Market

Proyek Asal Jadi, Wamen BUMN Bongkar Borok-borok LRT Jabodebek

Jelang berakhirnya pemerintahan Jokowi, daftar proyek ‘Roro Jonggrang’ alias asal jadi semakin panjang saja. Termasuk LRT Jabodebek yang ditargetkan beroperasi bulan dini, mulai terlihat banyak ‘penyakitnya’.

Tak sedang bercanda, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo yang akrab disapa Tiko, membongkar banyaknya kelemahan dalam proyek yang nilai investasinya hampir Rp30 triliun itu. “Ini menarik. Ini salah satu proyek yang impossible mission juga. Ada namanya LRT Jabodebek, nanti 28 Agustus commercial operation date COD,” kata Tiko dalam acara InJourney Talks, Jakarta, Selasa (1/8/2023).

Menurut mantan Dirut Bank Mandiri ini, proyek milik Kementerian Perhubungan yang digarap PT Adhi Karya, proyek ini terkesan kuat tanpa perencanaan yang matang. “Ini project juga ‘salah kedaden’ (sesuatu yang salah terjadi) juga kalau bahasa orang Jawa. Kenapa, jadi dulu itu dengan berbagai macam teori bikin lah ini program kereta tanpa masinis,” kata Tiko.

Selanjutnya dia pun menjelaskan ada enam poin pentingmenyangkut proyek LRT Jabodebek. Pertama, prasarana LRT Jabodebek dibangun PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Sedangkan kereta digarap PT INKA (Persero), software development oleh Siemens, persinyalan oleh PT LEN Industri (Persero), dan lain-lain.

Anehnya, kata Tiko, tidak ada sistem integrator dalam proyek ini. Padahal, LRT Jabodebek bukanlah proyek ecek-ecek. Seharusnya sistemnya terintegasi dengan baik. Bukan seperti saat ini, terkesan kuat semua komponen proyeknya berjalan sendiri-sendiri. “Jadi semua komponen project ini berjalan liar, tanpa ada integrator di tengah,” katanya.

Ketika menangani proyek ini, ia pun membuat project management office (PMO) untuk memastikan integrasinya tercipta. Ia pun kemudian mengungkap ‘borok’ proyek ini, salah satunya, pada longspan dari Gatot Subroto menuju ke Kuningan. Menurutnya, konstruksi itu salah desain.

“Itu salah desain karena dulu Adhi sudah bangun jembatannya, dia nggak ngetes sudut kemiringan keretanya. Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya lebih lebar tikungannya,” kata Tiko.

“Kalau tikungannya lebih lebar dia bisa belok sambil speed up, karena tikungannya sekarang udah terlanjur dibikin sempit, mau nggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km/jam, pelan banget,” tambahnya.

Tiko mengatakan, banyaknya kesalahan dalam proyek yang cukup mahal ini,

karena tidak adanya komunikasi antar unit yang menggarapnya. Tak cuma itu, Tiko mengaku sempat menerima keluhan dari Siemens. Lantaran spesifikasi kereta antara satu dengan yang lain pihak, berbeda-beda.

“Siemens suatu hari call meeting, komplain sama saya. Pak ini software-nya naik cost-nya, kenapa, spec keretanya INKA ini baik dimensi, berat maupun kecepatan dan pengeremannya berbeda-beda satu sama lain. Jadi 31 kereta beda spec semua, jadi software-nya mesti dibikin toleransinya lebih lebar supaya bisa meng-capture berbagai macam spec tadi itu,” paparnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button