Kanal

Menyunting Tulisan Ala Kolumnis The New York Times, Harry Guinness

Para penulis telah ‘menipu’ kita sehingga mereka terlihat sangat cerdas, padahal itu karena sekian banyak perbaikan. Tulisannya dia perbaiki, lagi dan lagi. Penulis (bisa) mengambil banyak waktu untuk memperbaiki tulisannya, selama berhari-hari, berpekan-pekan, atau bahkan bertahun-tahun. Sampai mereka merasa sudah bisa mengatakan pikiran sejelas dan seanggun mereka bisa. Kesalahan terbesar yang bisa dan sering dilakukan penulis pemula adalah berasumsi bahwa apa yang ditulis pertama kali itu sudah cukup baik.

 

Konon, hanya penulis sejati yang tahu dan tega menghapus tulisannya sendiri. Seorang tokoh pers Amerika Serikat, editor beberapa surat kabar di New York City, Joseph Herzberg, mengatakan bahwa persuratkabaran adalah mengetahui apa yang harus dihilangkan dan kemudian meringkas sisanya. Baginya, semua pekerjaan kreatif didasarkan pada seni menghilangkan, the art of omission.

Ringkas adalah jiwa jurnalisme modern. Jangan pernah menggunakan dua atau lebih kata bila satu saja sudah cukup. Ingat ungkapan “Less is more”, yang sering dikemukakan jurnalis cum sastrawan Nobel, Ernest Hemingway. Katanya, sejatinya Hemingway juga bukan “pemilik” frase tersebut. Kalau harus menggunakan ilmu hadits, “sanad” frase tersebut berawal dari arsitek legendaris kelahiran Aachen, Jerman, Ludwig Mies van der Rohe (1886-1969). “Less is more” kemudian menjadi prinsip arsitektur pertengahan abad XX. Banyak bangunan pencakar langit di dunia dibangun berdasarkan prinsip Van der Rohe tersebut. 

Rahasia tulisan yang baik memang terletak pada penyuntingan yang baik. Inilah yang memisahkan kata-kata ‘kasar’ yang ditulis dengan tergesa-gesa, urutan kata yang masih bisa berganti tempat sehingga lebih baik, memisahkan bercampurnya fakta dengan fiksi, atau saat lupa bahwa kita sedang menulis, bukan berkata-kata. Bukankah ada perbedaan besar antara menulis dengan berbicara?

Di bawah ini gaya penyuntingan yang dilakukan Harry Guinness, seorang kolumnis TheNew York Times. Dia tentu orang baik. Buktinya ia masih mau berbagi dengan kita semua, kan?  Tulisan di bawah ini adalah tulisan Guinnes, tentu setelah juga penyuntingan dari saya. 

Selalu yakinkan diri, yang Anda tulis itu baru draft

Tidak masalah Anda berpikir diri Anda seorang penulis yang baik, susunan kalimat yang Anda ketik itu selalu sebuah konsep pertama. Sebuah draft. Jarang Anda tahu persis apa yang akan Anda katakan sebelum mengucapkannya. Pada akhirnya, Anda harus kembali ke konsep, merapikan semuanya dan memastikan pengantar yang Anda tulis di awal cocok dengan apa yang akhirnya Anda katakan.

Mantan guru menulis saya, penulis esai dan kartunis Timothy Kreider, mengatakan, “Salah satu ungkapan favorit saya dari bahasa Prancis adalah l'esprit d'escalier, 'semangat tangga'.” [dari tulisan filsuf Prancis, Diderot, sekitar 1775, kita bisa mengartikan l'esprit d'escalier sebagai penyesalan atas jawaban yang terlambat. Misalnya, jika dalam sebuah percakapan atau debat, pernyataan seseorang begitu mengesalkan hingga kita tak dapat berkonsentrasi dan memberikan respons yang tepat, kita pun terdiam hingga percakapan usai. Pada saat ‘pulang’, di bawah anak tangga, tiba-tiba datang ilham untuk merespons perkataan lawan bicara kita. Tetapi semua sudah terlambat karena urusan telah usai. Diderot menulis seperti di bawah ini tentang hal itu. “Orang sensitif seperti saya, yang sepenuhnya terserap oleh (situasi) saat ditentang, akan kehilangan akal sehat, dan hanya (bisa) memulihkannya di dasar tangga.” Artinya, terlambat. —dsy]

Menulis menawarkan kepada kita salah satu peluang langka dalam hidup: memperbaiki kesalahan dan mengatakan apa yang sebenarnya kita maksud. Perbaikan itu bahkan bisa meliputi sejauh penulis dapat tampil lebih pintar, jauh lebih cerdas dari pembacanya. Para penulis telah ‘menipu’ kita sehingga mereka terlihat sangat cerdas, padahal itu karena sekian banyak perbaikan. Tulisannya dia perbaiki, lagi dan lagi. Penulis (bisa) mengambil banyak waktu untuk memperbaiki tulisannya, selama berhari-hari, berpekan-pekan, atau bahkan bertahun-tahun. Sampai mereka merasa sudah bisa mengatakan pikiran sejelas dan seanggun mereka bisa. 

