Market

Inilah Alasan Bursa Saham Indonesia adalah Macan Tidur yang Mulai Terbangun

Bursa saham Indonesia ditengarai sebagai macan tidur yang mulai terbangun. Oleh karena itu, Anda jangan tertinggal. Pasar modal ini diteropong sangat potensial memberikan cuan maksimal kepada para pelakunya baik investor maupun trader.

Pengamat pasar modal Sem Susilo mengungkapkan beberapa alasannya. Salah satunya adalah jumlah investor saham yang dinilainya masih sangat sedikit. “Selain itu, masih ada beberapa perusahaan besar nasional yang melantai di bursa luar negeri,” kata Sem kepada INILAH.COM, Selasa (21/12/2021).

Jumlah investor pasar modal, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sudah mencapai 6,76 juta investor per akhir Oktober 2021. Angka ini mencatatkan kenaikan 5,13% secara bulanan dari bulan September 2021 yang sebanyak 6,43 juta.

Belum lagi, lanjut Sem, banyak BUMN jumbo yang belum melakukan IPO alias penawaran umum perdana saham atau initial public offering, seperti Pertamima, Mind id (Mining Industry Indonesia), Pegadaian, PTPN, Kereta Api Indonesia, Pupuk Indonesia, Hutama Karya, dan lain-lain.

“Begitu juga potensi unicornunicorn nasional untuk IPO,” ujarnya.

Alasan lainnya adalah mobilisasi dana domestik yang dinilai Sem sangat belum maksimal. Saat ini, investor asing masih menguasai 55% kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar Rp7.500 triliun. Ini artinya, baru seperempat dari kapitalisasi pasar saham Apple inc (AAPL) yang mencapai Rp30 ribu triliun.

Dia menegaskan, kapitalisasi pasar tersebut masih sangat kecil dibandingkan potensi ekonomi nasional. “Hal-hal tersebut harus dibaca sebagai peluang bukan pesimisme,” ucapnya tandas.

Lebih jauh Sem mengapresiasi program Yuk Nabung Saham yang digulirkan oleh BEI. Program tersebut adalah ide positif dari otoritas bursa saham. “Dengan catatan, harus menerapkan konsep investasi sehat,” timpal Sem.

Program Yuk Nabung Saham, kata pengasuh komunitas Saham Pemenang ini, mirip dengan strategi DCA alias dollar cost averaging. Untuk lebih maksimal, strategi tersebut perlu disesuaikan dengan nalar bisnis, yaitu membeli barang berkualitas di harga murah, bukan terus nabung di saham mahal.

DCA adalah sebuah metode sederhana di mana investor menginvestasikan sejumlah uang yang sama setiap bulan ataupun setiap pekan. Strategi ini akan membantu investor disiplin dalam membeli unit saham yang lebih banyak pada waktu harga turun dan lebih sedikit pada waktu harga naik.

“Untuk lebih berlimpah hasil panen nanti, disarankan nabung di lima saham sehat terbaik dari sektor dan grup yang berbeda,” ungkap Sem seraya memberi saran.

Kapan menabung saham dapat dilakukan? Kata dia, nabung bisa dilakukan kapan saja selagi ada dana nganggur. Terus nabung pada saham-saham tersebut yang harganya belum naik atau koreksi terdalam saat itu.

“Nabung di saham yang berpotensi jadi bintang, bukan terus nabung pada saham yang sudah menjadi bintang,” tuturnya.

Lantas, kapan waktu yang tepat untuk melakukan penjualan saham-saham tersebut? “Jika valuasi mulai mahal. Ganti nabung dengan saham sehat murah lainnya,” jawab Sem.

Nah, supaya tidak kecewa, para pemodal disarankan untuk exit terlebih dahulu saat adanya indikasi big crash muncul. “Kalo mini crash masih boleh bertahan dan peluang tambah beli saham untuk investasi jangka panjang,” pungkas dia. Selamat berinvestasi!

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button