Market

Dato Tahir: Siapapun yang Menang, Akhirnya Rakyatlah yang harus Jadi Pemenang


Kalangan dunia usaha tetap optimis gonjang ganjing politik jelang Pilpres 2024 tidak akan membuat ekonomi Indonesia terpuruk. Mereka meyakini tidak akan terjadi perubahan besar yang mengganggu. Apa yang telah dicapai selama satu dekade terakhir, menjadi pondasi yang kokoh bagi Indonesia untuk tetap tumbuh, naik ke level yang lebih tinggi, dan menyonsong Indonesia emas 2045.

“Kalau soal politik, saya betul-betul tadi tegas, saya gak ngerti. Cuma saya harapkan gini, orang sering tanya siapa yang menang? Saya bilang, siapapun yang menang, terakhir itu harus rakyat yang menang. Ini penting dan itu poinnya,” kata konglomerat pemilik Mayapada Group Dato Sri Tahir saat bertemu para pemimpin redaksi media nasional, di Jakarta, Selasa (12/12/2023).

Tahir mengakui ada kehawatiran seputar ketidakstabilan politik. Tetapi sejauh pengamatannya, kondisi itu masih dalam tahap wajar dan bisa tetap terjaga. Bahwa akan terjadi pergantian pemimpin nasional itu sebuah keniscayaan. 

“Saya pengusaha. Saya bicara bukan politik. Saya bicara pengusaha. Saya tidak melihat ada kecurangan yang serius. Ya mungkin. Yang diberitakan mungkin saja serius. Dari pengusaha ya, kita tidak ada rasa ketakutan. Ini gawat gak? Tidak ada. Pengusaha ya oke-oke saja. Agak sepi yes. Some business agak sepi. Some business sweet. Some business not sweet. Karena itu bukan faktor Indonesia saja. Faktor seluruh dunia. Kalau kita bicara kawasan ASEAN, Indonesia still the best,” papar Dato Tahir. 

Tetapi kalau ditanya apakah Presiden Jokowi berprestasi? “Yes. Sampai kapan pun saya akan bicara ini. Pengelolaan devisa yang dilakukan oleh Sri Mulyani sama Pak Ferry (Gubernur BI) very good. Baik itu moneter maupun fiskal. Kita manage utang very good. Utang Cina dan Jepang jauh lebih besar. Amerika punya 35 triliun US dolar. Gimana bayarnya? Sampai 10 generasi juga gak akan kuat bayar,” tukas Dato Tahir.

Dia juga menyebut pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,2 persen sebagai sebuah capaian yang harus diapresiasi, walaupun harus dilihat lagi sumber pertumbuhan itu berasal dari konsumsi atau dipicu hal hal yang produktif.  

Indonesia, sambung Dato Tahir memang “diselamatkan” dengan naiknya commodity price di level dunia. 

“Tapi, menurut saya, pemerintah mengambil kebijakan hilirisasi itu sudah betul. Pemerintah, saya kira membuat pilihan yang benar. Hilirisasi dikerjakan. Selanjutnya perlu mengubah subsidi yang positif menjadi subsidi yang kreatif. Hal lainnya, kita menikmati mutual profit dari produk. Dan yang tak kalah pentinya adalah infrastruktur,” ungkap Dato Tahir.

Kebijakan pembangunan infrastruktur yang diambil pemerintah saat ini, sambung Dato Tahir,  akan punya dampak di masa datang. 

Very, very right. Bukan hanya kita bicara mengenai pemerataan, memang  sekarang, mungkin kita gak bisa lihat. Tapi, we do believe, 20 years, 50 years later, our generation akan improve,” ujar Dato Tahir.

Dia menilai, proses pemerataan juga berjalan, kendati pasti ada kekurangan di sana sini. 

That’s not my comment. Kita positif aja. Jadi, menurut saya, sekarang tinggal kita fokus untuk menggenjot beberapa komoditi ungg.ulan. Kita harus dorong pengembangan sebuah industri agrikultur. Ini yang harusnya pemerintah lebih dorong.”

Akhirnya Dato Tahir kembali menyampaikan keyakinannya bahwa Indonesia akan tetap tumbuh dan naik kelas. 

“Saya punya keyakinan, siapapun pemimpin nanti, pasti Indonesia ini akan tetap menuju level yang beda. Level yang lebih tinggi. Karena kita punya kualifikasi itu,” pungkas Dato Tahir. 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button