News

Kepsek SMPN 1 Sukabumi Jadi Tersangka Buntut Siswa Tewas Saat Pengenalan Sekolah

Kepala sekolah SMPN 1 Ciambar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat berinisial K (55) ditetapkan sebagai tersangka atas tewasnya seorang siswa MAP (12) saat mengikuti masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) pada Sabtu, (22/7/2023).

Penetapan tersangka ini dilakukan Polres Sukabumi setelah melakukan serangkaian penyelidikan mulai dari pengumpulan keterangan dan barang bukti, autopsi jenazah korban, hingga akhirnya penyidik melakukan gelar perkara.

“Kami menemukan beberapa kejanggalan yang menyebabkan korban meninggal dunia akibat tenggelam di Sungai Cileuluy pada Sabtu lalu,” kata Kapolres Sukabumi AKBP Maruly Pardede di Sukabumi, Kamis, (27/7/2023).

Kasus tewasnya MAP (12) yang tenggelam di Sungai Cileuluy, Kampung Selaawigirang, Desa Desa Cibunarjaya, Kecamatan Ciambar saat mengikuti MPLS menjadi perhatian publik karena sekolah dinilai tidak bisa menjaga muridnya saat dalam pengawasan.

Adapun dasar pihaknya menetapkan K menjadi tersangka adalah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud RI Nomor 18 Tahun 2016 tentang pengenalan lingkungan sekolah pada siswa baru, khususnya di pasal 9 ayat 2 yang menjelaskan bahwa sekolah wajib menyertakan rincian kegiatan pengenalan anggota baru ekstrakurikuler dengan meminta izin secara tertulis kepada setiap orang tua murid sebagaimana dimaksud pada ayat 1

Kemudian pada ayat 4 apabila terdapat potensi resiko bagi siswa baru dalam pengenalan anggota baru, pada kegiatan ekstrakurikuler sebagai mana dimaksud pada ayat 1 sekolah wajib membuat pemetaan dan penanganan resiko serta memberitahukan kepada orang tua wali untuk mendapatkan persetujuan.

Dari hasil pemeriksaan saksi mulai dari murid, sekolah, orang tua murid dan lainnya, K melanggar seluruh aturan dalam permendikbud tersebut atau telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan seorang anak didiknya meninggal dunia.

Apalagi terungkap saat kegiatan lintas alam tersebut, para pelajar yang ikut dalam MPLS diwajibkan untuk menyeberangi sungai dengan cara berenang, padahal kegiatan itu sangat berbahaya dan tentunya setiap pelajar harus didampingi oleh ahli.

Selanjutnya, selama kegiatan MPLS dan masa orientasi pendidikan kepramukaan (MPOK), tersangka K tidak memeriksa kondisi peserta di setiap pos, kuat dugaan korban terlepas dari pengawasan dan baru diketahui hilang tenggelam saat orang tua korban melaporkan anaknya tidak pulang.

“Ditemukan bukti-bukti baru pada kasus ini seperti setiap anak diperintahkan untuk berenang melintasi sungai dan keterangan yang kami dapat dari hasil pemeriksaan saksi kegiatan lintas alam ini masuk dalam agenda MPLS pada agenda MPOK,” ungkapnya.

Hingga saat ini penyidik masih melakukan pendalaman dan mengembangkan kasus tersebut serta tidak menutup kemungkinan ada tersangka baru jika di kemudian hari ditemukan bukti lainnya.

Akibat kelalaiannya itu tersangka K terancam menjalani kurungan penjara maksimal lima tahun sesuai dengan pasal yang dijeratkan yakni pasal 359 KUHP tentang Barang Siapa Karena Salahnya Menyebabkan Kematian Orang Lain.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button