Arena

Jadi Satgas Anti-Mafia Bola, Najwa Shihab Jamin Lindungi Whistle Blower

Salah satu anggota tim Satgas Anti-Mafia Bola Najwa Shihab menegaskan bahwa pihaknya bakal memberi jaminan para pelapor atau whistle blower mendapat perlindungan dan dijaga kerahasiaan identitasnya.

Berdasarkan pengalaman Najwa yang juga sempat terlibat dalam pemberantasan mafia bola, banyak masyarakat yang peduli dan ingin menyampaikan pengaduan tapi dihalangi rasa takut akan dampak menyampaikan aduan atau laporan kepada pihak yang berwenang.

“Jadi tim ini akan menjaga kerahasiaan siapapun yang melapor, siapapun yang bersedia menjadi whistle blower dan karena tadi kita juga bisa berkoordinasi sudah berkomunikasi bahkan dengan aparat penegak hukum, maka kewenangan untuk menindaklanjuti itu (pelaporan) ke ranah hukum, itu akan bisa kita dorong terus secara maksimal,” kata Najwa saat jumpa pers di Menara Dana Reksa, Jakarta Pusat, Rabu (20/9/2023).

Selain melindungi pelapor, satgas menurut Najwa juga bakal menunjung tinggi sikap independen. Hal ini menjadi salah satu pokok persoalan yang dikedepankan Najwa ketika diajak bergabung oleh Ketum PSSI Erick Thohir.

“Jadi independensi tim itu menjadi krusial dan itu kemudian yang diberikan jaminan oleh Mas Erick Tohir bahkan sampai tadi kalau memang ada indikasi yang menunjukkan keterlibatan bukan hanya pengurus saat ini tapi juga dugaan keterlibatan bahkan Ketum PSSI-nya sendiri bersedia untuk secara terbuka diperiksa, itu satu hal (yang bagus),”  ungkapnya.

Perihal perlindungan saksi atau pelapor seperti yang telah disinggung di awal juga menjadi salah satu perhatian anggota Satgas Anti-Mafia Bola lainnya seperti koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali.

Berdasarkan pengamatan Akmal dalam penelusurannya mengungkap mafia bola, banyak dari masyarakat atau bahkan pegiat sepak bola itu sendiri takut menyampaikan hal yang tak lazim yang mereka temui.

Contohnya kasus pengaturan skor Perserang Banten pada 2021 silam. Tercatat Lima pemain Perserang Serang dihukum dalam kasus pengaturan skor usai diminta oleh seseorang.

“Ketika kami mau panggil pemain, mereka sudah mau kumpul tuh. Kan mereka dihukum, kemudian saya bilang kita kumpulin pemain-pemainnya dan dorong ke pihak kepolisian jadi whistle blower. Ternyata mereka tak mau, karwna udah diteleponin untuk jangan ngomong. Nanti kalau ngomong, tidak main lagi. Nah itu problemnta. Itu ada di PSSI waktu itu,” ucap Akmal.

Hal serupa juga menjangkit tim PSS Sleman, ketika Akmal juga turun tangan menguak praktik lancung terhadap tim yang kini menghuni kompetisi Liga 1.

“Sleman juga dulu begitu. Ketika berencana bongkar sama-sama, pas hari H, enggak ada yang datang karena takut semua. Nah ketakutan ketakutan inilah yang harus dijaga. Sehingga kemudian mereka yang melaporkan ini merasa terjamin,” pungkas dia.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button