْذُ ثَلَاثِينَ يَوْمًا ، وَلَقَدْ أَتَيْنَا أَعْنُزًا فَإِنْ شِئْتِ أَمَرْنَا لَكِ بِخَمْسَةِ أَعْنُزٍ ، وَإِنْ شِئْتِ عَلَّمْتُكِ كَلِمَاتٍ عَلَّمَنِيهِنَّ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ آنِفًا ، فَقَالَتْ : عَلِّمْنِي كَلِمَاتٍ عَلَّمَكَهُنَّ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ ، قَالَ قُولِي : يَا أَوَّلَ الْأَوَّلِينَ ، وَيَا آخِرَ الْآخِرِينَ ، وَيَا ذَا الْقُوَّةِ الْمَتِينَ ، وَيَا رَاحِمَ الْمَسَاكِينَ ، وَيَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ فَفَعَلْتُ ، قَالَ : فَانْصَرَفَتْ حَتَّى دَخَلَتْ عَلَى عَلِيٍّ عَلَيْهِ السَّلَامُ ، فَقَالَ : مَا وَرَاءَكِ ؟ قَالَتْ : ذَهَبْتُ مِنْ عِنْدِكَ إِلَى الدُّنْيَا وَأَتَيْتُكَ بِالْآخِرَةِ ، فَقَالَ : خَيْرٌ أَيَّامُكِ خَيْرٌ أَيَّامُكِ

(Artinya: Wahai Rasulullah, makanan para malaikat hanya membaca tahlil, tasbih dan tahmid, namun bagaimana dengan makanan kami? Maka Nabi SAW berkata: Demi Dzat yang telah mengutusku sebagai nabi, api tidak pernah menyala di keluarga Muhammad selama tiga puluh hari. Kami hanya memiliki 5 ekor kambing, jika kamu mau, kami akan menyuruh kamu membawa lima ekor kambing, dan jika kamu mau, aku ajarkan kamu beberapa kalimat yang telah diajarkan kepadaku oleh malaikat Jibril barusan. Fatimah berkata: Ajari aku kalimat yang diajarkan Malaikat Jibril kepada engkau. Kemudian Nabi SAW berkata: Ucapkanlah, ‘Yaa awwalal awwaliin wa yaa aakhirol aakhiriina wa yaa dzal quwwatil matiin wa roohimal masakiin wa yaa arhamar roohimiin.’ Aisyah kemudian pergi menemui Sayidina Ali dan ia bertanya kepada Aisyah, ‘Apa yang engkau dapat? Aisyah menjawab, ‘Aku pergi dari sisimu untuk dunia dan aku sekarang kembali kepadamu dengan akhirat.’ Sayidina Ali berkata, ‘Sungguh baik harimu, sungguh baik harimu).

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button