Tulisan yang terlihat hebat dipastikan datang sebagai produk akhir dari (sekian kali) penyuntingan, mungkin pula penulisan ulang, dan boleh jadi kembali lagi ketika dilakukan pemurnian. Itu mengubah draft pertama tulisan Anda menjadi yang kedua, dan kemudian menjadi yang ketiga, dan seterusnya. Hal itu bisa terus dilakukan sampai akhirnya terbangun satu tulisan yang hebat. Kesalahan terbesar yang bisa dan sering dilakukan penulis adalah berasumsi bahwa apa yang ditulis pertama kali itu sudah cukup baik.

Sekarang, mari kita lihat bagaimana melakukan penyuntingan yang sebenarnya.

-Perhatikan kesalahan umum

Kebanyakan kesalahan menulis adalah hal yang sangat umum; penulis yang baik hanya lebih baik dalam menangkap kesalahan itu sebelum mereka menerbitkan tulisan itu. Jika Anda serius memperbaiki tulisan Anda, saya sarankan Anda membaca “The Elements of Style” dari William Strunk Jr. dan E.B. White. Itu buku panduan bagaimana menulis dalam bahasa Inggris yang baik dan jelas, serta menghindari kesalahan paling umum. “Politics and English Language” dari George Orwell juga layak dipelajari jika Anda ingin menghindari tulisan “jelek dan tidak akurat”. [Untuk buku-buku dalam Bahasa Indonesia, tampaknya “Argumentasi dan Narasi”, ”Komposisi”, ” dan ”Diksi dan Gaya Bahasa” (ketiganya dari Gorys Keraf), dan ”Pelik-pelik Bahasa Indonesia” dari Jus Badudu, perlu Anda baca.—dsy]

Beberapa hal yang akan Anda pelajari untuk diperhatikan (dan saya harus memperbaikinya sepanjang waktu dalam tulisan saya sendiri) adalah:

Terlalu sering menggunakan jargon dan pembicaraan bisnis. Jargon mengerikan seperti “memanfaatkan,” “berusaha” atau “berkomunikasi”–alih-alih “menggunakan,” “mencoba” atau “mengobrol”-–akan digunakan dan masuk tulisan ketika orang (termasuk saya) mencoba terdengar pintar. Ini jenis tulisan yang dicerca Orwell dalam esainya. Semua jenis tulisan ini mengaburkan hal pokok yang ingin Anda sampaikan di balik intelektualisme palsu. Seperti yang dikatakan Orwell, “Jangan pernah menggunakan kata yang panjang ketika yang pendek bisa berhasil.”

Klise. Klise adalah hal biasa seperti lumpur, menyingkirkannya akan membersihkan rumah kita. Jika Anda tidak yakin apakah suatu kata itu klise, lebih baik hindari. Mengerikan, kan? Klise adalah frasa basi yang telah kehilangan dampak dan kebaruannya karena terlalu sering digunakan. 

 

Pada beberapa hal, “Rumput tetangga selalu leih hijau” adalah pengamatan yang jenaka, tapi itu sudah jadi klise. Sekali lagi, Orwell mengatakan dengan baik, “Jangan pernah menggunakan metafora, perumpamaan, atau kiasan lain yang biasa Anda lihat di media cetak.” 

 

Suara pasif. Dalam kebanyakan kasus, subjek kalimat haruslah orang atau hal yang mengambil tindakan, bertindak. Misalnya, “Artikel ini ditulis oleh Harry” ditulis dalam suara pasif karena subjek (“artikel ini”) adalah hal yang sedang ditindaklanjuti. Konstruksi aktif yang setara adalah: “Harry menulis artikel ini.” Prosa yang ditulis dengan suara pasif cenderung mengandung dan mendatangkan sikap acuh tak acuh dan pasif terhadapnya. Itulah mengapa umumnya lebih baik menulis kalimat aktif.

 

Rambling. Ketika Anda tidak yakin apa yang ingin Anda katakan, mudah untuk mengoceh dengan mengutarakannya dalam tiga atau empat cara yang berbeda. Kemudian, alih-alih memotongnya menjadi satu kalimat singkat, Anda malah membuat paragraf jadi tidak jelas. Satu kalimat langsung hampir selalu lebih baik daripada empat kalimat yang menggoda di suatu titik.

 

-Berikan ruang dan jarak

 

Ketika Anda menulis sesuatu, Anda menjadi sangat dekat dengannya. Hampir tidak mungkin memiliki jarak untuk mengedit dengan benar secara langsung. Sebagai gantinya, Anda perlu melangkah dan kembali lagi nanti dengan mata segar. 

Semakin lama Anda dapat meninggalkan konsep sebelum mengeditnya, semakin baik. Saya memiliki beberapa esai yang saya lihat kembali beberapa bulan berikutnya. Namun, untuk sebagian besar hal, setengah jam hingga dua hari sudah cukup. Buka kembali, dan Anda dapat mengedit dengan baik. Bahkan 10 menit istirah dan meninggalkan pekerjaan untuk kembali lagi pun, sebenarnya bisa. 

-Ketika Anda mengedit, baca nyaring tulisan Anda

Dengan memaksa diri untuk mengucapkan kata-kata, alih-alih hanya membaca dengan memindai di layar komputer, Anda akan mengalami lebih banyak masalah dan merasakan bagaimana tulisan Anda mengalir. Jika Anda tersandung sesuatu, pembaca Anda kemungkinan besar akan tersandung juga. Beberapa penulis bahkan mencetak draft mereka dan mengedit dengan pena merah, sementara mereka membacanya dengan keras.

 

-Potong,potong,potong

Jauh lebih mudah untuk melemparkan kata-kata yang dianggap bermasalah daripada meluangkan waktu untuk menemukan kata-kata lain yang lebih tepat. Seperti Blaise Pascal, seorang penulis dan ilmuwan abad ke-17 yang menulis menulis dalam sebuah surat, “Saya telah membuat ini lebih lama dari biasanya karena saya belum punya waktu untuk membuatnya lebih pendek.”

Aturan untuk sebagian besar penulis adalah, “Jika ragu, potong saja.” Penulis pemenang Hadiah Pulitzer, John McPhee, menyebut proses itu “menulis karena kelalaian.” William Faulkner mendesak, “Secara tertulis Anda harus membunuh semua kesayangan Anda.” Ini benar di setiap tingkat: jika sebuah kata tidak perlu ada dalam sebuah kalimat, potonglah. Jika ada kalimat tak perlu dalam paragraf, potonglah; dan jika sebuah paragraf tidak perlu, potong juga. Semua itu akan memperketat pekerjaan dan membuat segala sesuatu yang Anda coba katakan 

menjadi lebih jelas.

 

-Luangkan waktu lebih banyak di awal

Awal dari apa pun yang Anda tulis adalah bagian terpenting. Jika Anda tidak dapat menarik perhatian seseorang di awal, Anda tidak akan memiliki kesempatan untuk tetap membuatnya membaa tulisan Anda. 

Baik Anda menulis novel atau email, Anda harus menghabiskan waktu yang tidak proporsional untuk mengerjakan beberapa kalimat, paragraf, atau halaman pertama. Banyak masalah yang harus diselesaikan di Tengah, sejatinya karena kehancuran di awal.

 

-Perhatikan struktur

Struktur adalah apa yang menopang tulisan Anda. Tidak masalah seberapa sempurna kalimat diutarakan, jika strukturnya berantakan, tulisan pun berantakan. Pastikan Anda mempertimbangkan audiens yang dituju. Serangkaian paragraf panjang dan tak henti-henti dilakukan, akan membuat orang menghindar untuk membaca. Pecah hal-hal menjadi poin singkat dan, jika perlu, masukkan subjudul. 

Untuk potongan yang lebih panjang, struktur adalah sesuatu yang harus Anda lakukan dalam banyak pekerjaan. Aliran kesadaran menulis jarang dibaca dengan baik dan Anda biasanya tidak memiliki opsi untuk memecah semuanya menjadi segmen pendek dengan subjudul. Narasi perlu mengalir dan argumen perlu dibangun. Anda harus memikirkan apa yang ingin Anda katakan di setiap bab, bagian atau paragraf, dan mempertimbangkan apakah itu berfungsi atau tidak. 

Adalah normal (dan bahkan diinginkan) bahwa struktur pekerjaan Anda akan berubah secara drastis di antara konsep; itu pertanda bahwa Anda mengembangkan karya secara keseluruhan, bukan hanya memperbaiki masalah kecil.

 

-Libatkan keluarga, teman

Grammarly adalah asisten penulisan yang menandai kesalahan penulisan, ejaan, dan tata bahasa yang umum; bagus untuk menangkap kesalahan sederhana dan membersihkan konsep tulisan Anda. Tesaurus yang baik (atau bahkan Thesaurus.com) juga penting untuk menemukan kata yang tepat. Namun jangan lupakan sepasang mata kedua: minta keluarga, kerabat dan teman untuk membaca tulisan Anda. Mereka mungkin menangkap beberapa hal yang Anda lewatkan, dan dapat memberi tahu Anda ketika ada sesuatu yang salah.

Mengedit tulisan Anda sama penting dengan menulisnya. Meninjau ulang tulisan, merevisi, adalah hal-hal yang bisa membuat tulisan Anda menjadi baik, dan senantiasa lebih baik lagi. Jangan abaikan itu!   [The New York Times/dsy]

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button